I. GEOMORFOLOGI
Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan kemajuan proses, iklim dan studi kuantitatif
cenderung memakai istilah geomorfologi untuk pendekatan analitik dari bentuk bentang
alam, lebih dari sekedar deskriptif.
Dalam eksplorasi permukaan planet ini oleh berbagai misi luar angkasa, perspektif dari
geomorfologi regional memerlukan langkah awal dari untuk keinginan tahu ilmiah. Misi
global tentang Mars (Mutch et al., 1976), Bulan/Moon (Mc Cauley & Wilhelms, 1971)
Mercury (Strom, 1984), dan Venus (Masurky et al., 1980) menghasilkan identifikasi
surface unit atau physiographic province. Istilah Mega-geomorphology dikenalkan
pada tahun 1981, yang intinya melibatkan ahli geomorfologi dalam studi fenomena skala
ruang yang besar, dari mulai wilayah ke kontinen, dari kontinen ke planet. Ini juga
melibatkan skala waktu yang besar.
Hubungan antara skala waktu dan ruang dalam geomorfologi ditunjukkan dalam
klasifikasi seperti pada Tabel 1.1. Sparks (1971) menyatakan bahwa klasifikasi ini
dirancang untuk memudahkan pembahasan fenomena yang sangat beragam. Gambaran
orde pertama yang besar, kontinen dan cekungan samudera, berubah dalam waktu
yang lama. Gambaran kecil orde tinggi merupakan transient. Unsur-unsur dasar timbul
pada orde yang berbeda. Konsep lama fisiografi digunakan untuk bentuk orde ke dua,
seperti keseluruhan pegunungan atau dataran pantai. Unsur diantara wilayah fisiografik
dapat terdiri dari bentuk orde ke dua.
Table 1.1
A Hierarchical Classification of Terrestrial Geomorphological Features by Scale
Approximate
Approximate
Order Characteristic Units (with examples) Time Scales of
Spatial Scale
Persistence
(km2)
(years)
1 107 Continents, ocean basins 108-109
2 10 6
Physiographic provinces, shields, depositional 108
plains
3 104 Medium-scale tectonic units (sedimentary basins, 107-108
mountain massifs, domal uplifts)
4 102 Smaller tectonics units (fault blocks, volcanoes, 107
troughs, sedimentary subbasins, individual
mountain zones)
5 10-102 Large-scale erosional/depositional units (deltas, 106
major valleys, piedmonts)
6 10-1-10 Medium-scale erosional/depositional units or 105-106
landforms (floodplains, alluvial fans, moraines,
smaller valleys and canyons)
7 10-2 Small-scale erosional/depositional units or 104-105
landforms (ridges, terraces, sand dunes)
8 10-4 Larger geomorphic process units (hillslopes, 103
sections of stream channels)
9 10-6 Medium-scale geomorphic process units (pools 102
and riffles, river bars, solution pits)
10 10-8 Microscale geomorphic process units (fluvial and
eolian ripples, glacial striations)
S = aTb
dimana S adalah besaran fenomena (features) dan T adalah waktu (durasi) dan a dan b
adalah konstanta. Konstanta b umumnya adalah faktor skala (= kira-kira 1.0). Konstanta
a berhubungan dengan intensitas proses (besaran kecepatan dari energi per satuan
luas).
Skala waktu juga merupakan unsur yang penting dalam mendefinisikan proses
geomorfologi. Dalam skala makro waktu geomorfik akan terdapat fasa terjadinya proses
erosi atau sedimentasi. Fasa-fasa ini, yang merupakan siklus, akan dikontrol oleh proses
geologi regional, pembentukan pegunungan dan pergerakan lempeng, yang meliputi
evolusi dalam jutaan tahun. Pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan unsur-
unsur bentang alam untuk merekonstruksikan kejadian yang telah lampau.
Dalam skala meso dari waktu geomorfik membahas perubahan utama dari bentuk alam
atau bentang alam dalam skala ribuan tahun. Misalnya perubahan dari gletsyer,
penambahan (agradation) pengurangan (degradation) dari sungai dan garis pantai.
Perubahan ini merupakan peran yang kompleks antara tektonik dan perubahan iklim
dalam mengontrol proses geomorfik. Hal ini merupakan bagian yang sering dibahas
dalam analisis geomorfik karena akan melibatkan rekonstruksi historik dan studi dari
proses yang berlangsung saat ini (modern).
Dalam skala mikro dari waktu geomorfik, variabel tektonik dan iklim diasumsikan tetap.
Proses-proses seperti gosong-pasir (sand dunes), gletsyer, sungai atau pantai dianggap
sebagai cerminan hanya dari kejadian singkat yang mempengaruhi bentuk fisik. Hal ini
merupakan gambaran sesaat dari para ahli keteknikan dan proses geomorfologi. Hal ini
memungkinkan ahli teknik melakukan pengukuran dari proses dalam skala waktu
tahunan, yang akan menjadi dasar dari pengambilan data geomorfologi kuantitatif.
Kemampuan memprediksikan dari hasil studi ini akan sangat bermanfaat didalam
kegunaannya untuk terapan (aplikasi).
Hampir semua ahli geomorfologi sepakat tentang beberapa asumsi dasar dalam
penyelidikan geomorfologi, apakaih itu dalam bentuk fundamental concept
(Thornbury, 1969), philosophical assumptions (Twidale, 1977), paradigm (Ollier,
1981), basic postulate (Pitty, 1982). Ini semua merupakan kebijakan konvensional
untuk ilmu pengetahuan. Konsep ini mempengaruhi pengembangan teori-teori besar
yang dapat bertahan untuk menjelaskan beberapa gambaran local. Asumsi dasar yang
lain melibatkan climatic morphogenesis, menekankan peran proses yang dikontrol
iklim dari kejadian bentuk alam. Beberapa konsep ini juga menimbulkan beberapa
kontroversi, misalnya peran dari proses katasiklisme dalam membentuk bentang alam.
Konsep-konsep ini diterapkan untuk geomorfologi dari semua skala. Tabel 1.2
menggambarkan hal-hal penting yang terkait.
Table 1.2
Fundamental Concepts of Geomorphology
Geomorfologi merupakan ilmu dasar yang penting. Ini berkaitan dengan perantara
antara permukaan bumi dengan atmosfer dan hidrosfer. Namun demikian, geomorfologi
juga merupakan ilmu pengetahuan dalam transisi yang di dalamnya timbul pertanyaan
yang berkaitan dengan metodologi dasar dan filosofi. Pada saat ini, banyak ahli
geomorfologi yang meninggalkan konsep skala makro tentang perkembangan bentang
alam oleh proses dalam struktur geologi. Sebagai gantinya, mereka lebih tertarik dengan
studi tentang proses tersebut dan respon dari proses terhadap bentang alam dalam
skala waktu yang singkat.
Ahli geomorfologi melakukan pekerjaan lapangan, laboratorium dan teknik analisis untuk
melakukan studi tentang proses yang sedang aktif di bentang alam. Pekerjaan ini akan
berhubungan dengan disiplin lain diantaranya; ilmu tanah (podology), mekanika tanah,
hidrologi, geokimia, penginderaan jauh, hidrolika, statistic, geofisika, teknik sipil dan
geologi. Untuk mengatur interaksi proses-proses, ahli geomorfologi menggunakan
system analisis. Bentang alam dianggap merupakan unsure yang berkaitan dengan
aliran masa dan energi. Studi proses mengukur pemasukan (input), pengeluaran
(output), pemindahan (transfer), dan perubahan bentuk (transformasi) yang mencirikan
system ini. Walaupun analisis system tidak merupakan teori geomorfologi, akan tetapi
mendukung untuk pengaturan studi proses kedalam kerangka yang dapat menerima
pemodelan dan pendugaan (prediksi).
Pendekatan istem untuk geomorfologi telah ditinjau oleh Chorley & Kennedy (1971) dan
oleh Chorley et al. (1984). Tabel 1.3 merupakan ringkasan istilah sistem-sistem yang
penting dan penggunaannya dalam geomorfologi.
Table 1.3
Terminology of Geomorphic Systems
Geomorfologi klimatik berkembang sebagai alternative bagi Teory Davis untuk evolusi
bentang alam ahli geomorfologi klimatik menganggap bahwa mekanisme bentuk
permukaan (relief) modern terbentuk sebagai fungsi dari iklim dan hasil relief
mencerminkan zona paleoklimat di permukaan bumi. Terdapat kombinasi dari berbagai
proses yang terjadi dalam zona morfoklimatik (contoh praktisi; Tricart & Callieuex,
Budel, Bremer,1984).