PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
IBNU SUJONO
NPM :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNGJATI
CIREBON
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan di indonesia ialah isu kemiskinan. Biaya kesehatan yang mahal yang
menyebabkan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menikmati hak-
haknya di bidang kesehatan sulit diwujudkan. Namun karena hak atas kesehatan
merupakan hak dari setiap orang tanpa memandang statusnya maka negara negara
dapat tercapai. Pelayanan bermutu merupakan isu yang paling kompleks dalam
peranannya dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Salah satu aspek
tersebut adalah bahwa pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak dapat dipisahkan
dari obat. Oleh karena itu rumah sakit harus mempunyai unit yang berwenang
untuk mengatur dan mengelola segala hal yang berkaitan dengan obat
kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu
obat mesti tersedia dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan
2
berkualitas baik. Biaya obat dalam realitasnya merupakan bagian yang cukup
dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat
generik berlogo (OGB), yaitu obat jadi dengan nama generik yang diedarkan
obat juga bagian dari fungsi sosial untuk membantu menyembuhkan orang sakit
khususnya bagi konsumen kelas menengah kebawah. Sering dijumpai resep obat
dokter yang menggunakan obat paten dengan harga yang cukup tinggi, sehingga
Dewasa ini di seluruh tanah air sedang digalakan penulisan resep obat
terjangkau dan berkualitas baik. Sementara itu obat generik lebih banyak
digunakan konsumen pelayanan umum dan belum dipercaya kalangan atas, karena
harga yang murah maka kualitasnya diragukan. Bila semua pihak terkait sadar dan
1
Balai POM RI. Pantauan Ketersediaan dan Harga Obat Generik Berlogo di Apotek.
(Jakarta : 2002)
2
Ketentuan Umum dalam Pasal 1 Permenkes No. HK. 02.02/Menkes/068/I/2010
3
peduli terhadap konsumen tidak mampu, obat itu ada segmentasi pasarnya. Untuk
pasien tidak mampu dapat diberikan obat generik, sedangkan pasien yang mampu
dapat ditawarkan obat paten (bermerek). Tetapi bila pasien menghendaki obat
dengan harga yang lebih murah, maka mereka juga dapat menggunakan obat
generik.
kurang dari 50% atau sekitar 48%, padahal, obat yang tidak ada obat generiknya
hanya sebesar 10% dari obat yang beredar di apotek pemerintah. Dengan
kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu
obat tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat
nyata dan berkualitas baik. Biaya obat dalam realitasnya merupakan bagian yang
cukup besar dari biaya intervensi medik secara keseluruhan 4. Obat generik
resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang
(OGB), yaitu obat jadi dengan nama generik yang diedarkan dengan
3
www.kompas.com. Artikel Peraturan Resep Obat Generik. Jakarta : 2010
4
Balai POM RI. Pantauan Ketersediaan dan Harga Obat Generik Berlogo di Apotek.
(Jakarta : 2002)
5
Ketentuan Umum dalam Pasal 1 Permenkes No. HK. 02.02/Menkes/068/I/2010
4
Harga obat generik lebih murah karena harganya sudah ditetapkan oleh
Selain itu biaya promosi obat generik tidak sebesar obat bermerek, sehingga lebih
ekonomis.
Obat Generik adalah hak pasien. Hal ini berdasarkan pasal 5 UU no. 36
1. Setiap orang orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
Dengan demikian pemberian obat generik merupakan salah satu hak dari
pasien yaitu dalam mendapatkan pelayanan obat yang bermutu dan terjangkau.
kesehatan dari rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dalam
perlindungan hukum bagi pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan. Dan
5
ditulis dalam bentuk tesis dengan judul : IMPLEMENTASI KEWAJIBAN
6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
Cirebon.
hubungan sebab akibat antara setiap aspek tersebut dan perkembangan hukum itu
sendiri, satu sama lain karena sejumlah besar faktor kemasyarakatan ini bekerja
secara bersamaan.
dari abad ke abad kehidupan manusia sering mengalami perubahan yang sangat
7
cepat demikian halnya dengan kesehatan memasuki zaman modern sekarang
pada perubahan kondisi sosial masyarakat serta peran serta hukum dalam
luas dan mendalam terhadap manusia, adanya spesialisasi dan pembagian kerja
yang telah membuat pelayanan kesehatan itu lebih merupakan kerjasama dengan
kesehatan.
untuk berusaha menemukan dasar yuridis bagi pelayanan kesehatan. Lagi pula,
perbuatan yang dilakukan oleh para pelaksana pelayanan kesehatan itu sebenarnya
hukum, walaupun hal tesebut seringkali tidak di sadari oleh para pelaksana
kesehatan itu sebenarnya tidak hanya meliputi kegiatan atau aktivitas profesional
8
Pemahaman tentang timbulnya hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan
perorangan atau individual yang disebut pelayanan medik, dasar hukum hubungan
pelayanan medik, kedudukan hukum para pihak dalam pelayanan medik dan
memberikan rasa sehat atau adanya penyembuhan bagi si pasien. Dalam hal ini
antara hubungan hukum yang terjadi antara pelayanan kesehatan didalamnya ada
dari pasal tersebut dalam pasal selanjutnya yaitu dalam pasal 53 ayat (2) lebih
kelompok dan masyarakat, hal ini sangat jelas bahwa dalam keadaan
Tahun 2009 seperti dalam penjelasan diatas bahwa dalam memberikan pelayanan
kesehatan baik itu perorangan maupun masyarakat sangat dijamin dalam Undang-
9
Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam beberapa pasal sangat jelas
dilaksanakan oleh praktek dokter atau tenaga kesehatan yang dibantu oleh
ini harus tetap mendapat izin dari pemerintah sesuai dengan Undang-Undang No.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, seperti yang termaktub di dalam Pasal 30 ayat
(1), (2), dan (3), yaitu : 1. Pasal 30 ayat (1) : Fasilitas pelayanan kesehatan,
akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan,
10
dalam hal demikian fasilitas pelayanan kesehatan akan memberikan pelayanan
dahulu, dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik swasta maupun
pemerintah wajib untuk melayani pasien tanpa memandang siapa pasien tersebut,
hal ini dalam undang-undang melarang bagi siapa saja yang terlibat dalam
merata dan nondiskriminatif, dalam hal ini pemerintah sangat bertanggung jawab
11
Praktek kedokteran tentang pelanggaran etika kedokteran dalam Undang-
keras, narkotika, obat dengan resep, obat tanpa resep, obat racikan, obat cina dan
istilah obat lainnya misalnya yang berkaitan dengan harga misalnya istilah obat
murah dan obat mahal. Pengertian obat paten atau dalam kamus obat dikenal
dengan nama spesialite adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama yang
khas dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar atau proprietary name. Sedangkan
yang dimaksud dengan obat generik adalah nama obat sesuai dengan kandungan
generik) terdapat dalam obat paten seperti Ponstan, Mefinal, Pondex, Topgesic
dan masih banyak lagi. Begitu juga dengan Amoxycillin (nama/obat generik)
terdapat dalam nama obat paten seperti Amoxsan, Kalmoxillin, Kimoxil, dan juga
masih banyak lagi nama obat paten dengan kandungan yang sama.
12
Walaupun berisikan kandungan zat berkhasiat dengan nama
generik/official yang sama namun setiap obat paten mempunyai harga yang
umumnya terkait dengan faktor-faktor pembuatan obat tersebut dari mulai jenis
faktor tersebut kemudian dihitung serinci mungkin sehingga diperoleh harga netto
dari pabrik yang selanjutnya dijual dalam jumlah besar kepada para pedagang
harga netto untuk apotek (HNA) yang selanjutnya dijual kepada konsumen
faktor harga jual apotek (HJA) nya. Perbedaan harga yang sampai ke konsumen
ini masih mendapat toleransi dari pemerintah pada range faktor harga
Jumlah item obat di Indonesia itu sendiri sampai saat ini sudah mencapai
lebih dari 5.000 macam obat, baik itu obat paten maupun obat generik sehingga
hampir dipastikan, setiap apotek tidak mungkin menyediakan seluruh item obat
tersebut secara lengkap, hal ini dikarenakan tidak semua obat tersebut digunakan
oleh pasien atau bahkan distributor tidak menyediakan karena memang sebagian
besar obat memang tidak pernah ditulis oleh dokter dan tidak pernah dipesan oleh
apotek. Keadaan ini perlu dipahami oleh pasien bahkan juga oleh dokter penulis
resep, mengingat ada kasus seorang pasien yang membawa resep dari dokter,
merasa putus asa untuk mencari obat tersebut di seluruh apotek. Setelah ditelusuri
13
ternyata dokter penulis resep menuliskan obat berdasarkan pengalamannya bahwa
banyak tersedia obat tersebut, tanpa memberikan alternatif lainnya jika obat
tersebut tidak tersedia sehingga pasien tidak merasa dipersulit untuk mencari
dengan hak pasien atas obat. Hal ini karena seharusnya pasien berhak
mendapatkan obat yang diinginkannya sesuai resep dokter. Namun pasien juga
berhak atas penggantian obat apabila memang obat tersebut tidak tersedia di
Penggantian obat secara ilmiah tidak menyalahi aspek pengobatan karena apabila
obat pengganti mempunyai hubungan dan komposisi zat berkhasiat yang sama
maka obat tersebut juga memiliki khasiat/indikasi yang sama pula dengan obat
obat. Maksudnya adalah obat dinyatakan telah manjur apabila telah dilakukan
pengujian dengan sediaan hayati dan melalui tes sediaan, obat tersebut telah layak
dikonsumsi oleh konsumen. Pasien berhak mengetahui aspek seperti ini agar saat
terpaku pada obat di satu pabrik saja. Pasien dalam hal ini berhak menentukan
obat yang akan digunakan termasuk juga berhak memperoleh informasi tentang
khasiat, efek samping, kontraindikasi, alternatif obat lainnya bahkan harga obat.
melindungi dirinya sendiri, mengingat sediaan obat tidak bisa disamakan dengan
14
sediaan konsumtif lainnya. Konsep dasar obat dari dulu hingga sekarang tetaplah
sama yaitu obat adalah racun. Sifatnya yang bisa menyembuhkan dan mengurangi
sakit hanya terjadi apabila seseorang mengalami gangguan pada fungsi anatomi
dan fisiologinya. Pada orang yang sehat, obat sama sekali tidak berguna bahkan
cenderung merusak organ tubuh yang lainnya seperti ginjal dan hati. Begitu juga
apabila cara pengobatannya tidak tepat atau dalam istilah farmasi tidak rasional,
maka obat tidak akan menyembuhkan penyakit tetapi justru memperoleh penyakit
yang ada dan bahkan akan menimbulkan penyakit baru bagi dirinya. Dengan
demikian bagi pasien tidak ada kata lain untuk wajib mematuhi prosedur
pengobatan yang telah dianjurkan oleh petugas medis yang mengetahui tentang
rasionalitas pengobatan. Namun tentunya pasien harus kritis dan tanggap apabila
ada yang memaksa melakukan pengobatan atau berobat dengan produk pabrik
tertentu. Walaupun secara indikasi tepat dan manjur, namun bisa dipastikan
harganya akan menjadi tidak normal karena biasanya petugas medis yang
menggunakan satu produk pabrik saja akan terlibat aspek promosi untuk
memasarkan produk tersebut dan apabila ini terjadi faktor harga menjadi aspek
15
Kewajiban
Peresepan Obat PASIEN
Generitk
1. Undang-Undang Nomor 29
tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
4. Permenkes Nomor HK
02.02/MENKES/068/I/2010
IMPLEMENTASI
PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
SANKSI HUKUM
16
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waled
Kabupaten Cirebon. Di dalam penelitian ini adalah total populasi dokter yang
rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waled Kabupaten Cirebon.
1.6.2. Pendekatan
empiris, yaitu cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah
17
Berdasarkan pada permasalahan yang diambil, maka spesifikasi penelitian
yang digunakan adalah deskriptif analitis. Bersifat deskriptif, karena penelitian ini
generik di rawat jalan RSUD Waled Cirebon. Analisis dari data yang diperoleh
Cirebon sebagai rumah sakit milik pemerintah. Pemelihan lokasi tersebut karena
b. Instrumen pembantu adalah buku catatan, alat perekam, data dan fakta.
1.9 Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama di
18
terkait, seperti wawancara dengan dokter, ketua komite medik dan pihak
1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat seperti Sumber-
a. Ensiklopedia Indonesia.
b. Kamus Hukum.
Data atau sumber sekunder berupa data penulisan resep obat, maka
19
secara sistematis bahan-bahan kepustakaan serta dokumen-dokumen yang
b) Bersifat khusus terdiri dari data penulisan obat generik, laporan hasil
penelitian kepustakaan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber pertama
dan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kepustakaan.7
pemeriksaan data yang memanfaatkan data yang lain yang sesuai diluar data itu
yang berbeda dari orang-orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula.
membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase
7
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UII Press. 1986, Hal. 12.
8
Sudarwan Danim. Menjadi Peneliti Kualitatif. CV. Pustaka Setia. Bandung, 2002, hal.
20
metode yang berlainan. Triangulasi tidak sekedar menilai kebenaran data, tetapi
juga menyelidiki validitas data, oleh karena itu triangulasi bersifat selektif.
Dengan prinsip Snow balling, maka pilihan sumber informasi dalam perolehan
data berakhir apabila tidak ada lagi indikasi muncul informasi baru.9 Validitas
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lain di luar data untuk
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
9
Sanafiah Failsa, Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi, YA3, Malang, 1990, hal. 44.
10
S. Nasution, 1996, Metode Penelitian Kualitatif. Tarsito Bandung, hal. 32.
11
Lexi Moleong, 1995, Log. Cit, hal. 178.
21
Dengan penggunaan triangulasi sumber, diharapkan informasi yang
diperoleh dapat dicross check sehingga akurasinya dapat diuji. Dengan melakukan
penelitian analisis budaya, model dalam metode analisis data dalam penelitian ini
merupakan model interaktif yang meliputi empat tahap pengumpulan data, tahap
reduksi data, tahap pengujian data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.
22