Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Campak (Morbili) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat
menular yang disebabkan oleh paramixovirus yang menyerang anak-anak
bahkan juga orang dewasa. Kelompok yang paling rentan untuk terkena
penyakit ini adalah bayi dan anak-anak yang belum pernah mendapatkan
imunisasi Campak. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab utama
tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada bayi dan anak-anak.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Campak yang dewasa
ini yang dianggap paling efektif adalah dengan cara imuniasasi, dengan tujuan
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit Campak.
Pemberian vaksin Campak dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit
Campak. Program imunisasi Campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982,
kemudian pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi dasar lengkap
atau Univesal Child Imunization (UCI) secara nasional. Sejak tahun 2000
imunisasi Campak kesempatan kedua diberikan kepada anak sekolah kelas I-
VI secara bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi
Campak kepada anak sekolah dasar kelas I SD.
Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-
anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Pada tahun 2005
terdapat 345.000 kematian di dunia akibat penyakit Campak dan sekitar
311.000 kematian terjadi pada anak - anak usia dibawah lima tahun. Pada
tahun 2006 terdapat 242.000 kematian karena campak atau 27 kematian
terjadi setiap jamnya. Menurut laporan World Health Organization (WHO)
tahun 2008 kematian Campak yang meliputi seluruh dunia pada tahun 2007
adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana
177.000 kematian terjadi pada anak- anak usia dibawah lima tahun. Lebih dari

1
95% kematian Campak terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dengan
infrastruktur kesehatan lemah.
Indonesia termasuk negara berkembang yang insiden kasus
campaknya cukup tinggi. Pada tahun 2008, angka absolut Campak di
Indonesia adalah 15.369 kasus. Data dari profil kesehatan Republik Indonesia
pada tahun 2010 dilaporkan Incidence Rate (IR) penyakit Campak di
Indonesia sebesar 0,73 per 10.000 penduduk, sedangkan Case Fatality Rate
(CFR) pada KLB campak pada tahun 2010 adalah 0,233.
Kasus penyakit Campak tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Data
dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, diketahui bahwa Incidens Rate
penyakit Campak di Sumatera Barat tahun 2010 adalah 8,7 per 10.000
penduduk. Sementaraitu, pada tahun 2011 terjadi peningkatan menjadi 10,77
per 10.000 penduduk. Pada tahun 2011 telah terjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB) Campak pada 7 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat yaitu di Kabupaten
Pesisir Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pasaman,
Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Bukittinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Morbili?
2. Bagaimana etiologi Morbili?
3. Bagaimana patofisiologi Morbili?
4. Apa saja tanda dan gejala Morbili?
5. Bagaimana penanganan medis/ keperawatan penyakit Morbili?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik penyakit Morbili?
7. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan dan aplikasi kasus Asuhan
Keperawatan penyakit Morbili?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian Morbili.
2. Mengetahui dan memahami etiologi Morbili.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi Morbili.
4. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala Morbili.
5. Mengetahui dan memahami penanganan medis/ keperawatan penyakit
Morbili.
6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik penyakit Morbili.
7. Mengetahui dan memahami Konsep Asuhan Keperawatan dan aplikasi
kasus Asuhan Keperawatan penyakit Morbili.

3
BAB II
KONSEP PENYAKIT MORBILI
A. Pengertian
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh 3 stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001).
Morbili adalah penyakit virus akut dengan demam, radang selaput lendir
dan timbulnya erupsi kulit berupa bercak dan bintik merah, disusul pengelupasan
(Ramali Ahmad, 2002).
Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena paramyxovirus
yang ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas dan bercak koplik
yang diikuti dengan rash makula popular kehitaman (Catzel dan Robert, 1995).
Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh
infeksi virus umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas
yaitu 3 stadium; (1) stadium masa tunas berlangsung kira-kria 10-12 hari, (2)
stadium prdormal (kataral) dengan gajala pilek dan batuk yang meningkat dan
ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak koplik), faring dan peradangan
mukosa konjungtiva (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari
belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. (Sumarmo, 2002)
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa morbili adalah
penyakit infeksi virus akut yang sangat menular yang ditandai dengan 3 stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi yang pada
umumnya menyerang pada anak.

B. Etiologi
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus, yang berasal dari secret
saluran pernafasan, darah, dan urine dari orang yang terinfeksi. Penyebaran
infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang terinfeksi.
Penularan secara droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala
klinis sampai 4 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul

4
ruam dan sedikit virus sudah dapat menimbulkan infeksi. Virus campak/morbili
tidak memiliki daya tahan tinggi.
Apabila diluar tubuh manusia keberadaannya tidak kekal, pada temperature
kamar akan kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari, pada suhu
37oC waktu paruh usianya 2 jam. Sebaliknya virus ini mampu bertahan dalam
keadaan dingin dan pada -70oC dengan media protein dapat hidup selama 5,5
tahun. Virus tidak aktif pada pH rendah. (Sumarmo, 2002).
Masa inkubasi selama 10-20 hari, dimana periode yang sangat menular
adalah dari hari pertama hingga hari ke-4 setelah timbulnya rash (pada umumnya
pada stadium kataral).

C. Patofisiologi
Penularan virus yang infeksius sangat efektif, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak
terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 12 hari sebelum timbul gejala
klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Lesi utama tampak ditemukan pada
kulit penderita, mukosa nasofarink, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva serta
masuk ke dalam limfatik lokal. Virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan
dan di situ mulai penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limfa. Sel
mono nuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak.
Virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitil
orofarink, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada hari
ke 910 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu
sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Virus yang masuk ke pembuluh darah
menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas adalah batuk, pilek,
disertai konjungtivitis, demam tinggi, ruam menyebar ke seluruh tubuh, timbul
bercak koplik. Pada hari ke-14 sesudah awal infeksi akan muncul ruam
makulopopular dan saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Daya tahan tubuh
akan menurun sebagai akibat respon terhadap antigen virus terjadilah ruam pada

5
kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopnemoni, otitis dan lain-lain, 2002).

D. Tanda dan gejala


1. Stadium prodromal (Catarrhal)
Demam, malaise, batuk, konjungtivis, koriza, terdapat bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema, terletak
di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, timbul dua hari sebelum
munculnya rash. Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari.
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula-
papula disertai meningkatnya suhu badan. Mula-mula eritema muncul di
belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan di bawah kulit,
pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah belakang
leher.
3. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Suhu turun
sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. Selanjutnya diikuti
gejala anorexia, malaise, limfadenopati.

E. Penanganan medis/keperawatan
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sadativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul (Hassan R. et al, 1985)
1. Istirahat
2. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi
3. Medikamentosa

6
- Antipiretik : parasetamol 17,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam.
- Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun 50-100 mg tiap 2-6
jam, dosis maksimum 600 mg/hari.
- Antitisif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic
antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
- Mukolitik bila perlu
- Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral
sangat bermanfaat.

F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni
2. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas.
3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1-3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2-4
minggu kemudian.

G. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
b. Proses keperawatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-
menerus berlangsung 24 hari. (Pusponegoro, 2004:96)
2) Riwayat keperawatan sekarang

7
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 24 hari,
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya
(fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004:96)
3) Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah
Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005:185).
4) Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah,
apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau
familial. (Potter, 2005:185)

c. Pemeriksaan Fisik
1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2) Kepala : sakit kepala
3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung (pada stad eripsi).
4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa
pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit (kering), turgor kulit, rasa gatal, ruam
makuler pada leher,muka, lengan dan, evitema, panas (demam).
6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,
sputum
7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/
imunisasi.
8) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9) Status Nutrisi : intakeoutput makanan, nafsu makanan

8
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi
b. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan)
c. Risiko cedera

3. Intervensi
a. Hipertermi
Terjadinya hipertermi pada anak dengan morbili ini disebabakan oleh
adanya reaksi virus yang masuk ke dalam tubuh. Untuk mengatasinya
adalah dengan tujuan mempertahankan kondisi suhu tubuh dalam batas
normal dengan cara menurunkannya.
Tindakan :
1) monitor perubahan suhu tubuh
2) lakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh seeperti
lakukan kompres, berikan pakaian tipis dalam memudahkan proses
penguapan
3) berikan antipiretik dan antibiotic ssesuai dengan ketentuan
4) libatkan keluarga dalam perawatan serta akari cara menurunkan suhu
dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh.

b. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan)


Kekurangan nutrisi ini dapat disebabkan adanya asupan yag tidak adekut
oleh karena menurunnya nafsu makan akibat proses patologis, maka
tuhjuan keperawatanannya diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan
nutrisi pada anak.
Tindakan :
1) berikan diet TKTP atau nutrisi yang adekuat
2) berikan sari buah yang banyak mengandung air
3) berikan susu atau makanan daam keadaan hangat

9
4) berikan makan mulai dari sedikit tetapi sering hingga jumlah asupan
terpenuhi
5) berikan nutrisis dalam keadaaan bentuk makanan lunak untuk
membantu nafsu makan
6) monitorlah perubaahn berat badan, adanya bising usus, dan ststus gizi

c. Risiko cedera
Risiko cedera dalam hal ini adalah adanya komplikasi lebih lanjut dari
morbili seperti adanya bronchopneumonia, otitis media, ensefaliis, dan
lain-lain yangdapat mengganggu system dalam tubuh yang diakibatkan
oleh menurunnya daya tahan tubh. Tuhuan dari rencana keperawatan
adalah mencegah adanya penyebaran kuman (komplikasi) serta
penularan pada orang lain.
Tindakan:
1) lakukan perawatan secara aseptic
2) lakukan perawatan pada daerah kulit secara aseptic
3) atur posisi tempat tidur dengan tinggi daerah kepala
4) monitor adanya tanda kompilkasi
5) berikan posisi yang bergantingan miring ke kanan dan ke kiri
6) berikan antibiotic sesuai dengan ketentuan
7) libatkan keluarga dalam perawatan dan ajari cara melakukan
perawatan secara aseptic.

10
BAB III
APLIKASI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
PENYAKIT MORBILI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
- Nama : An. AS
- Umur : 4 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Suku : Bugis
- Agama : Islam
- Tanggal MRS : 07 Desember 2011
- Tanggal Pengkajian : 07 Desember 2011
- Alamat : Jl. Senada, RT 6 Desa Tungkaran Pangeran,
Kec. Simpang Empat
2. Identitas Penanggung jawab
- Nama : Rahmadi Suhendi
- Umur : 40 Tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Suku : Bugis
- Agama : Islam
- Hubungan : Ayah pasien
- Alamat : Jl. Senada, RT 6 Desa Tungkaran Pangeran,
Kec. Simpang Empat
3. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Pada tanggal 07 Desember 2011 dilakukan pengkajian dengan
keluhan utama gatal dan timbul bintik-bintik merah (rash) pada bagian
hampir seluruh tubuh.

11
2) Riwayat penyakit sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan merasa gatal
pada bagian bintik yang timbul dikulitnya. Ayah pasien mengatakan
sejak satu minggu yang lalu sudah dibawa ke puskesmas, namun tidak
ada perubahan. Oleh karena itu, orangtua pasien membawa pasien ke RS
untuk perawatan lebih lanjut.
3) Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita
penyakit seperti ini.

4. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
Pasien dalam kesadaran penuh (Compos Mentis)
2) Keadaan umum
BB MRS : 15 Kg
BB SMRS : 18 Kg
TB : 80 cm
3) Tanda-tanda vital
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu tubuh : 39oC
TD : 100/60 mmHg
4) Integumen
I : Banyak bintik merah pada kulit (rash)
P : Pada bintik merah permukaan kulit kasar
P: -
A: -
5) Kepala
I : Bentuk simetris
P : Tidak ada benjolan

12
P: -
A :-
6) Mata
I : Terdapat konjungtivitis (+/+)
P: -
P: -
A:-
7) Hidung
I : Sekret (+/+), influenza +
P : Tidak ada benjolan pada hidung
P: -
A:-
8) Mulut
I : Mukosa bibir kering
P: -
P: -
A: -
9) Leher
I : Terdapat bintik merah pada lipatan leher
P : Tidak ada benjolan
P: -
A: -
10) Dada
I : Dada terlihat rata dan simetris
P : Gerakan diafragma normal, tulang iga depan bagian bawah terangkat
pada waktu inspirasi
P : Perkusi dada berbunyi sonor
A: Wheezing

13
11) Abdomen
I : Gerakan pernafasan yang normal, bentuk simetris
P : Limpa dan hati tidak teraba
P : Terdapat bunyi Tympani
A: 4x/menit bising usus
12) Ekstrimitas atas dan bawah
I : Tidak ada edema dan kelainan lainnya
P : Akral hangat
P: -
A: -

5. Kebutuhan Fisik, Psikologi, Sosial dan Spiritual


1) Pola aktivitas dan istirahat
Aktivitas sehari-hari klien terjadi gangguan karena morbili mengalami
gatal-gatal.
2) Personal Hygiene
Kebutuhan akan personal hygiene anak, mandi, gosok gigi, dan
pembelajaran tentang toilet training.
3) Nutrisi
Nafsu makan anak menurun, hanya menghabiskan 4 sendok bubur
setiap kali makan.
4) Pola eliminasi
Kebiasaan defekasi sehari-harinya normal tiap pagi hari.
5) Riwayat psikososial
Interaksi anak dengan keluarga baik terutama dengan ibunya.
6) Riwayat spiritual
Anak diberi pengetahuan untuk belajar berdoa agar penyakit yang
dideritanya cepat sembuh.

14
6. Analisa data
No. Tanggal Data Etiologi Masalah
1 Rabu, DS : pasien mengeluh Droplet infection Hipertermi
7/12/11 panas pada seluruh
tubuhnya Produksi eksudat
DO : hipertermi, akral berlebih.
hangat. Reaksi inflamasi :
N : 18x/mnt hipertermi, RR
P : 18x/mnt naik
S : 39oC
TD : 100/60 mmHg
3 Rabu, DS : pasien - Kulit menonjol Gangguan
7/12/11 mengungkapkan rasa sekitar sebasea integritas
ketidaknyamanan dan folikel kulit
terhadap bintik yang rambut.
timbul pada kulit - Kulit eritema
tubuhnya membentuk
DO : banyak terdapat makula papula
rash pada tubuh dan di kulit normal.
terasa gatal. - Rash pada balik
N : 80x/mnt telinga, leher,
P : 18 x/mnt pipi, muka,
S : 39oC seluruh tubuh
TD : 100/60 mmHg dan terasa gatal.

2 Rabu, DS : pasien mengatakan Saluran cerna Gangguan


7/12/11 pahit pada saat makan kebutuhan
dan kurang nafsu Terdapat bercak nutrisi
makan koplik warna

15
DO : BB anak 15 Kg, kelabu pada
posi makan 4 sendok mukosa bukalis,
makan (bubur) molar, palatum
N : 80x/mnt durum, mole.
P : 18x/mnt Mulut pahit
S : 39oC timbul anoreksia
TD : 100/60 mmHg

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi b.d. proses inflamasi/infeksi virus
b. Gangguan integritas kulit b.d. adanya rash
c. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia

C. INTERVENSI DAN RASIONAL


No Perencanaan
Tanggal Diagnosa
. Tujuan Intervensi Rasional
1 Rabu, Hipertermi Setelah - Dampingi - Agar pasien
7/12/11 b.d proses dilakukan keluarga lebih
inflamasi/inf askep selama dalam koorperatif
eksi virus 2x24 jam perawatan dalam
diharapkan serta ajari cara terapi.
suhu badan menurunkan - Untuk
pasien suhu tubuh membantu
berkurang - Berikan dalam
dengan KH : kompres penurunan
- Suhu tubuh hangat dan suhu tubuh
16,5-37,5oC anjurkan pada pasien.
- Nadi normal pasien banyak - Suhu
- Badan tidak minum. ruangan/

16
terasa panas - Pantau suhu jumlah
- Akral lingkungan, selimut
normal batasi/tambahk harus
an linen diubah
tempat tidur untuk
sesuai indikasi. mempertaha
- Memonitor nkan suhu
perubahan tubuh
suhu tubuh. pasien.
- Untuk
mengetahui
dan
merencanak
an
intervensi
selanjutnya
2. Gangguan Setelah - Pertahankan - Untuk
integritas dilakukan kuku anak tetap mencegah
kulit b.d. tindakan pendek, terjadinya
adanya rash keperawatan menjelaskan luka pada
selama 2x24 kepada anak saat anak
jam bintik- untuk tidak menggaruk
bintik merah menggaruk - Agar tidak
pada kulit rash. merasakan
akan hilang - Berikan obat gatal dan
dengan KH : antipruritus sakit pada
- Pasien tidak topikal, dan kulit pasien
merasakan anastesi topikal - Untuk
gatal dan - Memandikan mencegah

17
nyaman pasien dengan infeksi
dengan menggunakan - Agar anak
keadaaanny sabun yang tidak
a. tidak perih. merasakan
- Rash pada - Kolaborasi : gatal dan
kulit pemberian sakit pada
berkurang antihistamin kulit.
2 Rabu, Gangguan Setelah - Berikan banyak - Untuk
7/12/11 kebutuhan dilakukan minum (sari mengkompe
nutrisi askep 2x24 buah-buahan, nsasi adanya
kurang dari jam sirup yang peningkatan
kebutuhan diharapkan tidak memakai suhu tubuh
tubuh b.d pasien es) dan
anoreksia menunjukkan - Berikan susu merangsang
peningkatan porsi sedikit nafsu makan
nafsu makan tapi sering - Untuk
dengan KH : (susu dibuat memenuhi
- BB encer dan tidak kebutuhan
Meningkat terlalu manis) nutrisi
- Nafsu - Berikan melalui
makan makanan lunak, cairan
meningkat misalnya bubur bernutrisi
(dapat yang memakai - Untuk
menghabisk kuah, dengan memudahka
an 1 porsi porsi sedikit n mencerna
untuk anak) tetapi sering makanan dan
meningkatka
n asupan
makanan

18
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Rabu, Hipertermi b.d - Melibatkan keluarga S : pasien
7/12/11 proses dalam perawatan serta mengatakan
inflamasi/infeksi mengajarkan cara badannya sudah
virus menurunkan suhu tidak panas lagi
tubuh O : ditandai
- Memberikan kompres dengan
hangat pengukuran suhu
- Memantau suhu tubuh normal
lingkungan (37oC)
- Mengukur TTV A : masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
2 Rabu, Gangguan - Mempertahankan S : pasien
7/12/11 integritas kulit kuku anak tetap mengatakan
b.d. adanya rash pendek, menjelaskan berkurang rasa
kepada anak untuk gatalnya
tidak mengaruk rash. O : ditandai
- Memberikan obat dengan jarangnya
antipruritus topikal, pasien menggaruk
dan anastesi topikal. kulit
- Memandikan pasien A : Masalah
dengan menggunakan teratasi sebagian
sabun yang tidak P : Intervensi
perih dilanjutkan
- Memberikan
antihistamin

19
3 Rabu, Gangguan - Memberikan banyak S : pasien
7/12/11 kebutuhan minum (sari buah- mengatakan
nutrisi b.d. buahan, sirup yang sudah merasakan
anoreksia tidak memakai es) tidak pahit pada
- Memberikan susu mulutnya saat
porsi sedikit tetapi makan.
sering (susu dibuat O : didantai
encer dan tidak terlalu dengan
manis, dan berikan meningkatnya
susu tersebut dalam nafsu makan pada
keadaan yang hangat anak
ketika diminum) A : masalah
- Memberikan teratasi sebagian
makanan lunak, P : intervensi
misalnya bubur yang dilanjutkan.
memakaui kuah, sup
atau bubur santai
memakai gula dengan
porsi sedikit tetapi
sering

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Morbili adalah penyakit virus akut, menular, yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu stadium katar, stadium erupsi dan stadium konvalensi.
1. Stadium Kataralis (Prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas tubuh,
malaise (lemah), batuk, fotofobia (silau), konjungtivis dan koriza (katar
hidung). Menjelang akhir stadium kataralis dan 24 jam timbul enantema
(ruam pada selaput lendir), timbul bercak koplik yang patognomonik bagi
morbili tetapi jarang dijumpai.
2. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum molle. Kadang-kadang terlihat pula bercak
koplik.
3. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi, pada anak Indonesia sering pula ditemukan kulit bersisik.
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat
batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul. Pasien morbili dengan bronkopneumonia perlu
dirawat di rumah sakit karena memerlukan pengobatan yang memadai (kadang
perlu diinfus dan pemberian oksigen).

B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain; Campak pada anak harus
dipelajari untuk lebih memaksimalkan dalam pemahaman ilmu keperawatan dan
perlu adanya promosi kesehatan mengenai Campak agar masyarakat lebih bisa
berupaya mencegah penyakit ini.

21

Anda mungkin juga menyukai