Anda di halaman 1dari 13

A.

Judul Praktikum
Metabolisme : Analisis Urin
B. Tujuan Praktikum
C. Dasar Teori
1. Ekskresi
Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak
dipakai lagi oleh sel dan darah, dikeluarkan bersama urin keringat dan
pernapasan. Salah satu sistem metabolisme yang terdapat dalam tubuh hewan
adalah sistem eksresi dan osmoregulasi. Osmoregulasi dan eksresi
mempunyai peranan mengeluarkan dan membuang hasil sampingan
metabolisme, mencegah gangguan aktifitas metabolik dalam tubuh dan
membuang zat-zat buangan, mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan
tubuh mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh dan mengatur kadar
ion H+ atau pH cairan tubuh (Dahelmi, 1991).
2. Urine
Urin adalah suatu cairan esensial dari hasil metabolisme nitrogen dan
sulfur,garam-garam anorganik dan pigmen-pigmen. Biasanya berwarna
kekuning-kuningan, meskipun secara normal banyak variasinya. Mempunyai
bau yang khas untuk speciesyang berbeda. Jumlah urin yang diekskresikan
tiap harinya bervariasi, tergantung pada pakan, konsumsi air, temperatur
lingkungan, musim dan faktor-faktor lainnya (Ganong, 2003).
Urin dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan system homeostatic. Sifat
dan sususnan urin dipengaruhi oleh factor fisiologis (misalkan masukan diet,
berbagai proses dalam tubuh, suhu, lingkungan, stress, mental, dan fisik) dan
factor patologis (seperti pada gangguan metabolisme misalnya diabetes
mellitus dan penyakit ginjal). Oleh karena itu pemeriksaan urin berguna untuk
menunjang diagnosis suatu penyakit. Pada penyakit tertentu, dalam urin dapat
ditemukan zat-zat patologik antara lain glukosa, protein dan zat keton
(Probosunu, 1994).
Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil
sesaat setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu
lainnya. Warna urin normal kuning pucat sampai kuning. Nilai normal 1.003-
1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya umur. Berat jenis
urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar
pada 1.012, dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi
daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak
berbau, tetapi juga tergantung dari bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin
berbau aromatik yang memusingkan. Bau merupakan indikasi adanya
masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal
rata-rata 1-2 liter / hari. Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin
meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat) sehingga
mempermudah pembentukan batu. pH urin dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH
bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan, bersifat basa
setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan
berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih asam. (Evelyn
1993).
Komposisi dari urine yaitu terdiri dari kira-kira 95 % air, zat-zat sisa
nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak, dan kreatinin,
elektrolit natreium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat, juga terdiri
dari pigmen (bilirubin, urobilin) toksin dean hormon (Yatim, 1982).
Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal
urin sangat membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu
cairan fisiologis yang sering dijadikan bahan untuk pemeriksaan
(pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan menggunakan kertas
kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang
diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam
diagnosis keadaan kesehatan seseorang.
Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain
1) pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila
terlihat bersih. Bila tidak, maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan
bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan, aroma tidak biasa, dan
warna abnormal.
2) Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan berganti warna bila
substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal.
3) Hasil yang datang dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk
mengetahui apakah kandungan berikut ini berada di atas normal atau tidak
(Ganong 2002).
Ada tiga tahap pembentukan urin yaitu :
1) Proses filtrasi
Merupakan proses yang terjadi dalam glomerulus, terjadi karena
permukaan aferent lebih besar dari permukaan eferent maka terjadi
penyerapan darah, sedangkan sebagian tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpauni bawman yang
terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat diteruskan ke
tubulus seminiferos.
2) Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian dari glukosa, sodium, kloroda dan
fospat dan beberpa ion bikarbonat. Proses ini terjadi secara pasif yang dikenal
obligator reapsorbsi terjadi pada tubulus atas.
3) proses sekresi
Sisanya penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan
ke piala ginjal selanjutnya diteruskan keluar (Syaifuddin, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan urine yaitu
diantaranya : jumlah air yang diminum, keadaan sistem syaraf, hormon ADH,
banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan menjadi
osmotic, pada penderita diabetes melitus pengeluaran glukosa diikuti
kenaikan volume urine (Thenawijaya, 1995).
3. Sistem Urinaria
System urin terdiri dari ginjal, ureter, kantong kemih dan uretra
dengan menghasilkan urin yang membawa serta berbagai produk sisa
metabolisme untuk dibuang. Ginjal juga berfungsi dalam pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuangan
hormon rennin dan eritropitin. Renin ikut berperan dalam pengaturan tekanan
darah dan eritropitin berperan dalam merangsang produksi sel darah merah.
Urin juga dihasilkan oleh ginjal berjalan melalui ureter ke kantung kemih
melalui uretra (Juncquiera, 1997).
Sistem urinaria yaitu suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah, sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dikeluarkan berupa urin (air kemih). Susunan sistem
urinaria ini yaitu : Ginjal ureter vesica urinaria ureter urine
(Syaifuddin, 1997).
Ginjal merupakan suatu kelenjar yang terletak di belakang dari kavum
abdominalis di belakang peritonium. Fungsi ginjal yaitu berperan penting
dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun. Mempertahankan suasana racun
(keseimbangan racun), mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa
dari cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat
lain dalam tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari
produksi ureum, kreatinin dan amoniak ( kartolo, 1990).
Ginjal merupakan suatu organ y ang terletak retroperitoneal pada
dinding abdomen dikanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra
T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari y ang kiri
karena besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan.
Jaringan yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan
kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga
lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan
memfiksasi ginjal Ginjal menjalankan fungsi y ang vital sebagai pengatur
volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif.Fungsi vitalginjal dicapai
dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah
zat terlarut dan air dalamjumlahyang sesuaidisepanjang tubulus ginjal
Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin
melalui sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012).
Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
2. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat
berperan dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
3. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
4. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
5. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi, pada simpauni bawman yang
berfunhsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Urin berasal dari darah
yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian
yang padat yaitu sel darah dan plasma darah ( kartolo, 1990).
Menurut kimball (1998) bahwa urine orang sakit yang telah diuji dengan
benedict akan berwarna biru, kuning, hijau, atau merah dan sedikit keruh. Hal ini
disebabkan karena suatuy hormon yang meningkatkan penyerapan kembali air dan
demikian mengurangi volume urine yang terbentuk.
C. Alat dan Bahan
1. Alat

No Nama alat Gambar Fungsi Kategori

Sebagai wadah untuk


1
menyimpan dan
membuat larutan

1 Gelas kimia

Untuk memanaskan
2
air

2 Penangas air
Untuk memindahkan
1
atau mengambil
3 Pipet tetes cairan

Untuk memanaskan
2
sampel

4 Penangas

Untuk meletakkan
1
tabung reaksi supaya
rapi
Rak tabung
5
reaksi

Untuk menampung,
1
mencampur, atau
memanaskan
sejumlah bahan
Tabung kimia padat atau cair
6
reaksi untuk uji kualitatif
2. Bahan

Nama bahan Sifat fisik Sifat kimia


- Massa atom 36,45 - HCl akan berasap tebal
- Massa jenis 3,21 gr/cm dalam udara lembab
HCl - Titik didih -101 - Gasnya berwarna kuning
- Energy ionisasi 1250 g/ml - Oksidator kuat racun bagi
- Pada suhu kamar HCl pernapasan
berbentuk gas yang tak
berwarna

- Padatan berkilauan - Sedikit larut dalam air


berwara kebiruan - Mudah larut dalam
- Mudah menguap pada kloroform, karbontetra
Iodin suhu kamar klorida atau karbon disulfide
- Bau gas menyengat dan membentuk larutan ungu
- Membentuk senyawa yang indah
dengan banyak unsur

- Titik didih alkohol


- Radiasi alkohol primer
relative tinggi
Alkohol - Oksidasi alcohol sekunder
- Alkohol menghidroksi
- Tersier
suhu rendah
- esterifikasi
- Cairan tidak berwarna
- cairan tidak berwarna, - oksidasi
mudah menguap dan - reaksi dengan asam sulfat
Eter berbau khas - reaksi dengan asam iodine
- eter tidak larut air, larut - halogenasi
dalam pelarut polar - hidrolisis

- berbentuk cairan
- Mudah larut dalam air dingin
- BM : 98,08 g/ml
H2SO4 - Sulfat larut dalam air dan
- Tidak berwarna
pembebas banyak panas
- Titik didih 270
- Larut dalam etil alkohol.
- Asam ditandai (Strong)

- Penampilan bubuk putih - Tidak larut dalam air


Amilum - Densitas 1,5 g/cm - Kelebihan glukosa
- Tidak berasa - Karbohidrat komleks
- Tidak berbau - Pengubah kadar pH larutan
- Larut dalam air dingin
- Padatan
Maltosa - Larut dalam methanol
- BM 342,30 g/mol
- Tidak larut dalam asetil eter
- Titik didih 473
- Dapat dihidrolisis

- Padatan Kristal putih


- BM 342,3 g/mol
Sukrosa - Dapat dihidrolisis
- Densitas : 1,50 g/cm
- Sumber energy pertama
- Titk lebur 180 0C
- Kelarutan 3000 g/l
- Larut dalam air dingin dan
- BM 144,17 g/mol
panas
- Titik lebur 208 0C
Laktosa - Terbakar oleh HCl
- Titik didih 668,9 0C
- Bereaksi dengan KNO3
- Densitas 1,525 g/Cm
- Dapat dihidrolisis
- Kelarutan dalam air
- Tidak bersifat korosif
- Wujud zat padat - Mudah larut dalam air
Fruktosa - Suhu pengurai 103 0C - Bersifat stabil
- Warna putih - Mengandung gugus keton

- Densitas 1,723 g/cm - Tidak dapat difermentasi


Galaktosa - Massa molar 180,156 - Dapat mereduksi larutan fehli
g/mol - Membentuk endapan merah
- Kelarutan 683,0 g/l bata

- BM 164,16 g/mol
- Tidak bersifat korosif padat
- Padatan
Glukosa mengkristal dengan air
- Titik leleh 47 0C
- Larutan air
- Warna putih
- stabil
- Densitas 7,157 g/mol

D. Cara Kerja
1. Uji Klorida
Uji Molish
-
F. Pembahasan
1. Uji Molish
a. Glukosa
positif menghasilkan warna ungu sebab dalam glukosa

Pada uji Klorida ini bertujuan untuk mengetahui kadar klorida dalam urin,
dalam uji ini digunakn sampel urin normal (bayi sehat), urin diabetes dan urin
gagal ginjal. Diman daimbil setiap 1 ml urin dan dimasukan ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan reagen AgNO3 dan HN03 secukupnya lalu
Urin Normal Urin Diabetes Urin Gagal
dilakukan pengamatan dan melihat perubahan yang terjadi. Pada urin normal yaitu
Ginjal
bayi sehat urin berubah warna menjadi putih dan terdapat endapan putih setelah
ditambahkan reagen namun endapan yang terbentuk yaitu hanya sedikit,
sedangkan untuk urin diabetes dan gagal ginjal endapan putih cukup banyak. Hal
disebabkan karena urin tersebut mengandung garam, Dan terjadi endapan putih
tipis, endapan itu adalah endapan AgCl yang terbentuk dari reaksi:
AgNO3 + Cl- AgCl + NO3-
Adanya kandungan klorida dalam urin berasal dari garam-garam yang
masuk ke dalam tubuh melalui makanan misalnya NaCl yang kemudian dalam
cairan tubuh akan terurai menjadi ion-ion. Klorida akan selalu ada di dalam urin
seseorang, hal ini karena pada filtrasi molekul-molekulkecil seperti glukosa dan
garam mineral direabsorpsi melalui transport aktif. Kelebihan NaCl yang
dihasilkan dari proses augmentasi dikeluarkan lewat urine dalam bentuk ion Cl.
Terbentuknya endapan putih ini karena terjadi pengikatan ion Cl-oleh senyawa
perak nitrat, dan hal ini menunjukkan terdapatnya kandungan klorida dalam urin
yang merupakan zat atau kandungan yang seharusnya memang harus ada dalam
urin sebagai hasil ekskresi sisa metabolime dalam tubuh (Thenawijaya, 1995).

2. Uji Sulfat

Urin GG Urin Diabetes

Pada uji ini bertujuan untuk menguji kadar sulfat yang terdapat pada urin
ini dengan hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan masing-masing 1 ml
urin yang akan diuji, kemudian di tambahkan HCl encer dan 1 ml BaCl2.
Dapat dilihat pada gambar adalah semua larutan keruh hal ini menandakan
bahwa ada kandungan sulfat dan terdapat endapan putih. Hal ini ditandai dengan
belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90
%) dan berasal terutama dari metabolisme protein. Pada percobaan ini, urin 24
jam direaksikan dengan HCl encer dan BaCl2. Maka akan terbentuk endapan putih
yang menunjukkan adanya belerang anorganik. Endapan putih ini menunjukkan
adanya kandungan sulfat dalam urin yang merupakan salah satu unsur normal urin
karena termasuk dalam bahan-bahan yang terlarut dalam urin. reaksi yang terjadi :
BaCl2 + SO4 2- BaSO4 + 2 Cl-

3. Uji Biuret

Urin normal Urin ibu hamil Urin diabetes Urin GG

Pada uji ini bertujuan untuk menguji kadar protein yang terdapat pada urin.
Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekunya yang
cukup besar. Urin yang mengandung albumin atau protein ini menandakan
adanya gangguan fisiologi pada organ filtrasi pada ginjal, dalam kata lain
penyaringan terjadi tidak sempurna (Ganong, 2008). ini dengan hal pertama
yang dilakukan adalah memasukkan masing-masing 1 ml urin yang akan diuji,
kemudian di tambahkan 8 tetes larutan reagen biuret.
Dari keempat sampel tidak menunujkan perubahan warna ungu yang
menadakan bahwa sampel positif mengandung protein, sehingga dpat diketahu
bahwa sampel tersebut negative mengandung protein karena sesuai dengan
prinsip dari uji biuret pada protein adalah jika dalam suasana basa , ion Cu 2+
bereaksi dengan peptida dan menghasilkan kompleks warna yaitu violet
(ungu). Hal ini sesuai dengan pH dari urin ginjal yang basa.
4. Uji Glukosa

Urin Normal Urin ibu hamil Urin Diabetes Urin gagal ginjal

Pada uji ini bertujuan untuk menguji kadar glukosa yang terdapat pada
urin ini dengan hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan masing-
masing 1 ml urin yang akan diuji, kemudian di tambahkan 1-2 ml reagen
benedict lalu larutan ini dipanaskan dan dilihat pada gambar setelah terjadi
pemananasan.
Pada uji ini dilakuakan uji benedict pada uji benedict ini bertujuan
mengguji gula pereduksi denga prinsipnya seperti pada uji glukosa yakni
merupakan uji umum untuk mengetahui gula pereduksi. Reagen benedict (ion
Cu2+) kan bereaksi (oksidasi reduksi) dengan gula pereduksi dan
menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna biru kehijauan hingga merah
bata. Pada hasil percobaan di dapatkan untuk sampel normal warna yang
dihasilkan yaitu dimana urin berwarna kuning keruh pada sampel diabetes
mellitus urine berwarna kuning muda/ kecoklatan ini menandakan bahwa
sampel positif mengandung glukosa, untuk sampel gagal ginjal diperoleh
hasil yaitu warna hitam yang menandakan negative mengandung glukosan
dan untuk sampel ibu hamil didapatkan hasil yaitu warna urin berwarna hijau
tua yang menadakan bahwa sampe tersebut mengandung glukosa. Hal ini
sesuai dengan litertur yaitu Menurut Ganong () glukosa dalam urin dapat
dinyatakan berdasarkan glukosa dalam larutan alkalis. Uji ini tidak spesifik
terhadap glukosa, gula lain yang memiliki sifat mereduksi dapat juga
member hasil yang positif. Menurut Dawiesah (1989) urin yang sehat tidak ak
an mengendap.Berwarna hijau memiliki kadar glukosa sebanyak 1 %,
berwarna merah memiliki kadar 15 % berwarna orange memeiliki kadar 2 %
berwarna kuning apabila memiliki kadar 5 %.
5. Uji pH

Urin Normal Urin Ibu Urin Gagal Urin Diabetes


Hamil ginjal mellitus

Pada praktikum kali ini juga dilakukan pengujian terhadap Ph atau uji
pH urin untuk mengetahui apakah sampel urin bersifat asam atau basa. Pada
uji ada beberapa sampel yaitu urin normal, urin ibu hamil, urin penderita
diabetes mellitus dan penderita gagal ginjal. Berdasarkan pengujian yang
telah dilakukan yaitu untuk ph urin normal/bayi sehat yaitu didapatkan nilai
ph yaitu 6, untuk diabetes yaitu memiliki ph 6 sedangkan untuk gagal ginjal
yaitu ph yang didapatkan sebesar 8. Nilai ph urin yang didapatkan diatas
sebagian sesuai literature yaitu menurut Agun M Albertus (2011) urin segar
atau baru dkeluarkan yaitu berkisar pada ph 6, dan untuk urin normal yaitu
normalnya 6,0 (kisaran 5,0-7,0), sedangkan untuk ph asam urin yang bersifat
asam ( pH 4,5 5,5 ) biasanya dapat terkadi pada diabetes dan kelelahan otot.

Anda mungkin juga menyukai