Anda di halaman 1dari 8

1. Mengapa pasien mengalami perdarahan setelah persalinan normal ?

2. Bagaimanapatofisiologiperdarahan postpartum
biladihubungkandenganfaktorresikopasien ?
1. PATOFISIOLOGI (SECARA ANATOMI JUGA )

Sebagian besar kasus Perdarahan postpartum terjadi selama persalinan kala


tiga. Selama jangka waktu tersebut, otot-otot rahim berkontraksi dan
plasenta mulai memisahkan diri dari dinding rahim. Jumlah darah yang
hilang tergantung pada seberapa cepat hal ini terjadi. Persalinan kala tiga
biasanya berlangsung antara 5 sampai 15 menit. Bila lewat dari 30 menit,
maka persalinan kala tiga dianggap panjang/lama yang berarti menunjukkan
masalah potensial. Bilamana rahim lemah dan tidak berkontraksi secara
normal, maka pembuluh darah di daerah plasenta tidak terjepit dengan
cukup,hal ini akan mengakibatkan perdarahan yang berat
( Hanifa Wiknjosastro 2002 )
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh
darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi
terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi
perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya
pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau
hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu
proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan
postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan
shock hemoragik.
( Rustam Mochtar 1998)
a. Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian
plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada
jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab
terpenting perdarahan postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama;
pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada
hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas)
atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha
mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke
bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui.
Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita
telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya.
Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.

b. Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir


selama 1 jam setelah bayi lahir.
Penyebab retensio plasenta :
a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan
tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
i. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
ii. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua endometrium sampai ke
miometrium.
iii. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus
miometrium sampai ke serosa.
iv. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus
serosa atau peritoneum dinding rahim.
b. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar
karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian
bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan
menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi


perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan
terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera
mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih
atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan
c. Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian
atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan
mengalami inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan
plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya
waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil
dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
a. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam
kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahim.
b. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam
vagina.
c. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan
sebagian sudah keluar vagina.
d. Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus
genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau
perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es,
analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini
dapat diserap kembali secara alami.
(Williams, 1998)

3. Apa etiologi & factor resiko dari perdarahan postpartum ?

2. Etiologi
a. Atonia uteri
i. Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah:
1. Umur: umur yang terlalu muda atau tua
2. Paritas: sering dijumpai pada multipara dan
grandemultipara
3. Partus lama dan partus terlantar
4. Obstetri operatif dan narkosa
5. Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemeli,
hidramnion, atau janin besar
6. Kelainan padauterus, seperti miornauteri, uterus couvelair
pada solusio plasenta
7. Faktor sosio ekonorni, yaitu malnutrisi
b. Sisa plasenta dan selaput ketuban
c. Jalan lahir; robekan perineum, vagina seviks, forniks, dan rahim.
d. Penyakit darah
e. Kelainan pembekuan darah misalnya a atau hipofibrinogenemia yang
sering dijumpai pada:
i. Perdarahan yang banyak
ii. Solusio plasenta
iii. Kematian janin yang lama dalam kandungan
iv. Pre-eklamsi dan eklamsi
v. Infeksi, hepatitis, dan septik syok.
3. FAKTOR PREDISPOSISI

Kelahiran bayi yg berat


Persalinan lewat servik yg dilatasi lgkap
Insisi Duhrssen pada servik
Tindakan manipulasi intrauteri
Persalinan pervaginam dg riwayat seksio sesarea

(Obstetri,Willyam ARNANDO D.E)

4. apa diagnosis dan DD dariskenario ?


5. Apa saja komplikasi dari postpartum ?
KOMPLIKASI
a. Sindrom sheehan-Perdarahan banyak kadang-kadang diikuti dengan
sndrom Sheehan, yaitu: kegagalan laktasi, amenore, atrofi payudara,
rontok rambut pubis dan aksila, superinvolusi uterus, hipotiroidi, dan
insufisiensi korteks adrenal
b. Diabetes insipidus
c. Syok

( Hanifa Wiknjosastro 2002)


6. Bagaimana tindakan yang dilakukan dokter pertama kali untuk mencegah
perdarahan postpartum ?
4. PENATALAKSANAAN

Pengobatan perdarahan postpartum pada atonia uteri tergantung pada


banyaknya perdarahan dan derajat atonia uteri, dibagi dalam 3 tahap :
o Tahap I : Perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi dengan cara
pemberian uterotonika, mengurut rahim (massage), dan memasang
gurita
o Tahap II : Bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak,
selanjutnya berikan infuse dan transfuse darah dan dapat dilakukan :
Manuver Zangemeister
Manuver Fritch
Kompresi bimanual
Kompresi aorta
Tamponade utero vaginal
Jepitan arteri uterine dengan cara Henkel

Tamponade utero vaginal walaupun secara fisiologis tidak tepat,


hasilnya masih memuaskan, terutama di daerah pedesaan di mana
fasilitas lainnya sangat minim/tidak ada
o Tahap III : Bila semua upaya di atas tidak menolong juga, maka usaha
terakhir adalah menghilangkan sumber perdarahan, dapat ditempuh 2
cara, yaitu dengan meligasi a.hipogastrika/histerektomi.

Pada perdarahan postpartum sekunder penanganannya yaitu :


o Kompresi bimanual sedikitnya selama 30 menit
o Antibiotik spectrum luas
o Oksitosin 10 U i.m tiap 4 jam/10 20 U/l i.v dengan tetesan lambat, 15
metal PGF 0,25 mg i.m tiap 2 jam/ergot alkaloid tiap 6 jam sedikitnya
selama 2 hari

Segera lakukan KBI (kompresi bimanual interna) masukkan tangan


kanan sampai kedalam fornix anterior lalu tekan dinding anterior uterus,
dan tangan kiri pada abdomen menekan dinding posterior uterus dan
dorong kedalam bawah, hal ini dilakukan untuk menekan pembuluh
darah dan merangsang kontraksi miometrium. Evaluasi dalam waktu 5
menit, bila ada kontraksi teruskan KBI selama 2 menit, tapi bila tidak ada
kontraksi maka dapat dilakukan KBE (kompresi bimanual eksterna)
dengan bantuan keluarga pasien.
KBE letakkan satu tangan pada abdomen didepan uterus diatas
simfisis pubis, dan letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen
(dibelakang korpus uteri), kemudian lakukan gerakan saling merapatkan
kedua tangan untuk melakukan kompresi.
Berikan ergometrin 0,2 mg im (jangan diberikan bila pasien menderita
hipertensi)
Pasang infus dengan larutan RL 500 ml yang mengandung oksitosin 20
unit (dengan jarum ukuran 16 / 18).
Kemudian ulangi KBI
Jika uterus tetap tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit, segera
lakukan rujukan karena atonia yang terjadi adalah kompleks (perlu
pembedahan dan transfusi darah).
Selama pengiriman pasien ke lokasi rujukan usahakan meneruskan KBI
dan teruskan pemberian cairan iv dengan ; infus RL 500 ml/10 menit,
kemudian berikan RL 500 ml/jam sampai total cairan yang diinfuskan 1,5
L, dan kemudian berikan 125 ml/jam, tapi apabila cairan infus tidak
cukup dapat diberikan botol kedua 500 ml dengan tetesan lambat disertai
pemberian cairan secara oral untuk asupan tambahan.
(Wiknjosastro, H., 2006, Ilmu Kebidanan, ed.3 cet.8, YBP-SP, Jakarta)

Anda mungkin juga menyukai