, Korupsi, Good Governance dan Komisi Anti Korupsi di Indonesia, Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman dan HAM RI, 2002
Garner (editor in chief), Blacks Law Dictionary, Seventh Edition, West Publisher 1999
Hartati, E., Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, 2005
Kamal, M., The Implementation of Code for Good Corporate Governance in Indonesia: A Study Case of PT.
Semen Padang, Thesis Master at Deakin University, 2005
Kamal, M., Rambo Lawyer, Padang Ekpsres 2005
Kamal, M., Advokat Indonesia, Singgalang 2002
Kumorotomo, W., Etika Administrasi Negara, RajawaliGrafindo Persada Jakarta, 1999
Transparency International Indonesia, Peringkat Korupsi IndonesiaBelum Beranjak Secara
Signifikan, http://www.ti.or.id/press/details.php?pressID=17 ,August 30, 2006
Transparency International, Indeks Persepsi Korupsi 2005 Transparency Intenational, 2005
Wiyono, R., Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Korupsi, Sinar Grafika Jakarta 2005
Yunto, E., Tim Pemberantasan Korupsi: Antara Harapan dan Kekhawatiran, 2005
1.2 tujuan
-makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah hokum kepegawaian dan perijinan
-makalah ini di buat untuk menambah wawasan tentang aparatur sipil Negara
-mengetahui apa itu ASN Dasar pertimbangan pembentukan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014,
antara lain untuk mewujudkan aparatur sipil Negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi, dimana
ASN sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan
manajemen aparatur sipil Negara. Manajemen aparatur sipil Negara diarahkan berdasarkan pada
perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi
dan kualifikasi yang dimiliki oleh calon dalam rekrutmen. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5
Tahun 2014, yang dimaksud dengan system merit adalah, kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur atau kondisi kecacatan. 8
Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS), adalah pegawai tetap seperti yang sekarang ada
2) Pegawai Pemerintah adalah pegawai yang diangkat berdasarkan kontrak. Jenis pegawai ini dapat
disebutkan seperti tenaga fungsional (Guru, Dokter dsb) dan tenaga profesional (seperti: Auditor,
Perencana, Pengawas, dsb)
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dinyatakan
bahwa Presiden sebagai Kepala Pemerintahan. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, Presiden
bertindak selaku pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi. Dalam konsep Hukum Administrasi
Negara, Presiden sebagai kepala Pemerintah berdampak bahwa Presiden mempunyai kewenangan
mengatur dan mengurus dalam rangka melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. Presiden
memegang kekuasaan tertinggi dalam kebijakan, pembinaan profesi dan manajemen ASN.
Dalam menjalankan tugas tersebut, Presiden dibantu oleh para Menteri di tingkat Pemerintah Pusat
dan Gubernur, Bupati dan walikota di tingkat Pemerintah daerah, yang berkedudukan sebagai
aparatur pemerintah di bawah Presiden. Pelaksanaan tugas-tugas umum Pemerintahan dilaksanakan
melalui tata kerja yang saling berkaitan dan berkesinambungan, dimana hal itu disebut sebagai suatu
birokrasi Pemerintah. Pada dasarnya tugas yang dibebankan kepada aparatur pemerintah melalui
birokrasi pemerintah, dilaksanakan oleh para pegawai negeri baik yang berkedudukan di Pemerintah
Pusat maupun di Pemerintah Daerah.
Aparatur sipil negara sebagai pejabat yang berwenang mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan kegiatan Mengatur dan Mengurus dalam rangka menyelenggarakan urusan
Pemerintahan (bestuurszorg). Kewenangan Mengatur, diberikan kepada seorang Pejabat yang
berwenang untuk membentuk kebijakan dalam bentuk regulasi/regeling (dalam rangka pelaksanaan
undang-undang). Selanjutnya Kewenangan Mengurus, diberikan kepada seorang pejabat yang
berwenang untuk membentuk kebijakan dalam bentuk penetapan/beschiking (dalam rangka
merealisasi undang-undang menjadi nyata/konkrit).
PNS sebagai aparatur pemerintah tidak saja milik satu daerah melainkan sebuah aset pemerintah
yang menjadi perekat Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan. Layaknya penugasan pegawai
pada instansi kejaksaan, kepolisian, atau militer, PNS juga harus diputar ke luar daerah untuk bisa
mendapatkan wawasan luas mengenai Indonesia. "Salah satu praktiknya adalah kepala daerah yang
memiliki kewenangan penuh untuk menunjuk beberapa jabatan strategis, seperti kepala dinas,
tanpa harus mempertimbangkan kompetensi 4
calon yang akan mendudukinya," demikian pendapat Guru Besar Institut Pemerintahan Dalam
Negeri Sadu Wasistiono. Salah satu solusi yang diberikan adalah pemerintah harus meningkatkan
pengawasan kebijakan kepegawaian di daerah. Jangan sampai, primordialisme bisa berlangsung
karena berbalut semangat otonomi daerah.
Karena itu Presiden sebagai kepela Pemerintahan berfungsi sebagai pelaksana manajemen Aparatur
yang berada di bawahnya. Manajeman ASN dalam hal ini dimaksudkan sebagai pengelolaan ASN
untuk menghasilkan pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Presiden sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi Pembina ASN dapat mendelegasikan kewenangan menetapkan pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian pejabat, selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya serta
fungsional keahlian utama, kepada :
d. Gubernur di Provinsi;
e. Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014, dinyatakan bahwa seorang pegawai ASN akan
memiliki jabatan dalam kedudukannya, baik dalam jabatan administrasi, jabatan fungsional atau
jabatan pimpinan tinggi.
Yang dimaksud dengan jabatan administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan
tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.
Jabatan administrasi terdiri atas jabatan administrator, jabatan pengawas dan jabatan pelaksana.
Adapun yang dimaksud dengan jabatan fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi
dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan
tertentu. Jabatan fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian (terdiri dari: ahli
utama, ahli madya, ahli muda dan ahli pratama) dan jabatan fungsional keterampilan (terdiri dari:
penyelia, mahir, terampil dan pemula).
Selanjutnya pengertian jabatan pimpinan tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi
pemerintah. Jabatan pimpinan tinggi terdiri atas jabatan pimpinan tinggi utama, jabatan pimpinan
tinggi madya, dan jabatan pimpinan tinggi pratama. Pengisian jabatan pimpinan utama dan madya
pada Kementerian Kesretariatan Lembaga Negara, Lembaga Non Struktural dan Instansi daerah
dilakukan secara TERBUKA dan KOMPETITIF di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, KEPANGKATAN, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan dan integritas
serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal
108).
2. Cuti;
4. Perlindungan;
5. Pengembangan kompetensi.
2. Cuti;
3. Perlindungan;
4. Pengembangan kompetensi.
Kewajiban ASN
1. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah;
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada
setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan; dan
a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi
birokrasi;
b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan
reformasi birokrasi;
Struktur Organisasi Kementerian PAN-RB berdasarkan Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2013,
adalah:
1. Sekretariat Kementerian;
Komisi ASN yang beranggotakan 7 orang komisioner tersebut berfungsi mengawasi pelaksanaan
norma dasar, kode etik dan kode perilaku ASN, serta penerapan Sistem Merit dalam kebijakan dan
Manajemen ASN pada Instansi Pemerintah. Fungsi tersebut merupakan pembentukan Aparatur Sipil
Negara yang profesinal dan memiliki integritas. Sedangkan Sistem merit mengubah manajemen ASN
dengan berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Selain itu sistem ini juga akan
melakukan penilaian secara adil dan wajar, tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna
kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan.
KASN memiliki tugas untuk menjaga netralitas pegawai ASN, melakukan pengawasan atas
pembinaan profesi ASN dan melaporkan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan
manajemen ASN kepada Presiden. Dengan adanya tugas KASN untuk menjaga netralitas pegawai
ASN maka diharapkan pegawai ASN dapat berkonsetrasi terhadap tugas dan fungsinya sebagai
pelayanan masyarakat.
1. Mengawasi setiap tahapan proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi mulai dari pembentukan
panitia seleksi instansi, pengumuman lowongan, pelaksanaan seleksi, pengusulan nama
2. Mengawasi dan mengevaluasi penerapan asas, nilai dasar serta kode etik dan kode perilaku
Pegawai ASN;
3. Meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat mengenai laporan pelanggaran norma dasar
serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;
4. Memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai
ASN;
5. Meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari Instansi Pemerintah untuk
pemeriksaan laporan atas pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Komisi ASN dibantu oleh Sekretariat. Sekretariat
dibentuk sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 118 Tahun 2014 tentang Sekretariat, Sistem dan
Manajeman SDM, serta Tanggung Jawab dan Pengelolalaan Keuangan KASN. Dalam Perpres tersebut
disebutkan bahwa Sekretariat KASN berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua KASN,
yang dipimpin oleh Kepala Sekretariat.
Penamaan BKN, berawal dari Kantor Urusan Pegawai (KUP) pembentukan zaman kolonialisme untuk
mengurus segala sesuau mengenai kedudukan dan gaji pegawai negeri. Setelah Indonesia merdeka
KUP mengalami perubahan nama menjadi Badan Administrasi Kepegawaian Negara, dengan didasari
perkembangan bawa peran aparatur pemerintah semakin dirasa penting dengan merekontruksi
kedudukan, fugnsi, tugas dan organisasi KUP dmenjadi BAKN berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
32 Tahun 1972. Seiring dengan pesatnya perkembangan kepegawaian terjadi pergeseran paradigm
yang 7
semula masalah administrative semata menjadi kea rah manajemen sumber daya manusia, BAKN
juga melakukan reformasi kepegawaian dengan mengubah BAKN menjadi BKN Badan
Kepegawaian Negara berdasarkan Keppres No. 95 Tahun 1999 tanggal 11 Agustus 1999.
1. Simpulan
Dari tulisan ini dapat diambil beberapa butir kesimpulan sebagai berikut :
1. Tindak pidana korupsi saat ini telah menjadi penyakit kronis yang meruyak menjalan ke
seluruh tubuh pemerintahan. Praktek korupsi tidak hanya dilakukan oleh kalangan
pejabat tinggi, tetapi juga diperbuat oleh ASN pimpinan tingkat menengah dan bawah,
bahkan juga oleh staf,
2. Tindak pidana korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi telah merusak
tatanan budaya masyarakat yang membuat jatuhnya kredibilitas bangsa, menjadi
penyakit yang turun temurun sehingga jadi sulit untuk diatasi,
3. Mata rantai tindak pidana korupsi telah harus diputus sesegera mungkin agar tidak
menjadi warisan bagi generasi selanjutnya Indonesia telah harus melakukan reformasi
total dalam penyelenggaraan keuangan negara agar penyakit korupsi tidak meruyak dan
bisa dimatikan,
4. Aparatur Sipil Negara adalah unsur utama dan terpenting dalam gerakan percepatan anti
korupsi, karena ASN lah yang memegang kekuasaan dan kewenangan atas keuangan
dan kekayaan negara. Keterlibatan unsur lain dalam tindak pidana korupsi tentu tentu
tidak dapat dipisahkan dari peran penting ASN itu sendiri,
5. Setiap ASN hendaknya telah menjadi tunas integritas dalam rangka pemberantasan
tindak pidana korupsi dan membangun sikap anti korupsi. Tunas integritas anti korupsi
bukan hanya untuk membentengi diri sendiri, tetapi juga mempengaruhi pihak lain agar
tidak melakukan tindak pidana korupsi. Artinya ASN lah yang menyebarkan bibit-bibit
positif anti korupsi di lingkungan kerjanya dan dalam kehidupan masyarakat.