Anda di halaman 1dari 4

Nama : I Gede Handara Ratrya Pratama

Nim : 1303005255

Tugas :

1. Cari undang-undang yang mengatur tentang badan hukum / korporasi sebaai subyek hukum.

a) Sebutkan UU nya dan tulis isi pasalnya


b) UU yang ci cari masing-masing di cari 10 UU

2. Cari pendapat sarjana minimal 3 dan maksimal 5 orang yang setuju atau tidak setuju terhadap
badan hukum sebagai subjek hukum (tulis literaturnya)

Jawaban :

1. UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR TENTANG BADAN HUKUM / KORPORASI


SEBAGAI SUBYEK HUKUM

1. Undang-Undang Pos (Undang-Undang Nomor 6 tahun 1984 )

Dalam pasal 19 (3), Jika tindak pidana yang disebut dalam ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
oleh, atau atas nama, suatu badan hukum, perseroan, perserikatan orang lain, atau yayasan,
maka tuntutan pidana dilakukan dan pidana serta tindakan tata tertib dijatuhkan, baik terhadap
badan hukum, perseroan, perserikatan, atau yayasan tersebut, maupun terhadap orang yang
memberi perintah melakukan tindak pidana sebagai pimpinan atau penanggung jawab dalam
perbuatan atau kelalaian yang bersangkutan, ataupun terhadap kedua-duanya.

2. Undang-Undang perindustrian (Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 )

Dalam pasal 1 ke-7, Perusahaan industri adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di
bidang usaha industri

3. Undang-Undang Narkotika (Nomor 22 Tahun 1997)

Dalam pasal 1 ke-19, Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan/atau kekayaan,
baik merupakan badan hukum maupun bukan.

4. Undang-Undang Perbankan (Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 )


Dalam Pasal 21 (1) Bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa:
a. Perseroan Terbatas;
b. Koperasi; atau
c. Perusahaan Daerah

5. Undang-Undang Pasar modal (Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 )


Dalam pasal 1 ke-23, Pihak adalah orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi,
atau kelompok yang terorganisasi

6. Undang-Undang Pisikotropika (Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 )

Dalam pasal 1 ke-13, Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

7. Undang-Undang Lingkungan Hidup (Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 )

Dalam pasal1 ke-32, Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

8. Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 )

Dalam pasal 1 ke-3, Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan
atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersamasama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi

9. Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (Undang-Unang Nomor 20 Tahun 2001)

Dalam pasal 1 ke-1, Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi
baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum

10. Undang-Undang Pencucian Uang (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010)

Dalam pasal 1 ke-10, Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang
terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
2. PENDAPAT PARA SARJANA YANG SETUJU ATAU TIDAK SETUJU TERHADAP BADAN
HUKUM SEBAGAI SUBYEK HUKUM

1. Badan hukum merupakan subjek hukum buatan manusia berdasarkan hukum yang berlaku.
Agar dapat berbuat menurut hukum, maka badan hukum diurus oleh pengurus yang
ditetapkan dalam anggaran dasarnya, sebagai yang berwenang mewakili badan hukum.
Artinya, perbuatan pengurus adalah perbuatan badan hukum. Perbuatan pengurus tersebut
selalu mengatasnamakan badan hukum, bukan atas nama pribadi pengurus. Segala kewajiban
yang timbul dari pengurus adalah kewajiban badan hukum, yang dibebankan pada harta
kekayaan badan hukum

(Abdulkadir Muhammad, 2010. Hukum Perusahaan Indonesia, Penerbit Citra Aditya Bakti, hal. 103).

2. Hubungan antara manusia yang ditentukan oleh hukum, lazim disebut hubungan hukum.
Hubungan dimaksud dinamai Subjek Hukum, sebagai pendukung hak dan kewajiban. Sudah
barang tentu dalam hubungan satundengan yang lain manusia itu menginginkan
keseimbangan antara hak dan kewajiban, setidak-tidaknya yang terjadi antara dua subjek
hukum tadi atau lebih. Yang dimaksudkan dengan subjek disini bukan saja orang manusia,
tetapi juga orang hukum yaitu yang dianggap sebagai orang manusia tetapi juga orang
hukum yaitu yang dianggap sebagai orang karena putusan hukum, sering disebut dengan
Badan hukum. Badan hukum ini sama dengan manusia. Sebagai subjek hukum, badan hukum
ini sama halnya dengan orang menginginkan keseimbangan hak dan kewajiban dalam
kejadian hubungan hukum.

(Djoko Prakoso dan Ati Suryati, 1986. UPETISME Ditinjau dari UU Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi tahun 1971, penerbit Bina AKSARA, hal 36-37)

3. Menurut Yusuf Shofie, kata korporasi itu sendiri sebenarnya merupakan sebutan yang lazim
digunakan para pakar hukum pidana untuk menyebut apa yang lazim dalam hukum perdata
sebagai badan hukum (rechtpersoon; legal entities; corporation). Namun demikian,
korporasi sendiri tidak identik dengan badan hukum (legal entities). Sama halnya dengan
yayasan, korporasi adalah badan hukum, karena keduanya memiliki unsur:
1. Mempunyai harta sendiri yang terpisah.
2. Ada suatu organisasi yang diterapkan oleh suatu tujuan dimana kekayaan terpisah itu
diperuntukkan.
3. Ada pengurus yang menguasai dan mengurusnya.
Penggunaan istilah badan hukum (rechtpersoon; legal entities; corporation) sebagai subyek
hukum semata-mata untuk membedakan dengan manusia (natuurlijk person) sebagai subyek
hukum.
Penggunaan instrumen hukum pidana yang sifatnya umum (lex generali), seperti ketentuan-
ketentuan KUHP --- dengan syarat unsur barang siapa dalam perumusan delik-delik KUHP
tidak hanya ditafsirkan sebagai pribadi kodrati, melainkan juga korporasi --- maupun yang
sifatnya khusus (lex specialis), seperti Undang-Undang Perlindungan Konsumen

(Yusuf Shofie, 2002. Pelaku usaha, konsumen dan tindak pidana korporasi, Penerbit Ghalia Indonesia,
hal. 14-15 dan 119).
4. Berlainan dengan perundang-undangan pidana khusus yang lain seperti Undang-undang
Nomor 17 tahun 1995 tentang tindak pidana ekonomi dan undang-undang pidana fiskal
dimana pemidanaan terhadap badan hukum atau korporasi dimungkinkan, maka dalam hal ini
UUPTPK mengikuti hukum pidana umum (KUHP) yang memetapkan dalam pasal 59:
dalam hal-hal yang hukuman ditentukan pengurus, atau para komisaris, tiada dijatuhkan
hukuman atas pengurus atau komisaris jika teryata bahwa ia tidak turut ikut campur tangan
dalam melakukan pelanggaran itu. Dalam Memorie van Toelichting pasal 51 Ned. W.v.S
(pasal 59 KUHP) dikatakan: suatu strafbaarfeit hanya dapat diwujudkan oleh manusia,, dan
fikis tentang badan hukum tidak berlaku di bidang hukum pidana.

(Andi Hamzah, 1984. Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemechannya, penerbit PT Gramedia, hal
59)

Anda mungkin juga menyukai