Nurkholis
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Pendahuluan
Organisasi pemerintahan dalam makalah ini didefinisi sebagai organisasi milik
pemerintah atau yang mendapatkan dan memanfaatkan pendanaan yang bersumber dari
dana publik yang biasanya dianggarkan oleh pemerintah baik melalui APBN maupun
APBD, serta memiliki fungsi untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Di dalam
era reformasi saat ini, reformulasi strategi (melalui proses perencanaan stratejik) sangat
diperlukan, karena organisasi publik ini berhadapan dengan lingkungan yang senantiasa
berubah drastik, yang tentu saja juga menuntut perubahan paradigma dalam sistem
manajemennya.
Perencanaan stratejik sangat diperlukan oleh hampir semua organisasi formal,
terutama organisasi pemerintah. Rencana stratejik yang dihasilkan dari proses perenca-
naan stratejik berfungsi untuk menuntun manajer/pimpinan dan karyawan organisasi
dalam mencapai kinerja stratejik atau untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Balanced Scorecard (BSC), yang pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan
Norton (1992), semula merupakan pendekatan dalam pengukuran kinerja manajemen
perusahaan (bisnis). Dalam perkembangan berikutnya ternyata pendekatan ini dapat
diterapkan sebagai suatu sistem manajemen stratejik karena BSC dapat menuntun
manajemen dan anggota organisasi dalam men-translate visi, misi, dan strategi organi-
sasi ke dalam tindakan-tindakan nyata (yang terukur dan terencana dengan baik) untuk
dapat mencapai tujuan stratejik suatu organisasi (Kaplan & Norton, 1996). Selanjutnya
pendekatan BSC ini dapat pula diterapkan pada organisasi sektor publik (Wahyudi,
2000).
Makalah ini membahas konsep perencanaan stratejik dengan menggunakan pen-
dekatan balanced scorecard dan mencoba mengimplementasikannya pada organisasi
publik atau pemerintahan. Pembahasan dimulai dari konsep dan arti pentingnya peren-
canaan stratejik, dilanjutkan dengan sistematika perencanaan stratejik sampai dengan
pengendaliannya melalui pengukuran dan penilaian kinerja. Makalah ini juga membahas
beberapa pendekatan dan pengukuran kinerja stratejik instansi pemerintah yang
diadopsi dari Pedomaan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) (LAN, 1999).
Misi Perusahaan
Mungkin?
Lingkungan Eksternal
Profil Perusahaan
- Jauh
Dikehendaki?
- Industri (Global &
Domestik)
- Operasional
Umpan Balik
Melembagakan Strategi
Keterangan
Dampak Besar
Pengendalian dan Evaluasi
Dampak Kecil Umpan Balik
Gambar 1. Model atau Kerangka Manajemen Stratejik Menurut Pierce dan Robinson
Rencana Strategik
Perencanaan Strategik
- Strategic Objectives Total
- Targets Business
- Strategic Initiatives Planning
Penyusunan Program Program
(Long-Range Plan) Strategic
Management
System
Penyusunan Anggaran Anggaran
(Sort-Range Plan)
Implementasi
Pengendalian
Dari keenam tahap tersebut, perencanaan stratejik merupakan tahap yang paling
crucial karena merupakan tahap awal penjabaran strategi ke dalam langkah-langkah
operasional. Dikata-kan demikian, karena dalam perencanaan stratejik salah satunya
harus menghasilkan rumusan misi (mission statement), yang dalam sistem manajemen
stratejik hal tersebut harus merupakan pemicu (driver) utama dalam setiap perencanaan
dan implementasi program atau proyek.
Financial
Ta asu es
In rge res
es
e v
itia ts
M ecti
tiv
"To succed financially,
j
Ob
how should we appear to
our shareholders?"
Ta asu es
Ta asu es
In get es
In get es
es
Vision
es
"To satisfy our
e v
e v
r r
r r
itia s
itia s
tiv
tiv
"To achieve our vision,
M ecti
M ecti
and shareholders and
j
j
Ob
Ob
how should we appear to customers, what
our customer?" Strategy
bussiness processes
mush we excel at?"
Ta as ves
In ets s
es
rg ure
"To achieve our vision,
tiv
M ecti
itia
e
j
how will we sustain our
Ob
ability to change and
improve?"
Yang dimaksud sebagai customer dalam sektor publik adalah masyarakat secara
luas, yang membutuhkan barang dan jasa (termasuk infrastruktur dan fasilitas publik)
yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Indikator-indikator yang dipergunakan untuk mengukur upaya peningkatan kesejah-
teraan adalah: menurunnya tingkat kemiskinan, menurunnya angka kematian sebagai
hasil dari peningkatan layanan kesehatan, meningkatnya tingkat pendidikan masya-
rakat, dll. Loyalitas dan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi pemerintah,
dengan demikian, merupakan tema stratejik (strategic theme) yang harus menjadi
pedoman dalam setiap perumusan kebijakan. Dan ini akan tercapai bilamana: (1) pem-
bangunan dilakukan betul-betul untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, (2) pemerin-
tah melaporkan hasil-hasil pembangunan berikut pengelolaan keuangannya secara
accountable. Bila ini terjadi, maka kesadaran masyarakat untuk membayar pajak
(ataupun retribusi) juga akan meningkat. Dan kredibilitas pemerintah pun akan
terpelihara.
Intisari dari perspektif proses bisnis internal adalah inovasi. Dalam organisasi
bisnis, proses inovasi berkelanjutan (ongoing inovation) diperlukan perusahaan agar
dapat memenangkan persaingan masa depan. Artinya adalah bahwa dalam setiap
rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa
harus senantiasa meningkatkan nilai (value) bagi customer. Pada organisasi pemerin-
tahan, pemikiran ini harus diterjemahkan sebagai upaya untuk melakukan peningkatan
kualitas layanan secara berkelanjutan (continuous quality improvement) kepada masya-
rakat. Ini dapat diwujudkan antara lain dalam pemberian layanan publik yang lebih
efisien, praktis dan adil. Upaya-upaya debirokratisasi dan peyampaian informasi seluas-
luasnya tentang berbagai layanan publik, dengan demikian, mutlak harus dilakukan.
Pemerintah harus lebih memerankan dirinya sebagai fasilitator ketimbang sebagai
regulator yang kaku.
Berbagai upaya dalam ketiga prspektif sebelumnya, hanya dapat dilakukan oleh
aparat yang mampu merespon perubahan yang sangat cepat. Oleh karenanya, dalam
perspektif keempat, pemberdayaan karyawan (employee empowerment) melalui proses
pembelajaran (learning) yang dilakukan secara terus menerus harus dilakukan untuk
mencapai pertumbuhan yang diinginkan.
Dalam mengimplementasikan pendekatan BSC kedalam sektor publik, ada lima
langkah yang harus dilakukan (Wahyudi, 2000). Pertama, menetapkan suatu pengu-
kuran kinerja yang berorientasi pada hasil yang menyeimbangkan pencapaian target dari
keempat perspektif tersebut. Dalam hal ini diperlukan tiga langkah konkrit: (1) mende-
finisikan atau menentukan pengukuran yang paling berarti bagi stakeholders yang
berfungsi untuk mengarahkan perhatian mereka, (2) penumbuhan komitmen pada
perubahan-perubahan dasar dengan melibatkan berbagai pihak dan menerapkan sistem
yang fleksibel (tidak kaku) serta menentukan arahan yang jelas untuk pelaksanaan,
monitoring, pengukuran dan pelaporannya, (3) memperhatikan fleksibilitas melalui
perhatian bahwa manajemen kinerja adalah proses yang hidup, dan mempertahankan
keseim-bangan antara pengukuran keuangan dan nonkeuangan.
Kedua, menetapkan akuntabilitas pada semua level organisasi. Akuntabilitas
harus dipandang sebagai kunci keberhasilan organisasi, harus menjadi tanggungjawab
setiap individu, dan yang lebih penting harus diwujudkan oleh pimpinan organisasi
melalui contoh/teladan. Langkah ini harus ditopang oleh upaya konkrit untuk: (1)
mensponsori pengukuran kinerja di semua level organisasi dan menggunakannya seba-
gai dasar dalam implementasi sistem pemberian imbalan dan sanksi (reward and
punishment system), (2) menjamin bahwa pegawai menerima informasi yang akurat
melalui saluran informasi dan komunikasi yang efektif dan jelas, dan (3) menjamin
bahwa masyarakat juga mendapatkan informasi yang sama sebagai dasar terciptanya
public accounta-bility.
Ketiga, mengumpulkan, menggunakan, dan menganalisis data yang diperoleh dan
menghu-bungkannya kedalam proses perencanaan stratejik. Data dan informasi yang
harus dikumpulkan meliputi data umpan balik (feedback) dari masyarakat, perubahan
lingkungan makro, dan data kinerja organisasi. Hasil analisis terhadap datadata tersebut
harus pula disampaikan kepada masya-rakat sebagai salah satu stakeholders.
Keempat, menghubungkan hasil analisis data dan informasi di atas kedalam
proses penyusunan program kerja berikut penyusunan anggarannya. Dalam hal ini ha-
rus dapat ditunjukkan dengan jelas bahwa penyusunan program dan anggaran tersebut
adalah dalam rangka mencapai misi organisasi yang telah ditetapkan.
Kelima, membagi peran kepemimpinan. Meskipun pada sektor pemerintahan
diperlukan seorang pemimpin yang kuat, tidak berarti bahwa semua pengambilan kepu-
tusan harus dimonopoli oleh sang pemimpin. Di sini diperlukan desentralisasi dalam
pengambilan keputusan, namun dalam koridor peraturan-perundangan yang ada, yang
sesungguhnya dimaksudkan untuk dapat segera merespon atau memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kekhawatiran bahwa bawahan akan melakukan distorsi dalam pengambilan
keputusan (karena menyimpang dari kebijakan) harus dapat dicegah melalui proses
vision and mission sharing serta pemberdayaan (empowerment) yang telah dilakukan.
Penutup
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pendekatan Balanced Scorecard
yang disajikan dalam makalah ini dimaksudkan untuk membuka wawasan dalam
pengembangan pola berpikir stratejik yang diperlukan dalam perencanaan dan penge-
lolaan sektor publik/pemerintahan. Pesan yang disampaikan adalah bahwa perencanaan
dan pelaksanaan program maupun anggaran peme-rintah harus difokuskan pada upaya
untuk mencapai misi organisasi pemerintahan (mission driven), yakni dalam mewujud-
kan kesejahteraan masyarakat.
Daftar Referensi
Anthony, R.N. & V. Govindarajan (1995), Management Control Systems, Eight Edition,
Chicago: Irwin
Basri, Faisal H. (2000), Tantangan dan Peluang Otonomi Daerah, Makalah disampaikan
pada seminar nasional Strategi Bisnis Menghadapi Otonomi Daerah,
diselenggarakan oleh Forum Dewan PWI Malang, 3 Juni
Mulyadi & Johny Setyawan (1999), Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen,
Yogyakarta: Aditya Media.
Kaplan R.S & D.P. Norton (1992) The Balanced Scorecard: Measures that Drive
Performance Harvard Business Review, January-February, pp. 71-79.
Kaplan R.S & D.P. Norton (1996) The Balanced Scorecard: Translating Strategy Into Action,
Boston: Harvard Business School Press.
Lembaga Administrasi Negara (1999), Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Jakarta: LAN.
Pierce, J.A. & R.B. Robinson, Jr. (1996), Strategic Management: Formulation,
Implementation, and Control, New York: Richard D. Irwin, Inc.
Wahyudi, Ishak A. (2000), Alternatif Proses Pengukuran Kinerja di Sektor Publik,
Pemeriksa, Januari.
Tambunan, Tulus (2000), Langkah-langkah Strategis untuk Meningkatkan Daya Saing
Ekonomi Daerah, Makalah disampaikan pada Kongres ISEI XIV, Makassar: 21-23
April.
Triadji, Bambang (2000), Pengukuran Kinerja dan Tujuan Organisasi Sektor Publik:
Suatu Pemikiran Tentang Pengembangan Akuntansi Sektor Publik, Pemeriksa,
Januari.