ULKUS PEPTIKUM
Pembimbing :
dr. Hendry Tanjung, MM
Disusun oleh :
Dr. Anisatantri Andes Winata
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pernikahan : Menikah
Alamat : Jakarta
II. Anamnesa
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien pada tanggal
23Juni 2017, di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Islam Sukapura.
Keluhan utama :
Nyeri perut sejak sejak tadi pagi, perut terasa perih dan melilit.
Mual +, muntah -
Pusing dan sakit kepala, Demam -
Tanda Vital
TD :120/70 mmHg RR : 22 x/menit
N : 78 x/menit S : 36,6 C
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata
Palpebra : Edema / Pupil : Bulat, isokor
Konjungtiva : Anemis -/- Refleks Cahaya : +/+
Sklera : Ikterik /
Telinga
Bentuk : Normal/Normal Mukosa : Hiperemis (-)
Liang : Lapang Serumen : /
Hidung
Bentuk : Normal
Deviasi Septum :
Sekret : /
Concha : Hipertrofi /, hperemis /, oedem /
Mulut
Bibir :normal Tonsil : T1T2 tenang
Lidah :putih pucat Mukosa Faring : Hiperemis ()
Leher
KGB : Tidak terdapat pembesaran
Kel. Thyroid : Tidak terdapat pembesaran
JVP : JVP 52 cmH2O
Thoraks
Paru
Inspeksi : Hemithorax kanan-kiri simetris dalam keadaan statis dan
dinamis
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki /, wheezing /
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ IBJ II reguler, murmur (), gallop ()
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan(+) epigastrium
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Atas
Akral : Hangat Perfusi : Baik
Sianosis : () Edema : ()
Bawah
Akral : Hangat Perfusi : Baik
Sianosis : (-) Edema : ()
Kulit : normal
V. Diagnosis
Melena susp. Ulkus Peptikum
VI. Terapi
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 1 amp (IV)
Inj. Vit K 1 amp (IV)
Inj. As. Tranexamat 1 amp (IV)
2.1 Definisi
Suatu defek mukosa/ submukosa yang berbatas tegas dapat menembus muskularis mukosa
sampai lapisan serosa, sehingga dapat terjadi perforasi. Secara klinis, suatu tukak adalah hilangnya
epitel superfisial atau lapisan lebih dalam dengan diameter 5 mm yang dapat diamati secara
endoskopi atau radiologis. (Akil,2007)
Helicobacter pylori
Bila terjadi infeksi H. pylori, maka bakeri ini akan melekat pada permukaan epitel dengan
bantuan adhesin sehingga dapat lebih efektif merusak mukosa dengan melepaskan sejumlah zat
sehingga terjadi gastritis akut yang dapat berlanjut menjadi gastritis kronik aktif atau duodenetis
kronik aktif. Untuk terjadi kelainan selanjutnya yang lebih berat seperti tukak atau kanker lambung
ditentukan oleh virulensi H. pylori dan faktor-faktor lain, baik dari host sendiri, maupun adanya
gangguan fisiologis lambung/ duodenum.
Setelah H. pylori berkoloni secara stabil terutama dalam antrum, maka bakteri ini akan
mengeluarkan bermacam-macam sitotoksin yang secara langsung dapat merusak epitel mukosa
gastroduodenal seperti vacuolating cytotoxin (Vac A Gen) yang menyebabkan vakuolisasi sel-sel
epitel, seperti urease, protease, lipase, dan fosfolipase. Sitotoksin dan enzim-enzim ini paling
bertanggung-jawab terhadap kerusakan sel-sel epitel.
Urease memecahkan urea dalam lambung, menjadi amonia yang toksik terhadap sel-sel epitel.
Sedangkan protease dan fosfolipase A2 menekan sekresi mukus, menyebabkan daya tahan mukosa
menurun, merusak lapisan yang kaya lipid pada apikal sel epitel dan melalui kerusakan sel-sel ini,
asam lambung berdifusi balik, menyebabkan nekrosis yang lebih luas sehingga terbentuk tukak peptik.
6
Obat Anti Inflamasi non-steroid (OAINS)
(Akil,2007)
Anamnesis
- Nyeri seperti terbakar, nyeri rasa lapar, rasa sakit atau tidak nyaman yang mengganggu dan
tidak terlokalisasi; biasanya terjadi setelah 90 menit 3 jam post prandial dan nyeri berkurang
sementara sesudah makan, minum susu atau minum antasida. Hal ini menunjukkan adanya
peranan asam lambung/ pepsin dalam patogenesis ulkus duodenum. (Akil, 2007 dan Kasper,
2005)
- Nyeri epigastrium merupakan gejala yang paling dominan
7
- Nyeri yang spesifik pada 75 % pasien ulkus duodenum adalah nyeri yang timbul dini hari,
antara tengah malam dan jam 3 dini hari yang dapat membangunkan pasien.
- Pada ulkus duodenum, nyeri yang muncul tiba-tiba dan menjalar ke punggung, perlu
diwaspadai adanya penetrasi tukak ke pankreas, sedangkan nyeri yang muncul dan menetap
mengenai seluruh perut perlu dicurigai suatu perforasi.
- Pada ulkus duodenum umumnya, apabila gejala mual dan muntah timbul secara perlahan
tetapi menetap, maka kemungkinan terjadi komplikasi obstruksi pada outlet.
- 10 % dari ulkus duodenum, khususnya kausa OAINS, menimbulkan komplikasi (perdarahan/
perforasi) tanpa adanya keluhan nyeri sebelumnya sehingga anamnesis mengenai penggunaan
OAINS perlu ditanyakan kepada pasien.
- Tinja berwarna seperti teer (melena) harus diwaspadai sebagai suatu perdarahan tukak/ ulkus.
(Akil,2007)
Pemeriksaan Fisik
Tidak banyak tanda fisik yang dapat ditemukan selain kemungkinan adanya nyeri palpasi
epigastrium, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. (Akil,2007)
Diagnosis
Diagnosis pasti ulkus duodenum dilakukan dengan pemeriksaan endoskopi saluran cerna
bagian atas dan sekaligus dilakukan biopsi lambung untuk deteksi H. Pylori atau dengan pemeriksaan
foto barium kontras ganda. (Akil,2007)
2.4 Penatalaksanaan
8
Pada umumnya penatalaksanaan ulkus duodenum dilakukan secara medikamentosa,
sedangkan cara pembedahan dilakukan apabila terjadi komplikasi seperti perforasi, obstruksi, dan
perdarahan yang tidak dapat diatasi.
Diet
Walaupun tidak diperoleh bukti yang kuat terhadap berbagai bentuk diet yang dipakai pada
masa lalu, namun pemberian diet yang mudah dicerna, khususnya pada tukak yang aktif perlu
dilakukan.
Makan dalam jumlah yang sedikit namun sering, lebih baik daripada makan yang sekaligus
kenyang.
Mengurangi makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung/ pepsin, makanan yang
merangsang timbulnya nyeri dan zat-zat lain yang dapat mengganggu pertahanan mukosa
gastroduodenal.
(Akil,2007)
Medikamentosa
Klaritromisin : 2 x 500 mg
PPI :2x1
9
Amoksisilin : 2 x 1 g/ hari
Metronidazol : 2 x 500 mg
PPI :2x1
Klaritromisin : 2 x 500 mg/ hari
Metronidazol : 2 x 500 mg
- Omeprazol 20 mg
- Rabeprazol 10 mg
- Pantoprazol 40 mg
- Lanzoprazol 30 mg
- Esomeprazol magnesium 20/ 40 mg
b. H. pylori disertai penggunaan OAINS
Eradikasi H. pylori sebagai tindakan utama tetap dilakukan dan bila mungkin OAINS
dihentikan, atau diganti dengan OAINS spesifik COX-2 inhibitor yang mempunyai efek
merugikan lebih kecil pada gastroduodenal.
Penyembuhan tetap sama pada ulkus duodenum kausa H. pylori sendiri atau bersama-
sama dengan OAINS, yaitu dengan menggunakan PPI.
10
- Pemberian obat spesifik COX-2 inhibitor walaupun hal ini tidak 100 % mencegah
efek samping pada gastroduodenal.
- Pemberian obat secara bersamaan dengan pemberian OAINS seperti H2RA, PPI atau
prostaglandin.
d. Ulkus duodenum non-H. pylori non-OAINS
- Antasida 120-240 mEq/ hari dalam dosis terbagi
- H2 Receptor Antagonis (H2RA):
cimetidin 2 x 400 mg/hari atau 1 x 800 mg pada malam hari
ranitidin 300 mg sebelum tidur malam atau 2 x 150 mg/hari
famotidin 40 mg sebelum tidur malam atau 2 x 20 mg/hari
Masing-masing diberikan selama 8-12 minggu dengan penyembuhan sekitar 90
%.
- Proton Pump Inhibitor (PPI), 1 x 1 sebelum sarapan pagi atau 2 x 1 per hari sebelum
makan pagi dan makan malam, selama 4 minggu dengan tingkat penyembuhan di atas
90 %. Obat lain seperti sukralfat 2 x 2 gr/hari atau 4 x 1 gr/hari.
(Akil,2007)
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada umumnya adalah:
2.6 Prognosis
Dubia
MELENA
11
2.7 Definisi
Melena adalah buang air besaar (BAB) berwarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna
bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas adalah saluran cerna di atas (proksimal)
ligamentum Treitz, mulai dari jejunum proksimal, duodenum, gaster dan esofagus. (Rani, 2005)
2.9 Penatalaksanaan
Non-farmakologis:
- Tirah baring
- Puasa, diet hati/lambung
- Pasang NGT untuk dekompresi
- Pantau perdarahan
(Rani, 2005)
Farmakologis:
- Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb). Pada kasus varises, transfusi
sampai dengan Hb 10 gr %, pada kausa non varises transfusi sampai dengan Hb 12 %.
- Sementara menunggu darah, dapat diberikan penggenti plasma (misalnya dekstran/ hemacel)
atau NaCl 0,9 % atau RL.
- Untuk penyebab non varises:
1. injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton (PPI)
2. sitoprotektor : sukralfat 3-4 x 1 gr atau teprenon 3 x 1 tab
- Untuk penyebab varises:
- Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai kelainan
- Pada pasien dengan pecah varises/penyakit hati kronik/sirosis hati diberikan:
12
- Prosedur bedah dilakukan sebagai tindakan emergensi atau elektif. Bedah emergensi
diindikasikan bila pasien masuk delam keadaan gawat I-II.
(Rani, 2005)
2.10 Komplikasi
Syok hipovolemik
Aspirasi pneumonia
Gagal ginjal akut
Sindrom hepatorenal
Koma hepatikum
Anemia karena perdarahan
(Rani, 2005)
2.11 Prognosis
Dubia. (Rani, 2005)
13
Daftar Pustaka
1. Akil HAM. Tukak Duodenum. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiyati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2007. h. 345-348.
2. Rani AA, Santoso A, Pusponegoro AD, Sani A, Lelo A, Azwar A, dkk. MIMS Official Drugs
Reference for Indonesian Medical Profesionals edisi Bahasa Indonesia. Vol 8. Jakarta: PT Info
Master; 2007.
3. Hematemesis Melena. Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A,
editor. Panduan Pelayanan Medik, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Jakarta: PB PAPDI; 2006. h. 305-306
4. Kasper DL, Braundwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. HARRISONS
Manual of Medicine 16th edition. International edition. India: Mc Graw Hill; 2005. p. 737-
739.
14