OLEH :
KELOMPOK 1
DERIATMAN F1C1 15 011
MUHAMMAD IDHAL F1C1 14 008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karuniaanya kami dapat menyelesaikan makalah ini, tak lupa
kami ucapkan terima kasih pada bapak/ ibu dosen yang telah memberikan
bimbingannya pada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini tak akan terselesaikan tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu kami ucapkan pada teman-teman atas
kerja sama dan konsultasinya.
Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangannya, maka kami memohon kritik dan sarannya demi perbaikan karya
penulis berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, umum bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMA JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TUJUAN UMUM ..
TUJUAN KHUSUS ...
BAB 1 KOLOID DAN PERMUKAAN
1. PENDAHULUAN
2. KOLOID.....
2.1 JENIS-JENIS KOLOID .
2.2 PENGGOLONGAN KOLOID
2.3 SIFAT-SIFAT KOLOID
2.4 KESTABILAN KOLOID .
3. SURFAKTAN (PERMUKAAN) ..
3.1 JENIS-JENIS SURFATAN ..
KESIMPULAN ..
DAFTAR PUSTAKA
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
BAB 1
KOLOID DAN PERMUKAAN
1. Pendahuluan
2. Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan
suspensi Koloid tergolong campuran heterogen walau tampak homogen secara
makroskopis, karena perbedaan partikel kedua fase masih dapat diamati secara
mikroskopis. Berdasarkan ukuran partikel, sistem koloid berada di antara
suspense kasar dan larutan sejati. Ukuran partikel koloid lebih kecil dari suspense
kasar sehingga tidak membentuk fasa terpisah, tetapi tidak cukup kecil jika
dibandingkan larutan sejati. Dalam larutan sejati, molekul, atom, atau ion terlarut
secara homogeny di dalam pelarut. Dalam system koloid, partikel-partikel koloid
terdispersi secara homogen dalam mediumnya. Oleh karena itu, partikel koloid
disebut sebagai fasa terdispersi dan mediumnya disebut sebagai medium
pendispersi. Koloid tergolong sistem dua fase, yaitu:
Fase terdispersi (terlarut), adalah zat yang didispersikan, bersifat
diskontinu (terputusputus).
Medium dispersi (pelarut), adalah zat yang menjadi medium untuk
dispersi, bersifat kontinu (berkelanjutan).
Ciri-ciri sistem koloid:
Dispersi koloid.
Sifat campuran homogen secara makroskopis, namun heterogen secara
mikroskopis.
Dimensi partikel antara 1 100 nm.
Sistem dua fase dan relatif stabil.
Tidak dapat disaring, kecuali menggunakan penyaring ultra.
Contoh: tinta, cat, darah, sabun, asap, jelly, susu, santan, awan, kabut, busa, krim
kocok, sitoplasma.
c. Adsorpsi
Zat-zat yang terdispersi dalam sistem koloid dapat memiliki sifat listrik
pada permukaannya. Sifat ini menimbulkan gaya an der aals bahkan ikatan
valensi yang dapat mengikat partikel-partikel zat asing. Gejala penempelan zat
asing pada permukaan partikel koloid disebut adsorpsi Zat-zat teradsorpsi
dapat terikat kuat membentuk lapisan yang tebalnya tidak lebih dari satu atau
dua lapisan partikel.
Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu anion maka koloid
akan bermuatan negatif. Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu
kation maka koloid akan bermuatan positif. Jika yang diadsorpsi partikel netral,
koloid akan bersifat netral. Oleh karena kemampuan partikel koloid dapat
mengadsorpsi partikel lain maka sistem koloid dapat membentuk agregat
sangat besar berupa jaringan, seperti pada jel. Sebaliknya, agregat yang besar
dapat dipecah menjadi agregat kecil-kecil seperti pada sol.
d. Elektroforesis
Oleh karena zat-zat terdispersi dalam sistem koloid dapat memiliki muatan
lisrik maka zat tersebut dalam medan listrik dapat bergerak ke arah elektrode
yang berlawanan muatan. igrasi partikel koloid dalam medan listrik disebut
peristiwa elektroforesis. Elektroforesis banyak digunakan dalam industri,
misalnya pelapisan antikarat (cat) pada badan mobil. Partikel-partikel cat yang
bermuatan listrik dioleskan pada badan mobil yang dialiri muatan listrik
berlawanan dengan muatan cat. Pelapisan logam dengan cat secara
elektroforesis lebih kuat dibandingkan cara konvensional seperti pakai kuas.
e. Dialisis
Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada
perbedaan ukuran partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan cara
menempatkan dispersi koloid dalam kantong yang terbuat dari membrane
semipermeabel, seperti kertas selofan dan perkamen. Selanjutnya merendam
kantong tersebut dalam air yang mengalir. Oleh karena ion-ion atau molekul
memiliki ukuran lebih kecil dari partikel koloid maka ion-ion tersebut dapat
pindah melalui membran dan keluar dari sistem koloid. Adapun partikel koloid
akan tetap berada di dalam kantung membran.
f. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan koloid akibat hilangnya muatan koloid.
Koagulasi kimiawi dapat terjadi akibat:
a. Percampuran koloid beda muatan, Menyebabkan koloid saling
menetralkan satu sama lain dan menggumpal.
b. Penambahan elektrolit, Elektrolit dapat menetralkan koloid dan
menyebabkan koagulasi. Koagulasi terjadi bila koloid positif ditambah
elektrolit yang lebih negatif, dan koloid negatif ditambah elektrolit yang
lebih positif.
2.4 Kestabilan Koloid
Sistem koloid pada dasarnya stabil selama tidak ada gangguan dari luar.
Kestabilan koloid bergantung pada macam zat terdispersi dan mediumnya. Ada
koloid yang sangat stabil, ada juga koloid yang kestabilannya rendah. Koloid-
koloid yang stabil dapat menjadi suspense atau larutan sejati jika diganggu.
a. Kestabilan Koloid
Kestabilan koloid pada umumnya disebabkan oleh adanya muatan listrik pada
permukaan partikel koloid, akibat mengadsorpsi ion-ion dari medium pendispersi.
Jika larutan asam arsenat direaksikan dengan gas H2S, akan terbentuk larutan
arsen(III) sulfida menurut persamaan:
2H3AsO3(aq) + 3H2S(g) As2S3(aq) + 6H2O(A)
Oleh karena H2S dalam air dapat terionisasi membentuk ion H+ dan ion
HS, arsen(III) sulfida memiliki kemampuan mengadsorpsi ion HS. Oleh
karenanya, pada kondisi tertentu larutan As2S3 akan membentuk koloid
bermuatan negatif berupa sol arsen(III) sulfide.
Mengapa sol As2S3 bersifat stabil? Hal ini disebabkan partikel-partikel
koloid yang terbentuk bermuatan sejenis, yakni muatan negatif. Menurut konsep
fisika, muatan sejenis akan saling tolak-menolak sehingga partikelpartikel As2S3
tidak pernah berkoagulasi menjadi endapan.
b. Destabilisasi Koloid
Oleh karena kestabilan koloid disebabkan oleh muatan listrik pada
permukaan partikel koloid maka penetralan muatan partikel koloid dapat
menurunkan bahkan menghilangkan kestabilan koloid. Penetralan muatan partikel
koloid menyebabkan bergabungnya partikel-partikel koloid menjadi suatu agregat
sangat besar dan mengendap, akibat adanya gaya kohesi antarpartikel koloid.
Proses pembentukan agregat dari partikel-partikel koloid hingga menjadi
berukuran suspensi kasar dinamakan koagulasi atau penggumpalan dispersi
koloid.
3. Surfaktan (Permukaan)
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas
surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan
memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang
suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat
bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan
surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-
air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam
dalam fase minyak.
Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang
panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.
Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan
cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan
dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi
air dalam minyak.
4. Jenis-Jenis Surfaktan
a. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat,
garam sulfonat asam lemak rantai panjang.
b. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
kation. Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-
dimethil ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium.
c. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.
Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester
sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil
poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina
oksida.
d. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai
muatan positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam
amino, betain, fosfobetain.
KESIMPULAN
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan
suspensi Koloid tergolong campuran heterogen walau tampak homogen secara
makroskopis, karena perbedaan partikel kedua fase masih dapat diamati secara
mikroskopis. Berdasarkan ukuran partikel, sistem koloid berada di antara
suspense kasar dan larutan sejati.
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas
surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan
memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang
suka akan minyak/lemak (lipofilik).
DAFTAR PUSTAKA
Birdi, K., S., 2010, Surface and Colloid Chemistry, Principles and Applications,
CRC Press.
http://kimiakoloid.com/search
http://koloiddansurfaktandalamilmukimia.com/seacrh/page
http://surfaktan.com/search
SOAL DAN JAWABAN
Soal
1. Sebutkan perbedaan sistem suspense dan sistem koloid ?
2. Jika Anda berkemah di suatu tempat dan Anda menanak nasi. Sementara
itu, di daerah tersebut tidak ada air jernih, hanya ada air sungai yang
mengandung lumpur. Apakah yang akan Anda lakukan agar dapat
menanak nasi?
3. Jelaskan perbedaan surfaktan anionic dan surfaktan kationik?
Jawab
1. Perbedaan sistem suspense dan sistem koloid yaitu :