Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN

SERTIFIKASI
PERKEBUNAN
LESTARI
OLEH
DIREKTUR TANAMAN TAHUNAN

HOTEL SANTIKA, JAKARTA


29 JULI 2011

1
KRONOLOGIS FAKTA HISTORIS
Sejak 1960-an dikalangan masyarakat internasional mulai
berkembang aspirasi untuk mendorong kebijakan pro-
lingkungan dalam praktek;
Tgl 5 Juni 1972 konferensi PBB di Stockholm menyepakati
untuk melakukan percepatan pembangunan tanpa merusak
lingkungan. Indonesia menjadi peserta. Tanggal 5 juni setiap
tahun diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup termasuk di
Indonesia (KALPATARU)
Tahun 1967 diterbitkan UU No. 5 tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan.
Sejak Kabinet Pembangunan III (1978-1983) dan berlanjut
sampai sekarang dibentuk Kementerian Lingkungan Hidup;
Tahun 1982 diterbitkan UU No. 4 tentang pengelolaan
lingkungan hidup
Unit Fungsional/Kementerian terkait juga menerbitkan
ketentuan perundangan yang juga pro lingkungan
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
AMANAT UUD 1945
UU tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Ketentuan terkait
lainnya yang sudah ada dipandang belum cukup, maka berkembang
pemikiran memperkuat landasan menjadi amanat UUD 1945
melalui amandemen

Pada amandemen ke- 4 UUD 1945 th 2002, pasal 33, ditambahkan


ayat (4) yang berbunyi: perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional

Amandemen UUD 1945 dimaksud diterjemahkan oleh masing-


masing unit fungsional, dengan melakukan penyempurnaan
ketentuan yang telah ada, al. UU Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU
Perkebunan
PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
BERKELANJUTAN INDONESIA
Pembangunan perkebunan, khususnya kelapa sawit, merupakan
pembangunan lintas sektor, sehingga harus tunduk dan patuh pada
seluruh ketentuan/perundangan seluruh instansi terkait yang berlaku,
tidak hanya dibidang pertanian/perkebunan saja.
Dengan maksud agar mengikat secara utuh untuk pembangunan
perkebunan kelapa sawit secara lestari/berkelanjutan, maka ketentuan
terkait diikat dalam satu ketentuan. Untuk itu disusun ISPO dan telah
diterbitkan melalui Permentan No.19/Permentan/OT.140/3/2011
tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia
(Indonesian Sustainable Palm Oil /ISPO)
Penerapan ISPO adalah penerapan semua ketentuan terkait yang
berlaku di Indonesia. ISPO bersifat mandatory, wajib dipatuhi seluruh
pelaku usaha perkebunan kelapa sawit (Perkebunan Besar/Perusahaan
dan Perkebunan Rakyat/Petani), akan ditindak bagi yang melanggar.
ISPO secara resmi berlaku mulai Maret 2012 dan perusahaan
perkebunan kelapa sawit dalam waktu paling lambat s.d. 31 Desember
2014 harus sudah melaksanakan usaha sesuai Permentan dimaksud.

4
TUNTUTAN SUSTAINABLE PALM OIL OLEH
PASAR
Tuntutan untuk memproduksi minyak sawit lestari yang
datang dari konsumen, industri, pembeli dan yang paling
lantang datang menyuarakan adalah NGO, yang
melihatnya dari aspek lingkungan dan sosial, dijawab oleh
banyak institusi, al. Dengan membentuk RSPO pada tahun
2004, yaitu Organisasi Swasta yang bersama anggotanya
setuju menerapkan P & C untuk SUSTAINABLE PALM OIL.
Kemudian bermunculan organisasi lain yang menerapkan
kriteria sustainable, al. Rountable on Sustainable Biofuels
(RSB), Rountable on Sustainable Soya dll .
Pemerintah di dunia ikut serta menciptakan aturan yang
menyangkut penerapan sustainability, misalnya Pemerintah
EU dan Amerika Serikat yang menyangkut penerapan
standar bagi biofuels, Food Labelling untuk produk yang
mengandung CPO oleh Australia, Canada dan Perancis.
Sifat : voluntary
Ekosistem Rimbai 5
Merupakan tuntunan /
guidance pengembangan
INDONESIAN Kelapa Sawit
SUSTAINABLE berkelanjutan Indonesia
PALM OIL yang didasarkan kepada
(ISPO) Peraturan & Perundangan
yang berlaku di
Indonesia, sebagai
penjabaran amanat UUD
1945 dan merespons
tuntutan pasar global.
Ekosistem Rimba 6
Tujuan ditetapkannya ISPO :

Memposisikan pembangunan kelapa sawit


sebagai bagian integral dari pembangunan
ekonomi Indonesia
Memantapkan sikap dasar bangsa Indonesia
untuk memproduksi minyak kelapa sawit
berkelanjutan sesuai tuntutan masyarakat
global;
Mendukung komitmen Indonesia dalam
pelestarian Sumber Daya Alam dan fungsi
lingkungan hidup.
MATERI ISPO

Prinsip dan Kriteria ISPO


Sistem Sertifikasi P&C ISPO
Sistem Sertitifikasi Rantai Pasok
Organisasi ISPO
Petunjuk Pelaksanaan Audit
PERSYARATAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN INDONESIA (ISPO)
MELIPUTI 7 PRINSIP, 39 (41) KRITERIA DAN 128 INDIKATOR.
1.SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN;
2.PENERAPAN PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN
KELAPA SAWIT;
3.PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN;
4.TANGGUNG JAWAB TERHADAP PEKERJA;
5.TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN KOMUNITAS;
6.PEMBERDAYAAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT;
7.PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN.

bahansosialisasi 9
1. SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN
PERKEBUNAN, MELIPUTI:

Perizinan dan sertifikat Pengelola perkebunan harus memperoleh


perizinan serta sertifikat tanah sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Lokasi Perkebunan Pengelola perkebunan harus memastikan bahwa
penggunaan lahan perkebunan telah sesuai dengan Rencana Umum
Tataruang Wilayah Provinsi (RUTWP) atau Rencana Umum Tataruang
Wilayah Kabupaten/Kota (RUTWK) sesuai dengan perundangan yang
berlaku atau kebijakan lain yang sesuai dengan ketetapan yang
ditentukan oleh pemerintah setempat.
Sengketa Lahan dan Kompensasi Pengelola perkebunan harus
memastikan bahwa lahan perkebunan yang digunakan bebas dari status
sengketa dengan masyarakat/petani disekitarnya. Apabila terdapat
sengketa maka harus diselesaikan secara musyawarah untuk
mendapatkan kesepakatan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku namun bila tidak terjadi kesepakatan maka penyelesaian
sengketa lahan harus menempuh jalur hukum

bahansosialisasi 10
Lanjutan.....

Status badan hukum Perkebunan kelapa sawit yang dikelola harus


mempunyai status badan hukum yang jelas sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Manajemen Perkebunan Perkebunan harus memiliki perencanaan
jangka panjang untuk memproduksi minyak sawit lestari.
Rencana dan realisasi pembangunan perkebunan dan pabrik.
Pemberian informasi kepada instansi terkait sesuai ketentuan yang
berlaku dan pemangku kepentingan lainnya terkecuali menyangkut hal
yang patut dirahasiakan

bahansosialisasi 11
2. PENERAPAN PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA DAN
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT, MELIPUTI:

a. Penerapan pedoman teknis budidaya :


Pembukaan lahan
Perlindungan Terhadap Sumber dan Kualitas Air
Perbenihan
Penanaman
Pemeliharaan tanaman dalam mendukung produktivitas tanaman
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Pemanenan

b. Penerapan pedoman teknis pengolahan hasil perkebunan :


Pengangkutan buah.
Penerimaan TBS di PABRIK/MILL
Pengolahan TBS.
Pengelolaan limbah.
Pemanfaatan limbah.

bahansosialisasi 12
3. PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN,

Meliputi :

Kewajiban kebun kelapa sawit yang memiliki PABRIK/MILL


Kewajiban terkait analisa dampak lingkungan AMDAL,UKL dan UPL.
Identifikasi dan konservasi flora dan fauna (biodiversity).
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Pelestarian biodiversity
Identifikasi dan pelindungan kawasan lindung
Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi.
Pembukaan Lahan Baru (setelah 2011).
Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit

bahansosialisasi 13
4. TANGGUNG JAWAB THD PEKERJA, MELIPUTI:

Meliputi ;
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3);
Kesejahteraan dan peningkatan kemampuan pekerja / buruh;
Penggunaan Pekerja Anak dan Tidak Melakukan Diskriminasi berdasarkan
Suku, Ras, Gender dan Agama;
Pembentukan Serikat Pekerja;
Perusahaan mendorong dan memfasilitasi pembentukan koperasi pekerja.

5. TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN KOMUNITAS,

Meliputi :
Tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan;
Pemberdayaan Masyarakat Adat/ Penduduk Asli.

bahansosialisasi 14
6. PEMBERDAYAAN KEGIATAN EKONOMI
MASYARAKAT,

37) Meliputi pengembangan Usaha Lokal, Pengelola perkebunan


memprioritaskan untuk memberi peluang pembelian /
pengadaan barang dan jasa kepada masyarakat sekitar
kebun.

7. PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN,

38) Meliputi pengelola perkebunan dan pabrik/mill harus terus


menerus meningkatkan kinerja (sosial, ekonomi dan lingkungan)
dengan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana
aksi yang mendukung peningkatan produksi minyak sawit
berkelanjutan

bahansosialisasi 15
MEKANISME SERTIFIKASI ISPO
1. PERUSAHAAN PERKEBUNAN Izin IUP, IUP-B, IUP-P, HGU
Termasuk kebun kelas I, II, III,

Tidak memenuhi 2. LEMBAGA SERTIFIKASI


syarat INDEPENDEN

3.
PERMOHONAN KE KKSBI UNTUK
MENDAPATKAN PENGAKUAN ISPO

4. SEKRETARIAT KKSBI MENILAI Sekretariat memberi tahu


KELENGKAPAN DOKUMEN Tidak
lengkap pemohon untuk memenuhi
kelengkapan

Dokumen lengkap 5. TIM PENILAI Komite ISPO

6. REKOMENDASI HASIL ditolak


PENILAIAN

7. PENGAKUAN ISPO OLEH KOMITE


ISPO DAN DIUMUMKAN
KE PUBLIK

8. PENERBITAN SERTIFIKASI
ISPO OLEH Komite ISPO
bahansosialisasi 16
ORGANISASI KOMISI ISPO
1. SUSUNAN ORGANISASI DAN KELELNGKAPANNYA

KOMISI ISPO

TIM PENILAI

SEKRETARIAT

KOORDINATOR
KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR
PENYELESAIAN
ADMINISTRASI TEKNIS/PENELUSURAN ADVOKASI/PROMO
SENGKETA

bahansosialisasi 17
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai