TINJAUAN PUSTAKA
perendaman kedelai. Limbah padat diperoleh saat pencucian berupa biji yang
jelek, batu kerikil yang ikut dalam biji, benda padat lain yang ada pada kedelai
dan ampas tahu. Limbah padat pembuatan tahu di dalam air merupakan padatan
sampah
2. Limbah padat berupa kulit biji kedelai dan ampas tahu ditangani secara terpisah
karena dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, tempe gembus atau oncom.
Limbah ini perlu dikeluarkan dari ruang pengolahan secepat mungkin dan
dipindah sejauh mungkin dari lingkungan pabrik karena cepat busuk. Sebaiknya
limbah dapat ditangani dalam wadah tertutup dan mudah dipindah. Ketika
menanganinya jangan sampai ada limbah yang tercecer atau tercampur dengan
sari kedelai.
7
8
Ampas Tahu adalah limbah industri tahu yang telah diambil sarinya
tersisa dalam limbah padat pembuatan tahu. Ampas tahu tidak berbau dalam
keadaan baru. Bau busuk datang secara berangsur sejak 12 jam sesudah ampas
dihasilkan (Suprapti, 2005). Ampas tahu yang terbentuk besarnya berkisar antara
tahu adalah amonia (NH3). Hal tersebut menyebabkan ampas tahu menjadi
lembek, berair dan berbau (Hanafiah, 2007). Karakteristik ampas tahu yaitu
partikel atau padatan berwarna keruh keputih-putihan dan bau khas kedelai.
yaitu kandungan karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Ampas tahu memiliki
kelemahan sebagai bahan pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi.
Kandungan serat kasar yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk
dicerna itik dan kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan daya simpannya
menjadi lebih pendek (Masturi et al., 1992 dan Mahfudz et al., 2000).
9
sumber protein. Ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang
kedelai. Prabowo et al. (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai
nilai biologis lebih tinggi dari pada protein biji kedelai dalam keadaan mentah,
Selain kandungan gizi, ampas tahu juga mengandung unsur mineral mikro
maupun makro diantaranya yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm,
Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Widjatmoko, 1996).
Sebagai akibat proses pembuatan tahu, sebagian protein terbawa atau menjadi
produk tahu, sisanya terbagi menjadi dua, yaitu terbawa dalam limbah padat
(ampas tahu) dan limbah cair. Kandungan gizi dalam ampas tahu dapat dilihat
Tabel 2.1 Kandungan Unsur Gizi dan Kalori dalam Ampas Tahu
Kadar/100 g Bahan
No. Unsur Gizi
Ampas Tahu
1 Kedelai (kal) 393
2 Air (g) 4,9
3 Protein (g) 17,4
4 Lemak (g) 5,9
5 Karbohidrat (g) 67,5
6 Mineral (g) 4,3
7 Kalsium(g) 19
8 Fosfor (g) 29
9 Zat besi (mg) 4
10 Vitamin A (mg) 0
11 Vitamin B (mg) 0,2
Sumber : Daftar Analisis Bahan Makanan Fak. Kedokteran UI (Suprapti, 2005)
kesehatan masyarakat apabila tidak dikelola secara sehat dan saniter. Salah satu
alternatif yang bisa dikembangkan untuk mengurangi dampak dari limbah yaitu
memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan ternak dan sebagian dipakai sebagai
kandungan protein dan lemak pada ampas tahu cukup tinggi namun kandungan
tersebut berbeda tiap tempat dan cara pemprosesannya (Dinas Peternakan Provinsi
Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5% dari
bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek.
Ampas tahu basah tidak tahan disimpan dan akan cepat menjadi asam dan busuk
selama 2-3 hari, sehingga ternak tidak menyukai lagi. Ampas tahu kering
11
Penelitian tentang limbah padat tahu pernah dilakukan, salah satunya yang
95,53 % dalam limbah air lindi tempat pembuangan akhir (TPA) menggunakan
limbah tahu dengan konsentrasi adsorben 1000 mg/ml dan waktu kontak optimum
150 menit. Shimofuruya et al., (2011) yang menunjukkan bahwa okara ampas
tahu mampu menyerap methyl orange pada pH optimum 3 dengan dosis 20 mg/ml
Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dapat dihasilkan dari bahan-
bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara
khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas (Sembiring dan Sinaga,
2003). Karbon aktif dapat berupa serbuk, butiran dan lempengan yang terbuat dari
karbon amorf dengan karakteristik luas permukaan per unit volume (Parker,1993).
Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300-3500 m2/g dan ini berhubungan
dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif mempunyai sifat
tidak mampu menyerap secara maksimal ion logam atau garam-garam yang
12
adsorben. Karbon aktif adalah adsorben yang tidak reaktif sehingga mengurangi
18.000 Ao dan mengarah pada posisi longitudinal dan lateral. Kelompok selulosa
ini dikenal sebagai misel. Karbon aktif digunakan sebagai molekul penyaring,
pemurnian cairan dan gas, pemurnian dan penjernihan air, proses pembuatan
emas, aktif karbon digunakan pada pabrik sukrosa, glukosa, maltosa, laktosa,
kafein, kuinin, vitamin C, jus buah, bir dan perusahaan alkohol (Sen, 2005).
pembakaran dari material yang mengandung karbon dan dilakukan tanpa kontak
langsung dengan udara. Produk karbon aktif yang dihasilkan melalui tahap
karbonisasi dan aktivasi, harus memenuhi Standar Industri Indonesia (SII) yang
Tabel 2.2 Syarat mutu karbon aktif menurut Standar Industri Indonsia (SII)
No Uraian Satuan Persyaratan
Butiran Serbuk
1 Bagian yang hilang pada % Maks.15 Maks.25
pemanasan 950 oC
2 Air % Maks.4,4 Maks.15
3 Abu % Maks.2,5 Maks.10
4 Bagian yang tidak terang - Tidak Tidak
ternyata ternyata
5 Daya serap terhadap I2 mg/g Min.750 Min.750
6 Karbon aktif murni % Min.80 Min.65
7 Daya serap terhadap benzen % Min.25 -
8 Daya serap terhadap metilen ml/g Min.60 Min.120
biru
9 Kerapatan jenis curah g/ml 0,45-0,55 0,30-0,35
10 Lolos ukuran mesh 325 % - - Min.90
11 Jarak mesh % 90 -
12 Kekerasan % 80 -
Sumber : Standar Industri Indonesia, 1989
2.3 Karbonisasi
oksigen dan bahan kimia, pada proses ini pembentukan struktur pori dimulai
proses pembakaran (pirolisis) tak sempurna dengan udara terbatas dari bahan yang
mengandung karbon. Tujuan utama dalam proses ini adalah untuk menghasilkan
butiran yang mempunyai daya serap dan struktur yang rapi (Jankowska, et al.,
1991).
al., 1991). Pembentukan karbon terjadi pada suhu 400-600 oC. selama proses
14
unsur-unsur bukan karbon seperti hydrogen (H2) dan oksigen (O2) dikeluarkan
yaitu karbon atau arang, tar, dan gas (CO2, CO, CH4,H, dll) (Juliandini dan
Yulinah, 2008).
2.4 Aktivasi
fisika maupun kimia yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh
terhadap daya adsorpsi (Sembiring dan Sinaga, 2003). Aktivasi karbon merupakan
cara yang sering digunakan untuk meningkatkan daya adsorpsi suatu adsorben
(porositas) dan volume pori-pori dari adsorben. Adsorben dengan porositas yang
adsorben yang memiliki porositas kecil. Secara umum metode aktivasi yang
organik dengan bantuan panas, uap dari CO2. Metode aktivasi secara fisika antara
lain dengan menggunakan uap air, gas CO2, O2 dan N2. Gas-gas tersebut berfungsi
sebuah produk yang memiliki luas permukaan yang luar biasa dan struktur pori.
Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi volume, memperluas diameter pori
yang terbentuk selama karbonisasi dan dapat menimbulkan beberapa pori yang
baru (Swiatkowski, 1998). Dasar metode aktivasi fisika terdiri dari aliran gas
oksida yang tersebar dalam permukaan karbon karena adanya reaksi antara karbon
garam kalsium klorida (CaCl2), magnesium klorida (MgCl2), seng klorida (ZnCl2),
senyawa pengganggu dan menata kembali letak atom yang dapat dipertukarkan
waktu aktivasi yang relatif pendek, karbon aktif yang dihasilkan lebih banyak dan
daya adsorpsi terhadap suatu adsorbat akan lebih baik (Jankowska, et al, 1991).
(Manocha, 2003). Proses aktivasi kimia dapat dilakukan yaitu bahan baku
memperoleh kembali sisa-sisa zat kimia yang digunakan akhirnya disaring dan
Penggunaan garam yaitu NaCl, MgCl2 dan ZnCl2 sebagai aktivator kimia
telah banyak diteliti oleh para peneliti terdahulu. Pemilihan ketiga garam ini
Penelitian Gimba et al (2009) menunjukkan hasil aktivasi karbon aktif dari buah
kemampuan adsorpsi methylen blue adalah NaCl = KCl = CaCl2 > Na2CO3 =
K2CO3 > H2SO4 > ZnCl2 > MgCl2. Melihat dari segi kemampuan adsorpsi yang
sangat berbeda antara NaCl dengan ZnCl2 dan MgCl2 dimana NaCl memberikan
menyebutkan bahwa arang aktif dari kayu yang diaktivasi secara kimia dengan
memberikan hasil, bahwa kualitas arang aktif pada daya serap terhadap iodium
pembuatan karbon aktif tempurung kelapa dengan melakukan tiga kali perlakuan
karbonisasi. Hasil karakter karbon aktif terbaik diperoleh dari tempurung kelapa
yang direndam larutan NaCl sebelum karbonisasi (ukuran mesh 60-80) dengan
karakter yaitu : bilangan iodium 579,86 1,582 mg/g, berat jenis 1,02 0,008
g/cm, kadar abu 1,04 0,038 %, dan kadar air sebesar 0,12 0,01 %. Mujizah
(2010) melakukan pembuatan dan karakterisasi karbon aktif dari biji kelor dengan
variasi konsentrasi aktivator NaCl 15%, 20%, 25%, 30%, 35% dan 40%
perendaman selama 5 jam memberikan hasil terbaik pada perendaman NaCl 30%
dengan aktivasi fisika mempunyai karakteristik terbaik yakni angka iodin 646
mg/g, berat jenis karbon aktif 0,8917 g/mL, kadar air 1 % dan kadar abu 5,8 %.
karbon meningkat, dari sebelumnya sebesar 9,39 m2/g menjadi 256,6 m2/g dan
18
presentase kenaikan mutu minyak ditinjau dari kadar asam lemak bebas yang
dari sekam padi pada adsorpsi logam Cr(II) dengan dua kali perlakuan yaitu:
perendaman karbon dengan larutan ZnCl2 dan pemanasan karbon dengan ZnCl2
dengan variasi konsentrasi masing-masing 5%, 10%, 15% dan 20%. Hasil terbaik
diperoleh dari perendaman karbon dengan ZnCl2 pada konsentrasi 10% dengan
2.5 Adsorpsi
komponen bergerak dari suatu fasa menuju permukaan yang lain, sehingga terjadi
konsentrasi yang tinggal dalam larutan dengan konsentrasi yang diadsorpsi oleh
adsorben. Adsorben yang baik umumnya mempunyai luas permukaan yang besar
tiap unit partikelnya, berpori, aktif dan murni, tidak bereaksi dengan adsorbat
(Othmer, 1981).
19
Proses adsorpsi terjadi pada konsentrasi selektif dari satu atau lebih
komponen (adsorbat) dari fasa gas atau cairan pada permukaan pori-pori zat padat
banyak, proses adsorpsi dapat berlangsung pada dinding-dinding pori atau dapat
terjadi pada daerah tertentu di dalam partikel tersebut (Jauhar et al, 2007).
dalamnya menjadi beberapa kali lebih besar dari permukaan luarnya. Adsorben
yang telah jenuh dapat diregenerasi agar dapat digunakan kembali untuk proses
dimurnikan.
f. Tidak beracun.
terjadi bila molekul-molekul dalam fase cair diikat pada permukaan suatu fase
padat sebagai akibat dari gaya tarik-menarik pada permukaan padatan (adsorben),
(adsorbat).
Van der Walls dan ikatan hidrogen) antar adsorbat dan substrat (adsorben)
(Atkins, 1999). Pada adsorpsi ini adsorbat tidak terikat kuat pada permukaan
adsorben sehingga dapat bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam adsorben.
Sifat adsorpsinya adalah reversible yaitu dapat dilepaskan kembali dengan adanya
tersebut terjadi sebagai hasil dari pemakaian bersama elektron oleh adsorben dan
dari larutan ke dalam pori-pori partikel, adsorban. Terdapat tiga mekanisme yang
ke permukaan luar dari adsorban. Fase ini disebut sebagai difusi film atau
difusi eksternal.
pada permukaan adsorban ke bagian yang lebih dalam yaitu pada bagian
a. Berdasarkan Bahannya
1. Adsorben Organik
mengandung pati. Adsorben ini sudah mulai digunakan sejak tahun 1979 untuk
gandum. Kelemahan dari adsorben ini adalah sangat bergantung pada kualitas
2. Adsorben Anorganik
perkembangannya, pemakaian dan jenis dari adsorben ini semakin beragam dan
banyak dipakai orang. Penggunaan adsorben ini dipilih karena berasal dari bahan-
22
bahan non pangan, sehingga tidak terpengaruh oleh ketersediaan pangan dan
b. Berdasarkan kepolarannya
1. Kelompok polar
Adsorben polar disebut juga hidrofilik. Jenis adsorben dalam kelompok ini
2. Kelompok non-polar
2.6 Karakterisasi
2.6.1 Penentuan Luas Permukaan Adsorben Ampas Tahu dengan Metode
Methylen Blue
metilen biru dalam sampel yang dilakukan pengocokan (shaker) dengan waktu
struktur yang sama. Makin besar pori-pori adsorben maka adsorpsi molekul dari
larutan akan terjadi dengan baik, artinya semakin luas permukaan adsorben maka
karena metode ini sederhana dan relatif murah. Terdapat tiga tahap yang
dilakukan pada metode ini yaitu, tahap penentuan panjang gelombang maksimum
dari methylene blue, tahap pembuatan kurva kalibrasi dan tahap penentuan
2010).
kurva standart (dengan membuat preparasi larutan standart) dan kurva standart
lalu dihitung nilai konsentrasi sampel (Basset, 2000). Jumlah radiasi yang
terabsorpsi oleh sampel dalam hukum Lambert beer dijadikan dasar analisis
Keterangan :
A = absorbansi
a = absorptivitas
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
T = Transmitan
Warna-warna pada spektrum sinar tampak beserta warna
Rohman, 2012):
senyawa tersebut dirubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi
tertentu.
Cara ini digunakan untuk mengukur hasil reaksi atau pembentukan warna
perlu membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari
Cara ini dilakukan dengan membuat seri larutan baku dari zat yang akan
dengan konsentrasi. Jika hukum Lambert-beer terpenuhi maka kurva baku berupa
garis lurus.
bentuk dan ukuran dari pori karbon aktif. Berkas sinar elektron dihasilkan dari
elektron berenergi tinggi kemudian permukaan benda yang dikenai berkas akan
segala arah. Tetapi ada satu arah dimana berkas dipantulkan dengan intensitas
tersebut memberi informasi profil permukaan benda seperti seberapa landai dan
Gambar 2.3 Ilustrasi berkas elektron SEM (Abdullah dan Khairurrijal, 2008)
SEM memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada mikroskop optik. Hal ini
digunakan maka makin tinggi resolusi mikroskop. Syarat agar SEM dapat
menghasilkan citra yang tajam adalah permukaan benda harus bersifat sebagai
dengan berkas elektron. Material yang memiliki sifat demikian adalah logam. Jika
permukaan logam diamati di bawah SEM maka profil permukaan akan tampak
padat. Suatu berkas elektron dilewatkan pada permukaan sampel dan disinkronkan
dengan berkas sinar dari tabung katoda. Pancaran elektron yang dihasilkan dapat
menghasilkan gambar ke dalam bidang 300-600 kali lebih baik dari pada
mikroskop optik dan juga dapat menghasilkan gambar tiga dimensi. Kebanyakan
Contoh hasil analisis menggunakan SEM pada karbon aktif dari ban bekas
Gambar 2.2 Hasil Uji SEM Karbon Aktif Dengan Konsentrasi NaCl 30 % dan
Suhu Aktivasi 650 oC. (a) Perbesaran 10.000 kali; (b) Perbesaran 15.000 kali
(Yudi, 2011)
Hasil ukuran SEM perbesaran 10.000 kali dan 15.000 kali menunjukkan
permukaan pori dengan adanya rongga-rongga kecil, rapat dan masih terdapat
NaCl sebagai zat aktivator yang terdapat dalam permukaan karbon aktif (Yudi,
2011).