Anda di halaman 1dari 14

AUDIT SEKTOR PUBLIK

TUGAS AKHIR :
ANALISIS LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL TAHUN ANGGARAN
2014

DOSEN : Suyanto, SE., MBA., Ak., Ph.D

DISUSUN OLEH :
MARZULLY NUR 15/387034/PEK/20757

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam saya sampaikan kehadiran Allah SWT Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya tugas ini dapat saya selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam tugas akhir ini saya akan membahas Analisis mengenai Laporan Hasil
Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI atas Kabupaten Buol Tahun Anggaran
2014. Laporan hasil pemeriksaan adalah laporan yang dilakukan oleh pihak BPK RI dengan
melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Laporan tersebut berisikan pada pernyataan opini atas suatu pemeriksaan terhadap laporan
keuangan daerah yang telah dilakukan.
Tugas ini dibuat dalam rangka memperdalam pengetahuan dan pemahaman
mahasiswa atas pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK terhadap laporan keuangan daerah.
Dalam proses penyusunan tugas ini, tentunya saya mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi
dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada Bapak
Suyanto, SE., MBA., Ak., Ph.D, selaku dosen mata kuliah Audit Sektor Publik

Demikian tugas akhir ini saya buat semoga bermanfaat,

Yogyakarta, 22 Mei 2015

Marzully Nur
1. Opini Kabupaten Buol 2007-2014

a. Tabel 1. Opini BPK terhadap Kabupaten Buol 2007-2014


(dikutip dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun 2015)

Entitas Pemerintah Daerah


Kabupaten Buol
No Tahun Opini
1 2007 Disclaimer (Tidak Memberikan Pendapat)
2 2008 Disclaimer (Tidak Memberikan Pendapat)
3 2009 Disclaimer (Tidak Memberikan Pendapat)
4 2010 Disclaimer (Tidak Memberikan Pendapat)
5 2011 Opini Wajar Dengan Pengecualian
6 2012 Disclaimer (Tidak Memberikan Pendapat)
7 2013 Opini Wajar Dengan Pengecualian
8 2014 Opini Wajar Dengan Pengecualian

2. Kerugian Daerah Dan Potensi Kerugian Daerah Kabupaten Buol Tahun


Anggaran 2014
a. Kerugian Daerah
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengakibatkan kerugian daerah di Indonesia meliputi 2.422 permasalahan senilai
Rp1,42 triliun pada 473 pemerintah daerah. Salah satu kerugian daerah terjadi pada
Kabupaten Buol.
Tabel 3. Permasalahan Utama Kerugian Pada Pemerintah Daerah
Permasalahan Nilai Entitas
(Miliar)
Pelaporan jasa konsultan perencanaan di Dinas PU tidak 1,13 Kab. Buol
memadai dan berindikasi kelebihan pembayarannya

b. Potensi Kerugian Daerah


Hasil pemeriksaan BPK atas LKPD Tahun 2014 mengungkapkan 324
permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengakibatkan potensi kerugian daerah senilai Rp1,41 triliun pada 217 pemerintah
daerah. Salah satu potensi kerugian juga terjadi pada Kabupaten Buol.
Tabel 4. Permasalahan Utama Potensi Kerugian Pada Pemerintah Daerah
Permasalahan Nilai (Miliar) Entitas
Aset tetap tidak diketahui keberadaanya 31,77 Kab. Buol
3.Akun Pengecualian Pada LKPD Kabupaten Buol 2014

Tabel 5. Pengecualian Akun Pada LKPD Kabupaten Buol Tahun 2014 (Opini WDP)
Entitas Kas Piutang Persediaan Investasi Aset Tetap Kewajiban (Utang Pendapatan Belanja
dan Aset PFK dan Utang Daerah Daerah
Tetap Jangka Pendek
lainnya Lainnya)
Kab.Buol

Penjelasan Atas Akun-Akun pengecualian pada LKPD Kabupaten Buol :


1. Piutang
Catatan IV.A.1.1.2 atas Laporan Keuangan, saldo piutang pajak daerah per 31
Desember 2014 disajikan senilai Rp18.673.952.365,21. Dalam saldo tersebut terdapat
piutang pajak pengambilan bahan galian golongan C yang telah dibayarkan oleh
Wajib Pajak namun tidak disetorkan ke Kas Daerah senilai Rp 40.026.070,00 dengan
jumlah keseluruhan perbedaan catatan karena pelunasan yang belum dapat
diidentifikasi penerimaannya, serta terdapat Wajib Pajak yang tidak dapat
dikonfirmasi status piutangnya senilai Rp1.022.904.503,50
Tabel 6. Status Konfirmasi Piutang Galian C :

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai piutang yang tidak
menunjukkan kondisi sebenarnya adalah sebesar Rp301.160.043,00, yaitu nilai yang
terkonfirmasi tidak benar sebesar Rp793.970.669,00 dikurangi terkonfirmasi tidak
benar namun ada penyetoran ke Kas Daerah sebesar Rp492.810.626,00. Selain itu,
berkaitan dengan pernyataan lunas WP yang berhasil dikonfirmasi oleh BPK, Pihak
Bidang Pendapatan melakukan upaya penelusuran dokumen administrasi lainnya. dan
menemukan satu WP yang telah membayar lunas tapi belum masuk kas daerah a.n.
CV M sebesar Rp6.256.543,00. Penjelasan lebih lanjut menyatakan bahwa atas
piutang ini sudah ada pernyataan tanggungjawab a.n RL untuk memulihkan
kekurangan penerimaan ini. Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No.21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Permendagri No.13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Hal tersebut
mengakibatkan penyajian piutang Minerba dan Galian Golongan C per 31 Desember
2014 tidak menunjukkan kondisi sebenarnya minimal sebesar Rp307.416.586,00
(Rp301.160.043,00 + Rp6.256.543,00).

2. Aset Tetap dan Aset Tetap Lainnya :


a. Catatan IV.A.1.3 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten Buol
melaporkan Aset Tetap per 31 Desember 2014 senilai Rp1.251.685.733.235,75.
Pemerintah Kabupaten Buol tidak melaksanakan penatausahaan aset tetap secara
tepat senilai Rp47.443.865.219,71, terdiri atas aset tetap tidak dicatat item per
item pada BI/BII senilai Rp10.184.109.272,92, tanah sebanyak 9 persil senilai
Rp5.670.234.395,00 tidak jelas luasnya; peralatan dan mesin kendaraan sebanyak
215 unit senilai Rp8.233.075.245,00 dan non kendaraan sebanyak 135 item
senilai Rp23.436.286,50 tidak dapat diketahui keberadaannya; aset tetap di
reklasifikasi ke aset lainnya.
b. Hilang sebanyak 56.586 item senilai Rp23.333.010.020,29 yang tidak memiliki
BAP kehilangan dari Kepolisian dan tidak ada pertanggungjawaban dari
pemegang aset; dan tanah sebanyak 11 bidang, gedung/bangunan sebanyak 15
lokasi, jalan-jaringan-instalasi sebanyak 4 lokasi, dan hasil pengadaan tahun 1979
s.d. 2013 yang harga perolehannya tidak wajar, yaitu nihil/nol atau satu rupiah.
Berdasarkan data pada LKPD TA 2014, terdapat aset milik Pemda Buol
senilai Rp23.379.880.960,29 yang hilang/tidak diketahui keberadaannya. Data ini
adalah data hasil pelaksanaan sensus TA 2013-TA 2014. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa dari semua aset tersebut hanya 20 item aset senilai
Rp46.870.940,00 yang memiliki BA kehilangan dari kepolisian, sedangkan 56.607
item aset senilai Rp 23.333.010.020,29 belum memiliki BA kehilangan. Selain itu,
tidak satupun aset tersebut, baik yang belum memiliki BA kehilangan, maupun yang
sudah memilikinya, yang diproses ganti ruginya. Hasil wawancara dan keterangan
dari para penyimpan/pengurus barang, para petugas pelaksana sensus, dan Kepala
Bidang Aset DPPKAD menerangkan bahwa aset-aset yang dinyatakan aset hilang
adalah aset yang pada saat pelaksanaan pengecekan fisik di lapangan tidak dapat
ditemukan/diidentifikasi. Identitas petugas yang bertanggung jawab secara langsung
atas aset tersebut tidak dapat diidentifikasi karena tidak adanya dokumen pinjam-
pakai atau dokumen lain yang menunjukkan siapa pemegang barang. Selain itu
sebagian aset tersebut tidak diketahui kapan dan pada kejadian apa aset tersebut dapat
hilang, hanya diketahui bahwa pada saat dilaksanakan pengecekan fisik, aset tersebut
tidak dapat ditemukan. Terhadap aset yang dinyatakan hilang tersebut.

3. Belanja Daerah
Pemerintah Kabupaten Buol melaporkan belanja barang tahun anggaran (TA)
2014 senilai Rp129. 753.331.989,46. Belanja tersebut diantaranya untuk belanja habis
pakai berupa belanja BBM di Sekretariat DPRD dan Dishubkominfo senilai Rp
1.047.596.900,00 dan belanja perjalanan dinas senilai Rp 373.878.262, 67 belanja
dipertanggungjawabkan dengan bukti yang berindikasi tidak benar sehingga
berpengaruh secara signifikan terhadap kewajaran penyajian Belanja Barang dalam
Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2014. Sebagaimana diungkapkan pada catatan
IV.B.22 atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Buol melaporkan belanja
modal TA 2014 senilai Rp 139. 252.163. 652,03. Belanja tersebut diantaranya
direalisasikan untuk 23 kegiatan paket jasa konsultasi, penerapan yang tidak sesuai
ketentuan seperti kerangka acuan kerja tidak dibuat, dan kualifikasi tenaga ahli yang
tidak dilakukan pembandingan biaya dan kualitas yang berindikasi kelebihan
pembayaran senilai Rp 1.136. 288. 700,00. Dalam belanja modal tersebut
direalisasikan juga untuk pengadaan papan visual elektronik pada sekretariat DPRD
yang berindikasi kemahalan harga senilai Rp 111.000.000,00 dan kelebihan
pembayaran pekerjaan belanja modal konstruksi pada enam SKDP senilai Rp
654.360.666,2 ketika BPK melakukan pegujian kewajaran harga dan perhitungan
kembali atas pekerjaan terpasangnya sehingga berpengaruh pada informasi yang
diungkapkan dapat menyesatkan pembaca laporan keuangan.
Berdasarkan data penjelasan diketahui bahwa, Pemerintah Kabupaten Buol
TA 2014 menyajikan anggaran belanja barang senilai Rp140.698.169.633,77 dan
realisasinya senilai Rp129.753.331.989,46 atau tercapai 92,22%. Sedangkan untuk
belanja modal, dianggarkan senilai Rp162.201.887.114,60 dan realisasinya senilai
Rp139.252.163.652,03 atau tercapai 85,85%. Hasil pemeriksaan melalui analisis
dokumen dan permintaan penjelasan kepada Kepala Bidang Anggaran DPPKAD
sebagai anggota TAPD, diketahui bahwa terdapat anggaran belanja barang dan
belanja modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang
substansi/tujuan belanjanya tidak tepat dianggarkan sesuai peruntukan penggolongan
belanjanya. Realisasi belanja modal senilai Rp139.252.163.652,03 diantaranya
digunakan untuk pengadaan barang atau peralatan pada 9 SKPD yang ditujukan untuk
diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga senilai Rp4.341.354.290,00. Realisasi
belanja barang senilai Rp129.753.331.989,46 diantaranya digunakan untuk
penyusunan Detail Engineering Design (DED) dan perencanaan database,
perencanaan pembangunan irigasi, dan perencanaan pemetaan jaringan sungai dan
garis pantai pada Dinas Pekerjaan Umum. Pekerjaan tersebut dapat dikelompokkan
sebagai kegiatan yang dapat menambah aset tetap senilai Rp793.395.000,00. Hal
tersebut tidak sesuai dengan Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Permendagri No.21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Permendagri No.13 Tahun
2006 :
a. Pasal 52 ayat (1), menyatakan bahwa belanja barang dan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf b digunakan untuk pengeluaran
pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas)
bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah.
b. Pasal 53 ayat (1), menyatakan bahwa belanja modal digunakan untuk
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan. Hal tersebut mengakibatkan informasi laporan
keuangan terkait belanja barang dan belanja modal dalam LKPD Tahun 2014
tidak menunjukkan kewajarannya, yaitu belanja modal disajikan lebih besar
senilai Rp4.341.354.290,00 dan belanja barang disajikan lebih besar senilai
Rp793.395.000,00. Hal tersebut disebabkan oleh Pengguna Anggaran pada
SKPD terkait tidak cermat dalam menyusun dan mengajukan RKA TA 2014
dan TAPD tidak cermat mengevaluasi usulan anggaran belanja modal dan
belanja barang TA 2014.
4. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
Tabel 7. Ketidaksesuain dengan Standar Akuntansi Pemerintah
No Keterangan SAP yang
dilanggar
1 Hasil sensus aset tetap yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Buol PSAP 07
pada tahun 2013 dan 2014 menunjukkan bahwa terdapat banyak aset yang
kondisinya sudah rusak berat sehingga tidak dapat digunakan lagi. Aset-aset
tersebut seharusnya diproses melalui pelelangan/penghapusan dari daftar aset
milik Pemda. Namun aset-aset proses pelelangan/penghapusan tersebut
belum dapat dilaksanakan karena pendataan aset-aset yang akan
dilelang/dihapus belum selesai dan belum diajukan. Selain itu, atas aset-aset
yang akan dilelang/dihapus, belum dilaksanakan penilaian

5. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan


BPK menemukan adanya ketidakpatuhan, kecurangan, dan ketidakpatutan
dalam pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada Pemerintah
Kabupaten Buol. Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan, kecurangan dan
ketidakpatutan adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan


No Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan, kecurangan dan ketidakpatutan
1 Pemungutan retribusi belum disetorkan ke Kas Daerah senilai Rp100.887.278,00
2 Dokumen pertanggungjawaban belanja bahan bakar minyak (BBM) Tahun Anggaran
2014 pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) dan
Sekretariat DPRD tidak sesuai dengan pelaksanaannya
3 Pengeluaran senilai Rp229.385.854,19 untuk pemeliharaan kendaraan roda dua yang
digunakan oleh Anggota DPRD
4 Belanja perjalanan dinas tidak sesuai kondisi senyatanya senilai Rp373.878.262,67;
5 Kemahalan pengadaan papan visual elektronik pada Sekretariat DPRD senilai Rp
111.000.000
6 Dokumen pertanggungjawaban belanja ATK, barang cetak, penggandaan, makan dan
minum pada 12 SKPD senilai Rp 1.043.159.130,00 tidak menunjukkan kondisi
sebenarnya
7 Jaminan pelaksanaan tidak dicairkan dan disetor ke kas daerah senilai Rp 128.885.100
8 Kekurangan volume pekerjaan belanja modal pada enam SKPD senilai Rp
841.396.260,49
9 Keterlambatan penyelesaian pekerjaan belum dikenakan denda senilai
Rp288.643.972,53
10 Aset tetap senilai Rp 31.773.067.491,79 tidak diketahui keberadaannya dan belum
dipertanggungjawabkan.
6. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern
BPK menemukan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem
pengendalian intern dan operasinya. Pokok-pokok kelemahan yang signifikan dalam
sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Kabupaten Buol yang ditemukan
BPK adalah sebagai berikut :
Tabel 9. Kelemahan Sistem Pengendalian Internal
No Kelemahan Sistem Pengendalian Internal
1 Persiapan Pemerintah Kabupaten Buol menuju penerapan Laporan Keuangan berbasis
akrual untuk periode pelaporan Tahun Anggaran 2015 belum memadai.
2 Penganggaran Belanja Modal senilai Rp4.341.354.290,00 dan Belanja Barang senilai
Rp793.395.000,00 tidak tepat.
3 Mekanisme pengendalian perhitungan dan penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
belum memadai.
4 Mekanisme dan pertanggungjawaban pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Sertifikasi
Tanah Milik Rakyat senilai Rp900.000.000,00 yang dikerjasamakan dengan Kantor
Pertanahan Kabupaten Buol tidak memadai.
5 Mekanisme pengadaan, pelaksanaan, dan pelaporan Pekerjaan Perencanaan Jasa
Konsultansi Perencanaan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Buol tidak memadai.
6 Perencanaan beberapa kontrak pekerjaan senilai Rp 14.620.483.000,000 tidak memadai.
7 Penyajian nilai piutang Galian C tidak menunjukkan kondisi sebenarnya minimal senilai
Rp 307.416.586,00
8 Mekanisme, penyertaan, pencatatan dan pengawasan pengelolaan invetsasi jangka
panjang BUMD PD Berkah belum memadai
9 Penatausahaan belanja BBM bagian perlengkapan umum-sekretariat daerah belum tertib
10 Penatausahaan dan penyajian aset tetap pada neraca per 31 desember 2014 tidak tepat

7. Ringakasan Temuan terhadap Kriteria Opini BPK


No Kriteria Temuan
1 Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), 1
2 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku 10
3 Efektifitas Sistem Pengendalian Internal (SPI) 10

8. Analisis atas Opini BPK terhadap Kabupaten Buol


Pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan dalam rangka memberikan
pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan. Adapun kriteria atau indikator pemberian opini menurut Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 pada Penjelasan Pasal 16 ayat (1), yaitu : Opini merupakan
pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria : kesesuaian dengan
standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem
pengendalian intern (SPI). BPK dapat memberikan empat jenis opini, yaitu Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP/unqualified opinion), Wajar Dengan Pengecualian
(WDP/Qualified opinion), Tidak Memberikan Pendapat (TMT/Disclaimer opinion)
dan Tidak Wajar (TW/Adverse opinion).
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, BPK memberikan opini Wajar
Dengan Pengecualian untuk LKPD Kabupaten Buol Tahun Anggaran 2014. Siaran
pers BPK pada 30 Juni 2011 menyebutkan bahwa Opini WDP diberikan dengan
kriteria: sistem pengendalian internal memadai, namun terdapat salah saji yang
material pada beberapa pos laporan keuangan. Laporan keuangan dengan opini WDP
dapat diandalkan, tetapi pemilik kepentingan harus memperhatikan beberapa
permasalahan yang diungkapkan auditor atas pos yang dikecualikan tersebut agar
tidak mengalami kekeliruan dalam pengambilan keputusan. Hasil ringkasan
menunjukan bahwa terdapat 1 temuan yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), 10 temuan terkait ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan 10 temuan tentang efektifitas
Sistem Pengendalian Internal (SPI).
Opini yang bisa diberikan oleh BPK dasar pertimbangan utamanya
adalah Kewajaran. Penyajian pos-pos laporan keuangan sesuai dengan SAP.
Kewajaran disini bukan berarti kebenaran atas suatu transaksi. Opini atas laporan
keuangan tidak mendasarkan kepada apakah pada entitas tertentu terdapat korupsi
atau tidak (Siaran Pers, BPK 2011). Sehingga apabila Opini didasarkan kesesuaian
dengan SAP dan terdapat salah saji yang material pada beberapa pos laporan
keuangan hal ini telah sesuai, pada Kabupaten Buol hanya terdapat satu temuan
dalam ketidaksesuaian dengan SAP. Indikasi kerugian daerah dan potensi kerugian
daerah pada Kabupaten Buol, bukan menjadi dasar pemberian opini. Akan tetapi,
apabila dikaitkan dengan sistem pengendalian internal yang memadai hal ini tidak
sesuai dengan SPI pada penyelengaran pemerintatahan Kabupaten Buol. Hal ini
dikarenakan ditemukan 10 kelemahan dalam SPI. Kelemahan dalam SPI ini yang
kemudian menyebabkan terjadinya salah saji atau ketidakwajaran yang terjadi atas
laporan keuangan. Kelemahan SPI pada Kabupaten Buol tidak sesuai dengan Pasal 2
PP No 6 Tahun 2008 pada poin 3 yang menjelaskan bahwa SPIP bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Dalam pemeriksaan keuangan, pengujian/pemeriksaan SPI yang dilakukan
oleh pemeriksa merupakan salah satu hal yang pokok dan fundamental. Apabila
temuan pengendalian intern tersebut secara material berpengaruh pada kewajaran
laporan keuangan, pemeriksa mengungkapkan uraian singkat temuan tersebut dalam
LHP yang memuat opini atas kewajaran laporan keuangan sebagai alasan pemberian
opini. Dalam hal temuan kelemahan pelaksanaan SPI, baik SPI yang mempengaruhi
informasi keuangan maupun SPI yang berkaitan dengan pengamanan atas kekayaan
entitas, yang bersifat material dan mempengaruhi kewajaran laporan keuangan, maka
pemeriksa akan memasukkannya sebagai salah satu aspek/kriteria sebagai dasar
penentuan opini (Sadhrina : 2011). Akan tetapi, temuan BPK atas kelemahan SPI
Kabupaten Buol tidak menjadi aspek dan kriteria yang dipertimbangkan walaupun
kelemahan tersebut telah berdampak pada kewajaran laporan keuangan walaupun
hanya pada beberapa akun.
Terkait keandalan laporan keuangan terdapat 67 transaksi belanja yang
berindikasi tidak benar dan belanja modal disajikan lebih besar senilai Rp
4.341.354.290,00 dan belanja barang disajikan lebih besar senilai Rp 793.395.000,
transaksi-transaksi ini tidak menunjukkan kewajaran dan menimbulkan keraguan atas
keandalan pelaporan keuangan. Terkait ketidakwajaran ini berdasarkan opini yang
diberikan oleh BPK, dapat dianalisis bahwa BPK beranggapan bahwa hal tersebut
merupakan kesalahan penyajian yang dapat mempengaruhi keputusan seorang
pengguna laporan keuangan, tetapi secara keseluruhan laporan keuangan tetap
disajikan secara wajar dan tetap dapat digunakan dengan kepentingan harus
memperhatikan beberapa permasalahan yang diungkapkan auditor. Terkait bukti bukti
yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan BPK
berkeyakinan bukti pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk
menyatakan opini walaupun terdapat permasalahan atas dokumen dokumen, yaitu 67
belanja dipertanggungjawabkan dengan bukti yang berindikasi tidak benar,dokumen
administrasi piutang, berita acara kehilangan dari Kepolisian, dokumen pinjam-pakai
atau dokumen lain yang menunjukkan siapa pemegang barang. Dalam kaitan proses
perumusan opini atas laporan keuangan Auditor juga tidak hanya menyimpulkan dari
satu prosedur, reviu dokumen saja, tetapi juga menerapkan prosedur lain, seperti
melakukan wawancara dan meminta keterangan dari para penyimpan/pengurus
barang, para petugas pelaksana sensus, dan Kepala Bidang Aset DPPKAD,
melakukan konfirmasi seperti konfirmasi pernyataan lunas WP .Hal ini dilakukan
untuk memperoleh keyakinan akan sebuah transaksi atau akun yang tengah diuji.
Dalam Tahun Anggaran 2014 di Kabupaten Buol juga terdapat anggaran belanja
barang dan belanja modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang
substansi/tujuan belanjanya tidak tepat dianggarkan sesuai peruntukan penggolongan
belanjanya. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan anggaran Kabupaten Buol tidak
sesuai dengan Accountability for probity and legality, yaitu pengelolaan anggaran dan
aktivitas yang menjadi tanggungjawabnya tidak sesuai dengan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku. Akan tetapi, pelaksanaan yang digunakan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan yang substansi/tujuan belanjanya tidak tepat
dianggarkan telah diungkapkan sehingga hal ini sebagai Transparansi Kabupaten Buol
dengan melakukan keterbukaan atas tindakan dan kebijakan yang diambil.

9. Kesimpulan
a. Hasil ringkasan dari LHP BPK atas Kabupaten Buol menunjukan bahwa
terdapat 1 temuan yang menunjukkan kesesuaian dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP), 10 temuan terkait kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan 10 temuan tentang efektifitas Sistem
Pengendalian Internal (SPI).
b. Pemberian opini Wajar Dengan Pengecualian oleh BPK terhadap Kabupaten
Buol didasarkan pada kriteria WDP yang ditetapkan oleh BPK, yaitu sistem
pengendalian internal memadai, namun terdapat salah saji yang material pada
beberapa pos laporan keuangan. Laporan keuangan dengan opini WDP dapat
diandalkan, tetapi pemilik kepentingan harus memperhatikan beberapa
permasalahan yang diungkapkan auditor atas pos yang dikecualikan tersebut
agar tidak mengalami kekeliruan dalam pengambilan keputusan. Akan tetapi,
terdapat satu kriteria yang tidak sesuai dalam hal sistem pengendalian internal
memadai. Ketidaksesuaian ini terlihat dari lemahnya SPI Kabupaten Buol
dengan 10 Temuan.
c. Temuan kelemahan atas SPI Kabupaten Buol kemudian tidak menjadi
aspek/kriteria sebagai dasar penentuan opini. BPK hanya berfokus pada aspek-
aspek kesuaian SAP, akun-akun pengecualian dan materialitas.
d. Kelemahan atau tidak memadainya sistem pengendalian internal seharusnya
mendapatkan Opini Tidak Wajar (Adverse opinion) akan tetapi permasalahan
lain timbul dikarenakan kriteria opini tidak wajar selain SPI yang tidak
memadai adalah terdapat salah saji pada banyak pos laporan keuangan yang
material (secara keseluruhan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar
sesuai dengan SAP). Sehingga pemberian Opini menjadi permasalahan baru
karena kriteria yang telah ditetapkan pihak BPK sendiri.

10. Rekomendasi
Terhadap Kabupaten Auditee :
a. Meningkatkan kualitas sistem pengendalian intern dengan cara
menyertakan bukti pertanggungjawaban yang lengkap atas belanja daerah
yang di realisasikan.
b. Meningkatkan ketaatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku
dengan cara:
1) Tidak merealisasikan belanja yang tidak diperkenankan sebagai
belanja daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2) Tidak melakukan kesalahan pembebanan atas belanja daerah yang
direalisasikan.

Terhadap Auditor BPK :


a. Menerapkan kemahiran secara profesional secara cermat dan seksama
untuk mendapatkan keyakinan yang memadai sehingga salah saji atau
ketidakakuratan yang signifikan dalam data akan terdeteksi.
b. Meningkatkan kompetensi auditor pemeriksa.
c. Perwakilan BPK dalam memberikan opini menghadapi berbagai kondisi
atau temuan beragam yang menjadi pertimbangan. Akan tetapi, keragaman
kondisi atau temuan auditor tersebut ternyata tidak diakomodasi secara
jelas oleh Juknis. Oleh karena itu, BPK segera membuat acuan perumusan
opini yang (harapannya) lebih praktis dan terukur, dengan
mempertimbangkan aspek ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

BPK, B. H. (2011, Juni 30). Opini WTP Tidak Menjamin Tidak Ada Korupsi. dipetik Mei
20, 2016, dari http://www.bpk.go.id/: http://www.bpk.go.id/news/opini-wtp-
tidak-menjamin-tidak-ada-korupsi

Eko, Julianto. Dasar Pertimbangan dan Proses Perumusan Opini dalam Pemeriksaaan atas
Laporan Keuangan Daerah. dipetik Mei 20, 2016 dari
https://id.scribd.com/doc/38281769/Dasar-Dan-Proses-Opini

Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 1 Tahun 2015 BPK RI

Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Buol
Tahun Anggaran 2014

Musa, A. N. (2015). Kajian Hukum Atas Opini BPK RI Terhadap Laporan Pengelolaan Dan
Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah Daerah. Lex Et Societatis, Vol.
III/No. 2 .
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah

Sadhrina (2011) Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan Dalam


Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah dan Pengaruhnya Terhadap Opini
BPK dipetik 20 Mei 2016 dari
https://sadhrina.wordpress.com/2011/07/19/pemeriksaan-sistem-pengendalian-
intern-dan-kepatuhan-dalam-pemeriksaan-laporan-keuangan pemerintah-dan-
pengaruhnya-terhadap-opini-bpk/
Sipahutra, H. (1-9). Analisis Perubahan Opini LHP BPK RI Atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Empat Lawang. 2015.

Anda mungkin juga menyukai