Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab


kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini
terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila
terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma
dan meninggalkan jaringan parut yang luas.2
Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia,
sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian
lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.3
Kebutuhan transplantasi kornea di Indonesia cukup tinggi. Pasalnya, dalam satu hari ada
satu orang yang mengalami kebutaan kornea. Sayangnya, ketersediaan donor kornea masih
sangat minim. Sedikitnya jumlah orang Indonesia yang mau mendonorkan kornea mata
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan dari data tersebut menunjukan bahwa kebutuhan
donor mata di Indonesia cukup tinggi. Akan tetapi tingginya kebutuhan organ tersebut di
Indonesia tidak diikuti dengan ketersediaan organ. Hal itu dikarenakan kesadaran sosiokultur
dan pandangan keagamaan yang menghambat kesadaran untuk mendonorkan organya. Selain
itu tidak ada kebijakan dari pemerintah. Akhirnya saat Indonesia harus membeli donor kornea
dari luar negeri seperti Singapura.

Data dari Bank Donor Mata Indonesia menunjukan bahwa transplantasi kornea pada
pasien dengan penipisan kornea pada ulkus kornea, keratokonus, klukoma, distorfi kornea dan
lainnya. Umumnya transplantasi dilakukan dengan mengganti seluruh ketebalan kornea
(penetrating). Namun kini, telah dikembangkan teknologi transplantasi kornea terbaru
yakni lamellar dengan transplantasi pada sebagian ketebalan kornea. Dengan metode ini
dapat menekan tingkat risiko rejeksi dan rehabilitasi visual menjadi lebih cepat.

Kebutaan di Indonesia berdasarkan survey pada tahun 1993-1996 menempatkan Indonesia


peringkat pertama di Asia dan peringkat kedua di dunia. Berdasarkan penelitian dari Standard
Chatered Bank diperkirakan kebutaan Indonesia apabila tidak tertangani dengan baik maka
pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta orang.

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan
deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh
pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih
penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel
jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema
kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan
edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi.
Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata menjadi hipertonik; proses
itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari stroma kornea
superfisial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.

Pembahasan
Penatalaksanaan Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak
terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung
penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur,
sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila
mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan
perlunya obat sistemik.

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :

1. Kauterisasi
a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat
b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan
instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus
sampai berwarna keputih-putihan.
2. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan
dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi
dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan
konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi
perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap
konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas atropine,
antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila
perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :

Iridektomi dari iris yang prolaps


Iris reposisi
Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti ulkus
biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens.
Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

Gambar 7.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada kornea ditepi perforasi.

3. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi
keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan
kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita


2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Anda mungkin juga menyukai