Anda di halaman 1dari 8

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan sumber protein hewani yang mengandung protein tinggi, ekonomis, dan mudah
dicerna oleh tubuh (Purwaningsih 2013). Contoh ikan yang tergolong ekonomis dan komersial adalah
ikan Mas (Cyprinus carpio) dan ikan Lele (Clarias sp.). Ikan ini banyak dibudidayakan di seluruh
Indonesia dan bisa dibudidayakan dalam berbagai bentuk wadah serta digemari masyarakat.

Salah satu faktor yang bisa mengganggu proses budidaya adalah penyakit, baik yang bersifat infeksius
maupun yang noninfeksius. Penyakit infeksius disebabkan oleh parasit, bakteri, fungi/cendawan, dan
virus, sedangkan yang non infeksius disebabkan oleh kualitas pakan yang kurang baik, kondisi
lingkungan, dan genetik. Penyakit dapat timbul akibat hasil interaksi yang tidak seimbang antara ikan,
kondisi lingkungan, dan organisme atau agen penyebab penyakit (Afrianto dan Liviawaty 1992 dalam
Purwaningsih 2013).

Salah satu penyebab penyakit infeksius adalah parasit. Berdasarkan tempat hidupnya, parasit
dibedakan menjadi dua, yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit merupakan parasit yang hidup
di dalam jaringan atau tubuh inangnya, sedangkan ektoparasit merupakan parasit yang hidup di
permukaan tubuh inangnya atau menempel sementara pada permukaan tubuh inangnya (Aryulina et
al 2008). Umumnya parasit yang menyerang ikan adalah parasit dari golongan Crustacea, cacing
(Nematoda, Trematoda, dan Cestoda), dan protozoa. Ektoparasit menginfeksi sirip, sisik, operkulum,
dan insang ikan (Purwaningsih 2013).

Isolasi parasit pada ikan budidaya perlu dilakukan untuk mengetahui jenis parasit yang menginfeksi
dan mengetahui hubungan antara parasit dengan inangnya. Dengan mengetahui jenis parasit dan
hubungannya dengan inang, maka tindakan pencegahan dan penanganan (pengobatan) dapat
ditentukan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengenal bentuk- bentuk parasit baik
ektoparasit maupun endoparasit dari spesimen segar atau hidup yang terdapat pada beberapa jenis
ikan.

II. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 26 September 2013 bertempat di Laboratorium
Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 15.00-18.00 WIB.

2.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah 2 set alat bedah, talenan, kamera, tisu, cover glass, object glass,
mikroskop, cawan petri, dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah ikan Mas
sebanyak 7 ekor, ikan Lele sebanyak 7 ekor, dan akuades.

2.3 Prosedur

2.3.1 Pemeriksaan Ektoparasit

Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian ikan diambil sebanyak 1 ekor untuk ikan Mas dan 1 ekor
ikan Lele. Selanjutnya, lendir dan insang ikan Mas dan ikan Lele diambil dan diletakkan di object glass
yang berbeda. Lendir pada ikan Mas diambil dengan cara menggoreskan pisau pada permukaan tubuh
ikan dari arah depan (kepala) ke belakang (ekor) sehingga tidak merusak sisiknya, sedangkan pada ikan
Lele, lendir bisa diambil dari bagian depan maupun belakang karena ikan Lele tidak memiliki sisik. Jika
ukuran sampelnya terlalu besar maka organ dicacah terlebih dahulu. Setelah itu, diberi 1 tetes
akuades (secukupnya) dan ditutup dengan cover glass. Lalu, preparat diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 25x. Parasit yang ditemukan diidentifikasi, dihitung dan dicatat jumlahnya.

2.3.2 Pemeriksaan Endoparasit

Semua alat dan bahan disiapkan. Kemudian 1 ekor untuk ikan Mas dan 1 ekor ikan Lele yang telah
diamati ektoparasitnya dibedah. Sebelum dibedah, ikan dipingsankan terlebih dahulu dengan
menusuk medula oblongata ikan yang terletak di bagian kepala. Lalu usus ikan Mas dan ikan Lele
diambil dengan menggunakan pinset dan diletakkan di object glass yang berbeda. Jika ukuran
sampelnya terlalu besar maka ususnya dicacah terlebih dahulu. Setelah itu, diberi 1 tetes akuades
(secukupnya) dan ditutup dengan cover glass. Lalu, preparat diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 25x. Parasit yang ditemukan diidentifikasi, dihitung dan dicatat jumlahnya.

Rumus perhitungan:

Prevalensi = jumlah ikan yang terinfeksi parasit/ jumlah ikan yang diamati x 100%

Intensitas = jumlah parasit / jumlah ikan yang terinfeksi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Parasit yang ditemukan pada ikan Lele (Clarias sp.) berupa endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit
diisolasi pada bagian usus, sedangkan ektoparasit diisolasi pada bagian lendir dan insang ikan. Hasil
isolasi dan identifikasi endoparasit dan ektoparasit pada ikan Lele dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Isolasi Parasit pada Ikan Lele (Clarias sp.)

Kelompok Organ Jenis Parasit Jumlah

Lendir Oodinium sp. 1

1 Insang Monogenea 15

Usus Platyhelminthes 1

Lendir Trichodina sp. 1

2 Insang Monogenea 15

Usus Platyhelminthes 1

Lendir Platyhelminthes 3

3 Insang - -

Usus - -

Lendir Monogenea 1

4 Insang - -

Usus Monogenea 1

Lendir Ichtyophthirius multifilis 2

5 Insang Monogenea 7

Usus Platyhelminthes 4

Ichtyophthirius multifilis 11
Lendir
Trichodina sp. 2
6
Insang -

Usus -

Lendir Trichodina sp. 10

Dactylogyrus sp.
13 Insang 3
(Monogenea)

Usus - -

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa jenis parasit yang banyak ditemukan pada ikan Lele adalah
Trichodina sp., Ichthyophthirius multifiliis, Platyhelminthes (termasuk Monogenea), dan Oodinium
sp.. Jenis parasit yang paling banyak ditemukan pada ikan lele adalah parasit dari ordo Monogenea
yaitu sebanyak 42 individu dari 7 ekor yang diamati, sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah
Oodinium sp. yaitu sebanyak 1 individu dari 7 ekor yang diamati.
Parasit yang ditemukan pada ikan Mas (Cyprinus carpio) berupa endoparasit dan ektoparasit. Proses
isolasi dan identifikasi parasit pada ikan Mas kurang lebih sama dengan proses isolasi dan identifikasi
pada ikan Lele, begitupun dengan organ yang diamati. Hasil isolasi dan identifikasi endoparasit dan
ektoparasit pada ikan Mas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Isolasi Parasit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Kelompok Organ Jenis Parasit Jumlah

Lendir Monogenea 1

1 Insang Monogenea 2

Usus Monogenea 1

Lendir Trichodina sp. 1

2 Insang Monogenea 8

Usus Platyhelminthes 1

Lendir Trichodina sp. 5

3 Insang Monogenea 9

Usus Platyhelminthes 34

Lendir Monogenea 1

4 Insang - -

Usus - -

Lendir Monogenea 2

5 Insang Monogenea 1

Usus Platyhelminthes 2

Ichtyophthirius multifilis 1
Lendir
Trichodina sp. 4
6
Insang Monogenea 1

Usus Platyhelminthes 1

Lendir Trichodina sp. 9

Dactylogyrus sp. (Monogenea) 3


13 Insang
Ichtyophthirius multifilis 1

Usus - -

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa jenis parasit yang banyak ditemukan pada ikan Mas adalah
Trichodina sp., Ichthyophthirius multifiliis, dan Platyhelminthes (termasuk Monogenea). Jenis parasit
yang dominan menginfeksi pada ikan Mas yang diamati adalah parasit dari filum Platyhelminthes,
yakni sebanyak 34 individu dari 7 ekor yang diamati, sedangkan parasit yang paling sedikit ditemukan
adalah I. multifiliis yaitu hanya 2 individu dari 7 ekor yang diamati.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan tempat hidupnya, parasit dibedakan menjadi dua, yaitu endoparasit dan ektoparasit.
Endoparasit merupakan organisme yang hidup di dalam jaringan atau tubuh inangnya. Ektoparasit
merupakan parasit yang hidup di permukaan tubuh inangnya atau menempel sementara pada
permukaan tubuh inangnya (Aryulina et al 2008).

Reaksi yang timbul akibat infeksi parasit adalah mengganggu sistem metabolisme, merusak organ, dan
menghambat pertumbuhan ikan (Hadiroseyani et al. 2006). Secara spesifik, parasit menyebabkan
berbagai perubahan, baik pada organ, jaringan tubuh maupun tingkah laku inang. Tubuh ikan yang
terinfeksi parasit akan mengalami hypertrofi pada jaringan di sekitar infeksi, pembengkakan dan
terbentuknya zat pertahanan tubuh yang ditandai dengan nekrosis (Purwaningsih 2013).

Tindakan penanganan yang dilakukan untuk mengobati infeksi endoparasit dan ektoparasit dilakukan
dengan cara yang berbeda. Ektoparasit dapat ditangani dengan metode perendaman, sedangkan pada
endoparasit bisa menggunakan metode perendaman namun lebih efektif jika dilakukan dengan
metode oral (Irianto 2005). Sebagai contoh, I. multifilis dapat diatasi dengan memotong siklus
hidupnya, yaitu dengan karantina ikan yang terinfeksi selama 3 hari pada suhu sekitar 25-270C.
Karantina selama 3 hari dapat memotong siklus hidup I. multifilis karena tomitnya hanya hidup selama
48 jam pada suhu sekitar 25-270C. Selain itu, penanganan pada infeksi yang berat (intensitas tinggi)
dilakukan dengan penggunaan bahan kimia dan larutan garam (NaCl) 3%. Bahan kimia yang digunakan
berupa Malachite Green (0,05-0,10 ppm), Methylene Blue, formalin (250 ppm selama 30-60 menit),
kuprisulfat (0,75 ppm) (FAO 2008), maupun dengan kalium permanganat (2 ppm selama 8-10 jam)
(Irianto 2005). Menurut Gusrina (2008), parasit dari filum protozoa dapat ditangani dengan
menggunakan formali dosis 100 ppm dengan metode pengolesan, NaCl dosis 25% dan KMnO4 dosis
100 ppm dengan metode perendaman dalam bak), Rivanol dosis 100 ppm dan formalin dosis 20 ppm
dengan metode perendaman dalam kolam, sedangkan dari filum Cruscea, Platyhelminthes, dan jamur
ringkat rendah dapat ditangani dengan menggunakan formalin 0,1% dan Rivanol 100 ppm dengan
metode pengolesan, NaCl 20%, KMnO4 dosis 0,01 ppm, NH4OH dosis 0,25 ppm, formalin dosis 50
ppm, dan NH4Cl dosis 1-1,5% selama 15 menit dengan metode perendaman dalam bak, serta dengan
menggunakan Malachite Green dosis 0,15 ppm dan ekstrak biji teh dosis 200 kg/ha metode
perendaman dalam kolam.

Jenis-jenis parasit yang sering menginfeksi ikan Lele adalah Vorticella sp., Cryptobia sp., Trichodina sp,
Ichthyophthirius multifiliis, Dactylogyrus, Lytocestus parvulus, dan Branchionus (Hadiroseyani et al
2006). Jenis parasit yang sering menyerang ikan Mas adalah Trichodina sp, Ichthyophthirius multifiliis,
Epystilis sp, Myxobolus sp. dan Oodinium sp. (Purwaningsih 2013). Jenis parasit dan tingkat infeksi
parasit dipengaruhi oleh berbagai hal, mulai dari faktor lingkungan hingga sistem imun. Menurut
Nobel (1989) dan Hadiroseyani et al (2006), distribusi parasit pada organ penempelnya dipengaruhi
oleh suhu, kelembaban, sifat kimia media sekelilingnya, dan persediaan makanan pada tubuh inang.
Selain itu, perbedaan dalam sistem budidaya pada masing-masing daerah dan vektor berupa pakan
alami yang menjadi perantara bagi parasit juga mempengaruhi jenis parasit yang menginfeksi. Pada
praktikum ini jenis parasit yang ditemukan pada ikan Lele dan ikan Mas, umumnya sama, yaitu
Trichodina sp., Platyhelminthes (termasuk Monogenea dan Dactylogyrus sp.), dan I. multifiliis. Namun,
pada ikan Lele juga ditemukan ektoparasit berupa Oodinium sp,.
Trichodina sp. merupakan ektokomensal yaitu menggunakan inang sebagai daerah untuk mencari
makanannya (partikel air, bakteri, dan detritus) (Vini Awilia 2002 dalam Hadiroseyani et al 2006).
Trichodina sp. memiliki diameter selebar 50 m, memiliki bulu getar terangkkai pada kedua sisi sel,
dan memiliki makro dan mikronukleus (Irianto 2005). Infeksi Trichodina sp. dapat menyebabkan iritasi
yang disebabkan oleh penempelan cawan adesifnya. Dalam intensitas yang tinggi, parasit ini dapat
menyebabkan kerusakan yang serius pada sel epidermal inangnya. Pada kondisi tersebut, Trichodina
sp. bertindak sebagai ektoparasit sejati yang memakan sel rusak dan dapat menembus masuk ke
dalam insang dan jaringan kulit inangnya. Penyebaran Trichodina sp. terjadi melalui kontak langsung
dengan ikan atau air yang terkontaminasi (secara horizontal) (Irianto 2005).

I. multifiliis merupakan jenis parasit yang menyebabkan penyakit white spot. Ciri-ciri parasit ini adalah
memiliki bentuk makronukleus seperti tapal kuda dan memiliki cilia. Ikan yang terserang parasit ini
akan memiliki bintik-bintik putih di sekujur tubuhnya (Hadiroseyani et al 2006). Oodinium sp. memiliki
sel vegetative (trophont) yang berbentuk oval atau batang, panjang 30-50 m, sitoplasma berwarna
kuning kecokelatan, terlihat seperti granular. Oodinium sp. merupakan salah satu ektoparasit dan
memiliki suboval untuk organ penyerap sel yang telah berkembang dengan baik yang disebut trophont
dan terletak pada bagian punggunya (Horiguchi dan Ohtsuka 2001).

Dactylogyrus sp. merupakan salah satu spesies yang tergolong dalam ordo Monogenea. Parasit ini
dapat diidentifikasi berdasarkan dua pasang bintik mata dan empat tonjolan yang terdapat pada
bagian anterior dan 14 kait marginal (Hadiroseyani et al 2006). Parasit ini dapat ditemukan pada
bagian insang, permukaan tubuh dan sirip (Hadiroseyani et al 2006).

Prevalensi merupakan persentasi dari perbandingan antara jumlah ikan yang terinfeksi parasit dengan
jumlah ikan yang diperiksa, sedangkan intensitas merupakan rasio jumlah spesies parasit yang
menginfeksi dengan jumlah ikan yang terserang parasit (Hadiroseyani et al 2006). Pada ikan Lele, jenis
parasit yang mendominasi adalah parasit dari ordo Monogenea dengan prevalensi 71,43% dan
intensitas 8,4. Parasit ini dominan ditemukan pada bagian luar tubuh ikan (ektoparasit), namun ada
juga yang ditemukan pada bagian dalam tubuh ikan (endoparasit). Platyhelminthes juga banyak
ditemukan pada ikan Lele yang ditandai dengan nilai prevalensi sebesar 57,14% dan intensitas sebesar
2,3. Parasit ini umumnya ditemukan pada bagian dalam tubuh ikan Lele (endoparasit). Trichodina sp.
yang ditemukan pada lendir ikan Lele memiliki prevalensi sebesarh 42,86% dengan intensitas 4,3. I.
multifiliis juga ditemukan pada lendir ikan Lele dengan prevalensi sebesar 28,57% dengan intensitas
sebesar 6,5. Jenis parasit yang menginfeksi dengan prevalensi terkecil adalah Oodinium sp. yakni
14,29% dengan intensitas sebesar 1.

Pada ikan Mas, jenis parasit yang paling banyak ditemukan adalah parasit dari filum Platyhelminthes
dengan prevalensi sebesar 57.14% dan intensitas sebesar 9,5. Parasit ini umumnya ditemukan pada
organ dalam (usus) ikan Mas sebagai endoparasit. Parasit dari ordo Monogenea ditemukan pada
bagian luar tubuh (insang dan lendir) ikan Mas (ektoparasit) dengan prevalensi 100% dan intensitas
4,1. Prevalensi Monogenea lebih besar dibandingkan Platyhelminthes karena Monogenea ditemukan
pada semua ikan yang diamati sedangkan Platyhelminthes hanya ditemukan pada 4 ekor ikan sampel.
Dari segi intensitas, Platyhelminthes lebih besar dari Monogenea karena jumlah parasit yang
ditemukan dari semua ikan yang terinfeksi Platyhelminthes adalah 38 individu sedangkan pada
Monogenea hanya 29 individu. Trichodina sp. yang umumnya ditemukan pada lendir ikan Mas
(ektoparasit) memiliki prevalensi sebesar 57,14% dengan intensitas sebesar 4,8. I, multifiliis
ditemukan pada bagian lendir dan insang ikan Mas dengan prevalensi terkecil yakni sebesar 28,57%
dengan intensitas 1.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah mengenal bentuk- bentuk
parasit baik ektoparasit maupun endoparasit dari spesimen segar atau hidup yang terdapat pada ikan
Mas dan ikan Lele. Ektoparasit dan endoparasit yang ditemukan berupa spesies dari filum Protozoa
dan Platyhelminthes. Jenis parasit yang dominan ditemukan pada ikan Lele adalah ordo Monogenea
dengan prevalensi 71,43% dan intensitas 8,4, sedangkan pada ikan Mas adalah parasit dari filum
Platyhelminthes dengan prevalensi sebesar 57.14% dan intensitas 9,5.

4.2 Saran

Pada praktikum berikutnya diharapkan jenis ikan yang diamati tidak hanya ikan air tawar, melainkan
ikan air laut. Hal tersebut diharapkan agar praktikan dapat membedakan jenis parasit yang
menginfeksi pada ikan laut dan ikan tawar. Selain itu, diharapkan pula agar identifikasi parasit
dilakukan hingga tingkat genus maupun spesies sehingga proses penghitungan intensitas dan
prevalensi lebih akurat dan memberi kesempatan kepada praktikan untuk membedakan genus dalam
satu ordo suatu organisme.

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina S, Muslim C, Manaf S, dan Winarni EW. 2008 . Biologi SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta:
Esis.

FAO [Food and Agriculture Organization]. 2008. Management for Freshwater Fish Aquaculture.
Tersedia pada: www.fao.org. Diakses pada 30 September 2013.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3 untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.

Hadiroseyani Y. Hariyadi P, dan Nuryati S. 2006. Inventarisasi Parasit Lele Dumbo Clarias sp. di Daerah
Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2): 167-177.

Horiguchi, Takeo dan Ohtsuka, Susumu. 2001.Oodinium inlandicium sp. nov. (Blastodiniales,
Dinophyta) a new ectoparasitic dinoflagellate infecting a chaetognath, Sagitta crassa. Plankton Biology
& Ecology. Vol: 48 (2): 85-95

Irianto, Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.

Purwaningsih, Indah. 2013. Identifikasi Ektoparasit Protozoa Pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio
Linnaeus, 1758) di Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Cangkringan Sleman DIY. Yogyakarta (ID):
UIN Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai