Anda di halaman 1dari 6

HENIDA PRABAWATI

31101400427
LBM 1 BLOK 23

1. Bagaimana Standar pelayanan keselamatan di rumah sakit?


Permenkes 66 Tahun 2016 berfokus pada penerapan yang 8 rencana K3RS yang
meliputi:
a. manajemen risiko K3RS;
b. keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit;
c. pelayanan Kesehatan Kerja;
d. pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
e. pencegahan dan pengendalian kebakaran;
f. pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja;
g. pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan
h. kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.

2. Apa saja macam insiden keselamatan pasien ?


a. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event Suatu kejadian yang
mengakibatkan cederaa yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau karena tidak bertindak (omission), bukan karena
underlying disease atau kondisi pasien.
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss Suatu Insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena "keberuntungan" (misal;
pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau
"peringanan" (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu
diberikan antidotumnya).
d. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / reportable circumstance kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
e. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) : Suatu KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada bagian tubuh yang
salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga pencarian
fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.

Laporan Insiden Keselamatan Pasien


a. Laporan insiden keselamatan pasien RS (Internal)
Pelaporan secara tertulis setiap kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak
diharapkan (KTD) atau kejadian tidak cedera (KTC) atau kondisi potensial cedera
(KPC) yang menimpa pasien.
b. Laporan insiden keselamatan pasien RS (Eksternal)
Pelaporan secara anonim secara elektronik ke KKPRS setiap kejadian tidak
diharapkan (KTD) atau kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak cedera
(KTC) atau Sentinel Event yang terjadi pada pasien, setelah dilakukan analisa
penyebab, rekomendasi dan solusinya

3. Apa macam-macam medical error ?


Secara teknis medical error dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. error of omission
Kesalahan dalam mendiagnosis, keterlambatan dalam penanganan pasien
atau tidak meresepkan obat untuk indikasi yang tepat adalah contoh dari
error of omission.
b. error of commission.
Kesalahan dalam memutuskan pilihan terapi, memberikan obat yang salah,
atau obat diberikan melalui cara pemberian yang keliru. Kebiasaan untuk
meresepkan antibiotika pada penyakit-penyakit ringan (minor ailment)
atau memberikan obat per injeksi padahal pemberian secara oral lebih
aman termasuk dalam kategori error of commission.

Berdasarkan proses terjadinya, medical error dapat digolongkan sebagai4


a. Diagnostik, antara lain berupa: kesalahan atau keterlambatan dalam
menegakkan diagnosis, tidak melakukan suatu pemeriksaan padahal ada
indikasi untuk itu, penggunaan uji/pemeriksaan atau terapi yang sudah
tergolong usang atau tidak dianjurkan lagi.
b. Treatment, di antaranya adalah kesalahan (error) dalam memberikan obat,
dosis terapi yang keliru, atau melakukan terapi secara tidak tepat (bukan
atas indikasi)
c. Preventive. Dalam kategori ini termasuk tidak memberikan profilaksi
untuk situasi yang memerlukan profilaksi, dan pemantauan atau
melakukan tindak lanjut terapi secara tidak adekuat.
d. Lain-lain, misalnya adalah kegagalan dalam komunikasi, alat medik yang
digunakan tidak memadai, atau kesalahan akibat kegagalan sistem
(systemfailure).

Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu


a. fase prescribing
error yang terjadi pada fase penulisan resep. Fase ini meliputi: obat yang
diresepkan tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien atau kontraindikasi, tidak
tepat obat atau ada obat yang tidak ada indikasinya, tidak tepat dosis dan
aturan pakai
b. fase transcribing
Pada fase transcribing, error terjadi pada saat pembacaan resep untuk
proses dispensing.
c. fase dispensing
Error pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan
resep oleh petugas apotek.
d. fase administration. Sedangkan error pada fase administration adalah
error yang terjadi pada proses penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan
petugas apotek dan pasien atau keluarganya.

4. Bagaimana staregi sistem patient safety di rumah sakit ?


Keselamatan Pasien Dalam UU. No 44 th 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 43 :
1. RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
2. Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa
dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD)
3. RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi keselamatan
pasien yang ditetapkan Menteri
4. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) pada ayat 2 dibuat secara anonim
dan ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan
pasien.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien ayat 1 dan ayat 2 diatur
dengan Peraturan Menteri Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/ Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
Pasal 6.

5. Apa hubungan dari manajemen rumah sakit terhadap adanya medical error,
insiden keselamatan pasien, patient safety dan customer focused services?
Suatu sistem manajemen rumah sakit harus membuat asuhan mengenai
pentingnya patient safety. Sistem tersebut meliputi assessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden (seperti insiden keselamatan pasien), kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera (medical error) yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan. Untuk itu maka perlu ditingkatkan customer
focused service di dalam manajemen rumah sakit untuk meningkatkan keberhasilan
dari patient safety.

6. Bagaimana penerapan customer focused services di rumah sakit?


a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga
dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman, dan efektif.

KelompokStandarPelayananBerfokuspadaPasien

Bab 1. Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK)


Bab 2. HakPasiendanKeluarga (HPK)
Bab 3. AsesmenPasien (AP)
Bab 4. PelayananPasien (PP)
Bab 5. PelayananAnestesidanBedah (PAB)
Bab 6. ManajemendanPenggunaanObat (MPO)
Bab 7. PendidikanPasiendanKeluarga (PPK)

7. Apa yang dimaksud cross infection dan bagaimana cara pencegahannya?


Pengertian
Infeksi silang (Cross Infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh kuman yang
didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak
langsung.

Cara pencegahan
a. Cuci Tangan
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang paling penting. Cuci tangan
harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Walaupun
memakai sarung tangan atau alat pelindung lainnya.
b. Dekontaminasi
Menurut depkes (1998) dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme
patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan
selanjutnya. Agar seorang tenaga kesehatan dapat melakukan proses
dekontaminasi dengan benar, maka haruslah mengetahui tujuan dari
dekontaminasi, indikasi dari proses dekontaminasi, dan prosedur standar dari
dekontaminasi.
8. Bagaimana implementasi dokter gigi dalam mencegah cross infection pada
tenaga kesehatan dan pasien?
a. Mencuci tangan
b. Menggunakan alat yang sudah di sterilkan
c. Memakai APD, dan setiap berganti pasien maka APD juga diganti
d. Melakukan perawatan sesuai dengan prosedur (SOP)
e. Melindungi diri dengan pemberian vaksin (Misal: Hepatitis)

Anda mungkin juga menyukai