Anda di halaman 1dari 17

Narkoba dan Golongannya

Dalam istilah sederhana NAPZA berarti zat apapun juga apabila dimasukkan keda1am tubuh
manusia, dapat mengubah fungsi fisik dan/atau psikologis. NAPZA psikotropika berpengaruh
terhadap system pusat syaraf (otak dan tulang belakang) yang dapat mempengaruhi
perasaan, persepsi dan kesadaran seseorang. Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika
adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.

Narkotika sendiri dikelompokkan lagi menjadi:


Golongan I:
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Ganja.
Golongan II:
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.
Golongan III:
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Codein.

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah: zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan:
Golongan I:
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
Golongan II:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Amphetamine.
Golongan III:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Phenobarbital.
Golongan IV:
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).

Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
Narkotika dan Psikotropika, meliputi:
Minuman Alkohol, mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol:
a. Golongan A: kadar etanol 1-5 % (Bir)
b. Golongan B: kadar etanol 5-20 % (Berbagai minuman anggur)
c. Golongan C: kadar etanol 20-45 % (Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker)

Inhalasi, gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik,
yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas
mesin. Yang sering disalahgunakan adalah: Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
Tembakau, pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama
pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering
menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan
menjadi 3 golongan:
a. Golongan Depresan (Downer), adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas
fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat
tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedative
(penenang), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas).
b. Golongan Stimulan (Upper), adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
c. Golongan Halusinogen, adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis (ganja).

Di dalam masyarakat NAPZA/NARKOBA yang sering disalahgunakan adalah:


1. Opiada, terdapat 3 golonagan besar:
a. Opioda alamiah (Opiat): Morfin, Opium, Codein.
b. Opioda semisintetik: Heroin / putauw, Hidromorfin.
c. Opioda sintetik: Metadon.

2. Kokain
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut
Nama jalanan: koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow / salju. Cara pemakainnya:
membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca
atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot
seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan
cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek
pemakain kokain: pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya
diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.
3. Kanabis
Nama jalanan: cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang. Berasal dari tanaman
kanabis sativa atau kanabis indica. Cara penggunaan: dihisap dengan cara dipadatkan
menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek rasa dari kanabis tergolong
cepat, pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan (euphoria), sering
berfantasi/menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut
dan tenggorokan.

4. Amphetamine
Nama jalanan: seed, meth, crystal, whiz. Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih
dan keabuan dan juga tablet. Cara penggunaan: dengan cara dihirup. Sedangkan yang
berbentuk tablet diminum dengan air. Ada 2 jenis Amphetamine:
MDMA (methylene dioxy methamphetamine) Nama jalanan: Inex, xtc. Dikemas dalam
bentuk tablet dan capsul.Metamphetamine ice, nama jalanan: SHABU, SS, ice. Cara
pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar
dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (boong).

5. Lysergic Acid
Termasuk dalam golongan halusinogen. Nama jalanan: acid, trips, tabs, kertas. Bentuk: biasa
didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam
banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul. Cara penggunaan:
meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 60 menit kemudian,
menghilang setelah 8-12 jam. Efek rasa: terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu
sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkan dan lama-lama
menjadikan penggunaanya paranoid.

6. Sedatif-hipnotik (benzodiazepin)
Termasuk golongan zat sedative (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur). Nama jalanan:
Benzodiazepin: BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp. Cara pemakaian: dengan diminum, disuntikan,
atau dimasukan lewat anus. Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang
mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.
7. Solvent/Inhalasi
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya: Aerosol, Lem, Isi korek api
gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin. Biasanya digunakan dengan cara coba-
coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang mampu. Efek yang ditimbulkan:
pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan
hati.
PENGERTIAN DAN PENYEBAB PERILAKU SEKS BEBAS

PENGERTIAN SEKS BEBAS


Pengertian seks bebas menurut Kartono (1977) merupakan perilaku yang didorong oleh
hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan
sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Sedangkan menurut Desmita (2005) pengertian seks bebas adalah segala cara
mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ
seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi
perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki
pengalaman tentang seksual.
Nevid dkk (1995) mengungkapkan bahwa perilaku seks pranikah adalah hubungan seks
antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan secara fisik.
Maslow (dalam Hall & Lindzey, 1993) bahwa terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus
dipenuhi manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan dasar
manusia dalam bertahan hidup, yaitu kebutuhan yang bersifat instinktif ini biasanya akan
sukar untuk dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama dorongan seks.
Lebih lanjut Cynthia (dalam Wicaksono, 2005) seks juga diartikan sebagai hubungan seksual
tanpa ikatan pada yang menyebabkan berganti-ganti pasangan.
Sedangkan menurut Sarwono (2003) menyatakan, bahwa seks bebas adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, mulai
dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman (kissing) berciuman belum
sampai menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara
atau melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking, dan
bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan
alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama (petting, dan yang sudah
bersenggama (intercourse), yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.
Berdasarkan penjabaran definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian seks bebas
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun
sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan mulai dari necking, petting sampai
intercourse dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat
yang tidak bisa diterima secara umum.
PENYEBAB PERILAKU SEKS BEBAS
Penyebab perilaku seks bebas sangat beragam. Pemicunya bisa karena pengaruh lingkungan,
sosial budaya, penghayatan keagamaan, penerapan nilai-nilai, faktor psikologis hingga faktor
ekonomi. Adapun beberapa penelitian mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya perilaku seks bebas menurut Hyde (1990) yaitu:

Usia
Makin dewasa seseorang, makin besar kemungkinan remaja untuk melakukan hubungan
seks bebas. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk
melakukan perilaku seks bebas.

Usia yang muda saat berhubungan seksual pertama


Semakin muda usia pada hubungan seksual yang pertama cenderung untuk lebih permisif
daripada mereka yang lebih dewasa pada hubungan seksualnya yang pertama.

Usia saat menstruasi pertama


Makin muda saat usia menstruasi pertama, makin mungkin terjadinya hubungan seks pada
remaja. Perubahan pada hormon yang terjadi seiring dengan menstruasi berkontribusi pada
meningkatkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan hubungan dengan lawan jenis.

Agama
Kereligiusan dan rendahnya sikap serba boleh dalam perilaku seks berjalan sejajar seiringan.
Clayton & Bokemier meneliti bahwa sikap permisif terhadap hubungan seks bebas dapat
dilihat dari aktivitas keagamaan dan religiusitas (Rice, 1990).

Pacar
Remaja yang memiliki pacar lebih mungkin untuk melakukan seks bebas daripada remaja
yang belum memiliki pacar.
Kencan yang lebih awal
Remaja yang memiliki kencan lebih awal atau cepat dari remaja yang seumurannya memiliki
kemungkinan untuk bersikap permisif dalam hubungan seks bebas. Untuk menjadi lebih aktif
secara seksual dan untuk memiliki hubungan dengan lebih banyak pasangan daripada
mereka yang mulai pacaran pada usia yang lebih lanjut.

Pengalaman pacaran/kencan (hubungan afeksi)


Individu yang menjalin hubungan afeksi/pacaran dari umur yang lebih dini, cenderung lebih
permisif terhadap perilaku seks bebas begitu juga halnya dengan individu yang telah lebih
banyak berpacaran dari individu yang berusia sebaya dengannya.

Orang tua
Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih
mentabukkan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka pada anak, malah
cenderung membuat jarak pada anak mengenai masalah seks.

Teman sebaya (peers group)


Remaja cenderung untuk membuat standar seksual sesuai dengan standar teman sebaya
secara umum, remaja cenderung untuk menjadi lebih aktif secara seksual apabila memiliki
kelompok teman sebaya yang demikian, serta apabila mereka mempercayai bahwa teman
sebayanya aktif secara seksual (disamping kenyataan bahwa teman sebayanya sebenarnya
memang aktif atau tidak secara seksual) pengaruh kelompok teman sebaya pada aktivitas
seksual remaja terjadi melalui dua cara yang berbeda, namun saling mendukung, pertama,
ketika kelompok teman sebaya aktif secara seksual, mereka menciptakan suatu standar
normatif bahwa hubungan seks bebas adalah suatu yang dapat diterima, kedua, teman
sebaya menyebabkan perilaku seksual satu sama lainnya secara langsung, baik melalui
komunikasi diantara teman ataupun dengan pasangan seksualnya.

Kebebasan
Kebebasan sosial dan seksual yang tinggi berkorelasi dengan sikap permisif dalam seks yang
tinggi.
Daya tarik seksual
Mereka yang merasa paling menarik secara seksual dan sosial ternyata memiliki tingkat yang
paling tinggi dalam sikap permisif dalam melakukan seks bebas.

Standar orang tua vs standar teman


Remaja yang orangtuanya konservatif dan menjadikan orangtua sebagai acuan yang utama
lebih kurang kemungkinannya untuk melakukan seks bebas daripada mereka yang
menjadikan teman sebaya sebagai acuan utama.

Saudara kandung
Remaja, secara khusus remaja puteri dipengaruhi oleh sikap dan tingkah laku saudara
kandung dengan jenis kelamin yang sama.

Gender
Remaja puteri cenderung bersikap permisif dalam hal seksual daripada remaja pria. Remaja
puteri lebih menekankan pada kualitas hubungan yang sedang dijalin sebelum terjadinya
seks bebas.

Ketidakhadiran ayah
Remaja secara khusus yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga tanpa ayah lebih
mungkin untuk mencari hubungan seks bebas sebagai alat untuk menemukan afeksi dan
persetujuan sosial daripada remaja yang tumbuh dengan adanya ayah.

Ketidakhadiran orang tua


Jika ada remaja yang berperilaku seks bebas, itu hanya bebasnya pergaulan, dan mungkin
penyebabnya dari faktor bimbingan dan pola asuh dari orangtua di rumah yang tidak peduli
atau tidak terbuka untuk membicarakan masalah seks pada anaknya, padahal disaat ini
dunia remaja semakin bebas. Pada keluarga yang berada di kota besar, sudah merupakan
suatu pola kehidupan yang wajar di mana ayah dan ibu bekerja. Hal tersebut seringkali
mengakibatkan kehidupan anak-anak mereka kurang mendapatkan pengawasan orang tua
dan memiliki kebebasan yang terlalu besar.
Kecenderungan pergaulan yang makin bebas
Di pihak lain, tidak dapat dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas
antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan
pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.

Penyebaran Informasi Melalui Media Massa


Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi
dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi yang semakin
berkembang (video kaset, foto kopi, vcd, hp, internet) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja
yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau
didengarnya dari media massa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku seks bebas
adalah dari dalam keluarga, media massa, dan dari pengaruh peers (teman sebaya).
10 Ciri-ciri Orang Kecanduan Seks, dan Cara Mengatasi Pergulan Bebas

Problem seks sangat beragam. Gangguan bisa dimulai dari hasrat yang tidak menyala, sakit
saat berhubungan intim, hingga gangguan ereksi. Banyak di antara gangguan itu dapat
diatasi menggunakan obat dan terapi. Namun, salah satu gangguan seks yang ternyata
tergolong sulit dihadapi adalah kecanduan seks!.

Kecanduan seks (sexual addiction) sering dianggap bukan merupakan masalah bagi banyak
orang. Padahal, bagi penderita dan pasangan hidupnya, gangguan itu bisa sangat merusak.
Tidak hanya merusak kehidupan pribadi penderitanya, tetapi juga lingkungan sosial,
keluarga, dan terutama pasangan hidup penderita. Menurut para ahli, kecanduan seksual
adalah kegiatan seks yang sesuai ukuran kelaziman tergolong di luar kendali. Pengidap
kecanduan seks merasa terdorong untuk mendapatkan dan membenamkan diri dalam
kegiatan seksual, meski menyadari semua risiko yang mungkin dihadapi.
Seks bisa menimbulkan kecanduan sebagaimana alkohol dan obat-obat terlarang. Saat
berkegiatan seks, tubuh melepaskan senyawa kimia yang membuat tubuh kita menjadi
nyaman. Sejumlah orang menjadi kecanduan untuk mengeluarkan senyawa kimia ini dan
menjadi terobsesi untuk mendapatkan lagi dan lagi dan lagi, rasa nyaman yang ditimbulkan.
Sebagaimana kecanduan terhadap yang lainnya, tubuh semakin terbiasa dengan terlepasnya
senyawa kimia tersebut. Tubuh pecandu butuh jumlah yang semakin banyak, semakin
banyak, dan semakin banyak, yang artinya merasa butuh nge-seks terus, tak pernah ada
puasnya.
Di antara terpenuhinya kebutuhan seksual dan senyawa kimia yang tinggi, muncullah
keterpurukan. Hal ini sering dikenali dengan adanya perasaan malu, menyesal, menderita,
memelas, dan gelisah. Pengidap kecanduan bisa merasa terpencil, terisolasi, dan tak berdaya
untuk mengubah perilakunya. Nah, seiring dengan terus berputarnya lingkaran tak berujung
itu, pengidap kecanduan terus berupaya mendapatkan seks sebagai upaya untuk melarikan
diri dari perasaan yang membelenggu.
Menurut perkiraan konservatif, 3 hingga 6 persen dari populasi masyarakat mengidap
kecanduan seks dan 20 persen di antaranya adalah wanita. Mereka berasal dari berbagai
lapisan masyarakat. Namun, angka tiga hingga enam persen itu diperkirakan terlalu rendah
dari jumlah pengidap sesungguhnya.
Sejak dibukanya internet dengan aneka jasa layanan seksual yang murah tanpa harus
membuka identitas diri peminatnya, para ahli hanya bisa tahu bahwa pengidap kecanduan
seks itu meningkat tajam tanpa tahu persis jati diri mereka. Dengan terbatasnya layanan
pertolongan bagi penderita, para ahli berpendapat jumlah penderita kecanduan seks itu
akan terus meningkat.
Ciri-ciri Kecanduan Seks
Lalu, seperti apakah tanda-tanda dari mereka yang menderita kecanduan seks? Dr Patrick
Carnes salah seorang terapis profesional masalah seks mengisyaratkan adanya 10
kemungkinan tanda yang perlu diwaspadai:
1. Merasakan bahwa perilaku seks Anda tidak terkendali.
2. Sadar bisa muncul akibat yang parah bila Anda terus berlanjut dengan perilaku itu.
3. Merasa tak sanggup menghentikan perilaku Anda meski sadar akan akibatnya.
4. Tetap memburu kegiatan seks yang destruktif dan/atau berisiko tinggi itu.
5. Terus berharap akan menghentikan atau mengendalikan apa yang Anda lakukan dan
bertindak aktif untuk membatasi kegiatan berbahaya yang Anda lakukan.
6. Menggunakan fantasi-fantasi seksual sebagai cara untuk mengatasi perasaan atau situasi
sulit.
7. Butuh nge-seks terus-menerus agar selalu merasa nikmat.
8. Menderita akibat perasaan yang terus bergejolak di seputar kegiatan seks.
9. Menghabiskan banyak waktu guna merencanakan, melakukan, atau menyesali dan
melakukan lagi kegiatan seksual.
10. Mengabaikan kegiatan sosial, kegiatan kantoran, dan kegiatan rekreasional yang
penting demi seks.
Jika Anda melihat ada salah satu dari tanda-tanda di atas yang terdapat dalam perilaku
Anda, langkah terpenting yang dapat dilakukan adalah mengakui bahwa kecanduan seksual
adalah suatu problem yang nyata dan tidak bisa hilang begitu saja atau akan hilang dengan
sendirinya. Anda harus memilih sikap bertanggung jawab secara pribadi demi pulihnya
gangguan yang bisa jadi sedang Anda alami.
Umumnya pengidap gangguan seks memang merasa kesulitan untuk mengubah sendiri
perilaku mereka. Namun, setidaknya sedikit demi sedikit Anda harus mampu meminimalisasi
perilaku sebagaimana tergambar pada tanda-tanda di atas meski kadang siklus datangnya
dorongan untuk mengulangi perbuatan terlalu kuat untuk dilawan. Seorang terapis
profesional dapat membantu Anda untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi dan
mendorong Anda mengambil langkah untuk berubah menuju ke gaya hidup seksual yang
lebih sehat.
Sebaliknya, bila Anda menduga bahwa pasangan hidup Anda adalah penderita kecanduan
seks, sudah seharusnya Anda membantu untuk mengubah perilaku tersebut. Sikap mental
yang perlu Anda persiapkan untuk diri sendiri adalah, tak seorang pun akan sembuh dari
kecanduan kecuali menerima bahwa mereka mengidap suatu gangguan dan ingin berubah.
Karena itu, bantulah memperkuat tekad pasangan Anda yang kecanduan agar semakin kuat
kemauannya untuk melakukan perubahan.
Memang repot, menyakitkan, dan membingungkan punya pasangan yang kecanduan seks.
Kalau di masyarakat Barat, bahkan tersedia bantuan bagi mereka yang memiliki pasangan
pecandu seks. Bantuan itu bisa bersifat pribadi maupun dalam bentuk kelompok
pendamping (support group).
Bentuk kecanduan dan akibatnya
Kecanduan seks dapat memperlihatkan berbagai bentuk, tetapi umumnya dikenali dari
perilaku yang terasa di luar kendali. Perilaku ini mencakup:
Menghabiskan banyak waktu untuk menikmati produk-produk pornografi
Masturbasi tak terkendali

Ekshibisionisme (mempertontonkan kemaluan pada orang lain)

Voyeurisme (memaksa orang lain berhubungan seks)

Fetishes (pemujaan berlebihan terhadap seks)

Seks berisiko tinggi

Pelacuran

Telepon seks dan nge-seks lewat internet

Perselingkuhan

Berhubungan seks dengan pasangan yang baru saat itu dikenal

Menurut Dr Carne, survei mengungkapkan akibat dari perilaku kecanduan seks, antara lain:
70 persen mengalami gangguan yang parah dengan pasangan hidupnya
40 persen kehilangan pasangan hidup

27 persen kehilangan peluang dalam karier

40 persen mengalami kehamilan yang tak diinginkan

72 persen terobsesi ingin bunuh diri

17 persen mencoba bunuh diri

68 persen terkena penyakit menular seksual.


Cara Mengatasi Kecanduan Seks ( Bercinta) / Onani

Jika Anda merasa memiliki perilaku seperti Kecanduan seks, yang pertama harus disadari
adalah kecanduan seksual adalah masalah serius yang tidak akan hilang dengan sendirinya.
Anda harus mendapatkan pengobatan atau terapi untuk menyembuhkannya.

Kebanyakan penderita merasa kesulitan untuk mengubah perilakunya sendiri. Anda mungkin
bisa mengurangi kegiatan seksual untuk sementara, tetapi biasanya siklusnya akan semakin
sering dan sulit untuk diputus. Jasa terapi dari para profesional bisa membantu Anda
memahami apa yang terjadi dan menguatkan semangat Anda untuk mengubahnya menjadi
kehidupan seksual yang lebih sehat.

Mengobati kecanduan seks, seperti kecanduan lainnya, sangat tergantung dari orang
bersangkutan. Jika ia bisa menyadari bahwa perbuatannya salah dan ada kemauan untuk
mengubahnya, pengobatan menjadi lebih mudah. Proses pengobatan bisa berupa
serangkaian terapi mengenai kesehatan seksual, hubungan cinta yang sehat, pernikahan,
atau mengikuti program support group. Terkadang obat-obatan tertentu, seperti Prozac atau
Anafranil, diperlukan untuk menahan dorongan seksual yang berlebihan.

Jika pasangan Anda mengalami kecanduan seksual, hal ini adalah tantangan untuk Anda
untuk membantunya mengubah perilakunya. Perlu Anda sadari juga bahwa tidak ada
seorang pun yang bisa sembuh dari rasa ketagihan kecuali ia menerima bahwa dirinya punya
masalah dan bertekad untuk berubah. Memiliki pasangan yang kecanduan seks memang
berat dan membingungkan, tetapi bukan tak mungkin hal ini disembuhkan. Anda hanya
perlu mendorongnya untuk berkonsultasi ke dokter.
Cara-cara untuk mengatasi kecanduan Onani itu diantaranya 10 langkah berikut ini.

1) Yang terpenting, yakinlah bahwa kau mampu mengatasi masalah ini. Kau sudah mampu
menahan diri untuk tidak berzina dengan pacarmu, tentulah kau juga mampu menahan diri
untuk tidak membiasakan diri melakukan onani. Untuk memperkuat keyakinan diri itu,
biasakanlah diri mengucap dzikir yang relevan.

2) Cari tahulah apa saja keadaan-keadaan dirimu yang memicu dirimu membiasakan diri
melakukan masturbasi. Misalnya, kau biasa bermasturbasi setiap kali merasa kesepian,
bosan, atau tertekan (stres). Kalau memang begitu, waspadalah dirimu setiap kali berada
dalam keadaan begitu. Dalam keadaan begitu, tanamkanlah kembali keyakinanmu bahwa
kau mampu menahan diri untuk tidak membiasakan diri melakukan onani. Atasilah berbagai
keadaan yang tidak nyaman itu dengan solusi lain yang tidak bersifat seksual. Misalnya
dengan cara berdzikir.

3) Temukanlah sebab-sebab mengapa kau mampu menahan diri untuk tidak berzina dengan
pacarmu. Lalu berlakukanlah hal-hal yang relevan dengan kasus kebiasaan masturbasimu.
Misalnya, kalau kau mampu menahan diri untuk tidak berzina dengan pacarmu karena kau
menghargai dirinya setinggi-tingginya, maka hargailah juga dirimu sendiri setinggi-tingginya.

4) Hindari menyendiri! Selalulah bersama orang lain (yang tidak membangkitkan rangsangan
seksual), kecuali bila terpaksa. Bila terpaksa menyendiri, misalnya di kamar mandi, jangan
berlama-lama! Lima menit sudah cukup. Bila kau membutuhkan waktu yang relatif lama
ketika menyendiri (misalnya di kamar mandi) lantaran berbagai aktivitas sekaligus,
pisahkanlah aktivitas-aktivitas itu. Jadi, mandi, keramas, gosok gigi, dan lain-lain, hendaknya
dilakukan dalam waktu yang tidak bersamaan.

5) Di tempat tidur, singkirkanlah jauh-jauh guling dan barang-barang lain yang dapat kau
gosok-gosokkan ke alat kelaminmu. Selain itu, pakailah celana dan baju tertentu yang
membuatmu sulit bermain-main dengan alat kelaminmu. Setiap kali kau merasa nafsu
birahimu memuncak di tempat tertentu (misalnya di kamar mandi atau tempat tidur),
beranjaklah dari situ. Pergilah ke tampat lain. Temuilah orang-orang, ngobrollah tentang apa
saja yang jauh dari rangsangan seksual.

6) Di mana pun, hindari pornografi atau pun yang semi porno. Jagalah pandangan mata dan
pendengaran telingamu dari segala yang membangkitkan birahi.

7) Setiap kali bangun tidur, segeralah bangkit dengan penuh antusias. Jangan bermalas-
malasan.

8) Sibukkanlah dirimu dengan berbagai aktivitas yang kau sukai dan jauh dari rangsangan
seksual. Utamakanlah aktivitas yang dilakukan bersama orang lain. Misalnya, kau suka
membaca buku dan main catur. Ketika kau merasa nafsu seksualmu bangkit alias terangsang,
lebih baik main catur bersama orang lain daripada membaca buku sendirian.

9) Sibukkanlah juga pikiranmu dengan berbagai hal yang kau sukai dan jauh dari rangsangan
seksual.

10) Bila perlu, mintalah bantuan profesional dari ahlinya, seperti psikolog dan psikiater.

Anda mungkin juga menyukai