Anda di halaman 1dari 8

Mechanism for changes in cutting forces for down-milling of

unidirectional carbon fiber reinforced polymer laminates: Modeling


and experimentation
Satoru Maegawa n, Yuta Morikawa, Shinya Hayakawa, Fumihiro Itoigawa,
Takashi Nakamura

Abstrak
Dalam penelitian ini, model pemotongan baru untuk proses permesinan searah laminasi CFRP telah
dikembangkan untuk memeriksa mekanisme perubahan gaya pemotongan dengan memakai alat.
Model ini berdasarkan model Zhang dan membagi daerah pemotongan ke dua karakteristik deformasi,
chipping dan pressing. Selanjutnya milling CFRP dilakukan menggunakan dua macam alat potong,
tungsten karbida (WC-Co) dan polycrystalline diamond (PCD). Berdasarkan hasil eksperimen dengan
pengembangan model alat pemotongan, gaya pemotongan untuk membuat cut chip dan press laminasi
CFRP dibawah permukaan pengapit dari alat telah dievaluasi secara kuantitatif. Karena itu, telah
ditemukan bahwa bentuk tidak tergantung pada proses dari penggunaan alat pemotong, tetapi nanti
akan bertamba sesuai keausan alat. Selain itu, berdasarkan hasil dari penelitian ini, teknik baru untuk
mengurangi gaya pemotongan ketika proses permesinan CFRP, dimana berdasarkan keausan dua layer
alat yang mempunyai distribusi ketahanan keausan di sekitar tepi alat telah diperkenalkan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini, berdasarkan prediksi model gaya pemotongan yang dikembangkan oleh Zhang,
menawarkan penyederhanaan model untuk proses permesinan komposit CFRP yang searah.

Alat dan Bahan


Alat
1. Alat pemotong terbuat dari tungsten karbida
2. Alat pemotong terbuat dari polycrystalline diamond
3. Mesin milling
Bahan
1. 2 alumunium dengan ketebalan 1 mm
2. Plat CFRP

Cara Kerja
Fig. 2 memperlihatkan detil dari susuan penelitian. Alat pemotong terpasang pada tool jig, melalui
tool folder, dan tool jig diputar dengan spindel utama dari mesin utama dengan kecepatan putar
konstan. Plat CFRP yang searah terpasang pada dasaran mesin utama melalui steel vise.
Fig. 3 memperlihatkan skema konfigurasi untuk single pass dalam pengetesan down-milling,
bersama geometri dari alat pemotong dan orientasi karbon fiber dari plat CFRP. Kondisi pemotongan
m mm
di atur; kecepatan pemotongan (v) 30 /s , kecepatan pemakanan (f) 0.05 /rev , kedalaman
pemotongan radial (d) 2.0 mm, orientasi fiber () 0o dan 90o.

Plat CFRP diletakkan diantara dua plat aluminium dengan ketebalan 1 mm. Orientasi karbon fiber
relatif terhadap arah pemakanan diatur 0o dan 90o. Dua tipe dari alat pemotong disiapkan; satu terbuat
dari karbida tungsten (WC-Co K10 grade) dan yang lain terbuat dari polycrystalline diamond (PCD).
Telah diperlihatkan pada Fig. 2, pada tool folder, satu dari dua alat pemotong sudah dipasang. Rake
angle dan flank angle diatur masing-masing 20o dan 10o dan helical angle 0o.
Sebelum pengetesan down-milling dari komposit CFRP, pengetesan down-milling dilakukan pada
plat aluminium terlebih dahulu. Nilai rata-rata dari gaya pemotongan Fx dan Fy ketika dilakukan
pengetesan relatif kecil dibandingkan gaya pemotongan dari komposit CFRP. Gaya pemotongan yang
menggambarkan termasuk gaya untuk memakan plat aluminium; perubahan gaya pemotongan tidak
berpengaruh karena gaya ini tetap sama untuk semua jarak pemotongan.
Kemudian dilakukan pengetesan down-milling pada plat CFRP searah. Ketika pengetesan milling,
gaya pemotongan dihitung pada 10 kHz dalam arah X dan Y dengan dinamometer. Setelah mencapai
jarak yang telah ditentukan, profil tepi dari alat pemotong diukur dengan surface roughness meter.

Hasil
Fig. 4 memperlihatkan perubahan gaya principal Fp dan gaya thrust Fr selama pengetesan down-
milling. Absis menunjukkan waktu dari koordinat mulai pengetesan. Nilai yang dimasukkan jarak
pemotongan (L) ketika gaya pemotongan dihitung.
Seperti yang diperlihatkan pada Fig. 4 (a) dan (b), ketika orientasi arah paralel dari arah
pemotongan (=0), Fr menjadi lebih besar dibanding Fp pada semua jarak pemotongan. Ini berarti
bahwa gaya penekanan (P) mendominasi total dari gaya pemotongan. Ini mengindikasikan bahwa
radius nose dari tepi pemotongan menjadi besar selama keausan alat pemotong, yang menambah gaya
pemotongan. Seperti yang diperlihatkan pada Fig. 4 (c) dan (d), ketika arah orientasi tegak lurus dengan
arah pemotongan (=90), Fr dan Fp tidak berubah ketika jarak pemotongan bertambah.
Seperti yang ditunjukkan Fig. 8, telah ditemukan bahwa tepi alat pemotong dibawah =90 juga
tumpul setelah pengetesan pemotongan. Karena itu, ditemukan bahwa gaya pemotongan dibawah
=90 tidak tergantung pada progres keausan alat potong. FPmax dan FTmax pada Fig. 4 diukur 173,8 dan
378,8 N. Fig. 5 memperlihatkan perubahan pada FPmax dan FTmax dengan jarak pemotongan. Seperti
yang ditunjukkan pada Fig. 5 (a) FP dan FT bertambah seiring dengan pertambahan jarak ketika =0.
Fig. 6 memperlihatkan hubungan antara gaya principal Fp dan gaya thrust FT. Fig. 6 (a) Fp
bertambah secara linier dengan FT ketika =0. Fig. 6 (b), Fp dan FT bernilai konstan ketika =90
ketika jarak bertambah.

Fig. 7 memperlihatkan perubahan waktu dari R dan P ketika pengetesan pada beberapa jarak
pemotongan. Nilai akan tergantung orientasi fiber dan parameter pemotongan lain. R tidak berubah
terhadap jarak pemotongan (L) yang bertambah. R berkurang secara linier terhadap waktu ketika
pengetesan.
Fig. 8 menunjukkan profil tepi dari alat pemotong untuk semua kondisi pemotongan. Telah
disebutkan sebelumnya, profil tepi telah diukur L=30 m, untuk WC-Co, dan L=200 m untuk PCD. Di
semua kondisi, bentuk bulat besar telah diteliti pada tepi alat pemotong, menambah daerah penekanan
2 yang diilustrasikan pada Fig. 1.
Dua layer alat telah difabrikasi dari dua material dengan distribusi spasial dari kekerasan sekeliling
tepi alat. Mekanisme pengurangan efek dari gaya pemotongan oleh penggunaan dua layer alat telah
dijelaskan dalam referensi, pada Fig. 9. Gambar mengilustrasikan perbedaan antara proses keausan
sekeliling tepi alat dari alat konvensional yang terbuat dari satu material, yang sesuai dengan keausan
alat, dan dua layer alat terbuat dari dua material yang berbeda kekerasan. Fig. 9 (a) lengkungan yang
besar dari flank face telah diteliti pada alat yang terbuat dari satu material. Fig. 9 (b) keausan abrasif
yang parah terjadi di daerah lokal di daerah material dengan ketahanan keausan yang rendah dan
megurangi lengkungan dari flank face.

Efek pengurangan dari gaya pemotongan oleh dua layer alat telah dikonfirmasi secara eksperimen
yang diperlihatkan pada Fig. 10. Gaya pemotongan dari dua layer alat lebih kecil dibandingkan dengan
alat yang terbuat dari satu material.
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa gaya pemotongan net untuk membuat cut chip tidak bergantung pada
progres dari keausan alat, sedangkan gaya penekanan bertambah seiring dengan pertambahan keausan
alat. Hasil dari eksperimen ini menimbulkan pertimbangan baru bahwa pengurangan dari gaya latter
adalah yang paling efektif untuk mengurangi peningkatan nilai total gaya pemotongan karena progres
dari keausan alat. Penggunaan dua layer dapat mengurangi gaya penekanan dengan cara mengontrol
distribusi penggunaan disekitar tepi alat, untuk mengurangi total gaya pemotongan.

Anda mungkin juga menyukai