Reproduksi Kelinci
Reproduksi Kelinci
PENDAHULUAN
Kelinci memiliki karakter selalu siaga pada lingkungan sekelilingnya dan akan
bereaksi ageresif untuk menjauhi ancaman yang berada disekitarnya. Mereka mampu
melakukan pengamatan terhadap lingkungan dengan jangkauan yang jauh. Sehingga
kelinci merupakan hewan yang sangat aktif. Kelinci merupakan salah satu jenis ternak
yang mudah dalam pemeliharaanya, di Indonesia terdapat berbagai jenis kelinci, namun
sangat sulit mengetahui yang merupakan asal lokal karena banyaknya ternak kelinci
yang di datang ke Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa ternak kelinci
tidak begitu populer di tengah masyarakat pada saat ini sehingga dalam
perkembanganya ternak kelinci tidaki begitu berkembang dan kebanyakan ternak
kelinci hanya digunakan untuk ternak hiasan atau untuk mainan. Indonesia sangat cocok
untuk pengembangan ternak kelinci selain mudah dalam perawatannya dan tersedianya
sumber makanan kelinci yang cukup juga minat masyarakat yang mulai tumbuh
terhadap ternak keinci.
1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka dapat diambiltujuan
praktikum sebagai berikut:
1 . Mengetahui anatomi organ reproduksi kelinci
2. Mengetahui manajemen pembibitan kelinci
1.3 Manfaat
Agar lebih memahai anatomi dari organ reproduksi kelinci baik jantan maupun
betina. Dan untuk mengetahui cara memanajemen pembibitan kelinci dari pemilihan
bibit induk sampai pemeliharaan anakan kelinci.
Semula kelinci adalah hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci mulai dijinakkan
sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan
percobaan. Menurut Sarwono, (2001) menyatakan bahwa dalam memelihara ternak
kelinci, harus ada tujuan dari produk utama yang diinginkan, hal ini untuk menunjang
keberhasilan dalam usaha ternak kelinci, karena dengan adanya tujuan pemeliharaan
maka akan memudahkan dalam penentuan pakan, manajemen kandang, reproduksi, dan
pemasaran. Aspek reproduksi memegang peranan penting dalam rangka pertambahan
jumlah populasi. Ternak kelinci termasuk dalam satu jenis ternak prolific artinya
mampu beranak banyak per kelahiran.
Sistem perkawinan pada ternak kelinci dapat dilakukan secara alami maupun
dengan inseminasi buatan, biasanya dalam mengawinkan kelinci yang betina
dimasukkan pada jantan, bilamana kelinci betina sedang birahi, dan biarkan beberapa
hari sampai terjadi kebuntingan yang ditandai bahwa kelinci betina tidak mau menerima
lagi pejantan, sehingga kelinci bisa dikawinkan kapan saja, sex ratio antara jantan dan
betina adalah 1 : 10, namun perlu diketahui berahi pada kelinci bersifat induksi yang
berarti bahawa bila terjadi rangsangan maka akan terjadi ovulasi, dan ovulasi terjadi 10
jam setelah terjadi rangsangan, dan fertilisasai terjadi 1 2 jam setelah ovulasi, daya
fertil ovum 6 jam, lama bunting rata-rata 30 hari, siklus estrus 12 14 hari ditambah 4
hari masa menolak, umur dikawinkan 5 7 bulan atau tergantung pada type kelinci,
biasanya type kecil lebih cepat dewasa kelamin dari pada type besar (Sinaga, 2009).
Fertilisasi adalah penyatuan dua sel, yaitu gamet jantan dan betina, untuk
membentuk suatu sel zygote yang merupakan suatu proses yang dapat ditinjau
dalam 2 aspek :
a. Dalam aspek embriologik, fertilisasi meliputi pengaktifan ovum oleh
spermatozoa. Tanpa rangsangan fertilisasi, ovum tidak akan memulai
cleavage dan tidak ada perkembangan embriologik.
Sesudah proses fertilisasi, dimulai masa kebuntingan yang diakhiri pada waktu
kelahiran. Di dalam peternakan, periode kebuntingan pada umumnya dihitung mulai
dari perkawinan yang terakhir sampai terjadinya kelahiran anak. Lama bunting
ditentukan secara genetic walaupun dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor maternal,
foetal dan lingkungan, misalnya ukuran dan umur induk mempengaruhi lama
kebuntingan, masa kebuntingan lebih lama umumnya menunjukkan hanya sedikit
jumlah anak yang dikandung, dan foetus yang besar lebih pendek waktunya dalam
kandungan daripada yang kecil, serta suhu yang tinggi dapat memperpanjang masa
kebuntingan (Cole dan Cupps, 1979 dalam Hanum, 1985).
Pada akhir masa kebuntingan terjadi proses kelahiran atau partus yaitu
serentetan proses-proses fisiologik yang berhubungan dengan pengeluaran anak dan
plasenta melalui saluran kelamin. Kelahiran tergantung kepada 2 faktor yaitu
berkurangnya progesteron dari myometrium dan pelepasan tiba-tiba oxytocin dari
pituitary posterior. Lamanya periode bunting sangat tergantung kepada lamanya umur
corpus luteum. Penyebab lepasnya oxytocin secara tiba-tiba tidak diketahui, tetapi
mungkin disebabkan karena terhalangnya progesterone pada sistem syaraf pusat.
Kelahiran pada kelinci biasanya terjadi pada pagi hari dan apabila foetus berukuran
normal komplikasi melahirkan biasanya tidak terjadi. Kelahiran normal membutuhkan
waktu kurang dari 30 menit dengan interval kelahiran setiap anak 1 sampai 5 menit (Mc
Nitt, 1982 dalam Hanum 1985).
Sistem reproduksi tersusun atas sistem genital internal dan eksternal. Pada
kelinci betina organ interna berupa sepasang ovarium dan uterus. Ovarium
terletak sebelah kaudal dari ren dan didalamnya terdapat folikel-folikel Graaf
berbentuk gelembung. Uterus berjumlah sepasang dan berkelok-kelok dan terbagi atas
infundirambutm, tuba, dan uterus. Organ eksternal tersusun atas vagina, vulva, labium
majus, labium ninus, dan clitoris (Tim Dosen anatomi hewan UGM). Sedangkan pada
jantan memiliki organ reproduksi internal dan eksternal. Pada organ interna terdiri dari
testis dan epididimis. Testis terdapat sepasang yang terletak dalam scrotum. Testis
merupakan pengahasil sperma terus dikeluarkan melalui epididimis yang
merupakan tempat pematangan kemudian ke vasdeferens. Sedangkan pada organ
eksternal berupa penis. Penis ini merupakan alat kopulasi dan tersusun dari corpus
cavernosusm penis dan corpusgavernosum urethrae. Disamping itu juga terdapat
kelenjar-kelenjar yang membantu sistem reproduksi (Kastawi, 1992).
2. Pembibitan
Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut.
untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan
ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian,
Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok
dipelihara.
C. Sistem Pemuliabiakan
Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat
yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu:
In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat
spesifik misalnya bulu, proporsi daging.
Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih
baik/menambah sifat-sifat unggul.
Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis
baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan
perpaduan 2 keunggulan bibit.
3. Pemeliharaan
A. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang
penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek dan
terserang penyakit kulit.
B. Pengontrolan Penyakit
Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu
makan turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini
segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk
mencegah wabah penyakit.
C. Perawatan Ternak
Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak
sapihan ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan
disediakan pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu
untuk mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat
menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang
testisnya.
E. Pemeliharaan Kandang
Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran
kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit.
Sinar matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit.
Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit
dibersihkan dengan kreolin/lysol.
KESIMPULAN
1. Produksi yang dihasilkan ternak kelinci tidak hanya berupa daging dan kulit,
tetapi kelinci juga menghasilkan produk berupa bulu yang dapat digunakan
sebagai bahan di industri tekstil
2. Peternak memiliki beberapa cara untuk menghasilkan keturunan. Solusi paling
praktis adalah dengan mengkawinkan kedua-duanya adalah keturunan yang
murni, dan memilih yang terbaik dari yang terbaik. Untuk menghindari
inbreeding, dapat dilakukan dengan mendapatkan bakalan dari peternak lain.
Jika produksi secara intensif, produsen dapat membeli hewan yang dapat
bertahan hidup dari proses seleksi strain khusus untuk sistem persilangan yang
disarankan oleh pemasok.
3. Perencanaan kandang kelinci menawarkan cara pemantauan atap
kandang hampir semua kejadian di persemaian. Dengan asumsi
bahwa tidak akan tersisa dan alas ternak kelinci yang disapih selambat
lambatnya sebulan setelah kelahiran, sistem melibatkan kotak besar dengan 4
baris horisontal dari 31 kompartemen. masing-masing sesuai dengan hari
bulan. Setiap pagi peternak melihat kartu recordingdan apa yang harus
diperiksanya karena setiap selesai melihatnya, kartu yang bersangkutan induk
kelinci dipindahkan ke kandang yang sesuai untuk operasi berikutnya
SARAN
DAFTAR PUSTAKA