BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkatan usia
seseorang,seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Bayi
mempunyai tingkat metabolisme air yang tinggi mengingat permukaan tubuh yang relative luas
dan persentasi air lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.
Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan kedalam
sel,sisa metabolism,sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit,memelihara suhu
tubuh,mempermudah eliminasi,dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan
cairan,elektrolit (natrium,kalium,kalsium,klorida dan fosfat) sangat penting untuk menjaga
keseimbangan asam basa,konduksi saraf,kontraksi muscular dan osmolalitas.
Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem
organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan
deimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kebutuhan cairan dan elektrolit ?
2. Apa sajakah sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit ?
3. Bagaimana cara perpindahan cairan tubuh ?
4. Seperti apa kebutuhan cairan tubuh bagi manusia ?
5. Bagaimana pengaturan volume cairan tubuh ?
6. Apa sajakah jenis cairan itu ?
7. Seperti apa kebutuhan elektrolit itu ?
8. Bagaimana pengaturan elektrolit itu ?
9. Apa sajakah jenis cairan elektrolit itu ?
10. Seperti apa keseimbangan asam basa ?
11. Apa sajakah jenis asam basa ?
12. Apa sajakah factor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit ?
13. Apa sajakah masalah-masalah kebutuhan cairan dan elektrolit ?
14. Bagaimana proses Keperawatan : Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi urine,Etiologi
(patofisiologi) tiap masalah kebutuhan,pengkajian keperawatan (Anamnesa fokus tiap masalah
kebutuhan,pemeriksaan fisik fokus tiap masalah kebutuhan,prosedur diagnostik/data penunjang
tiap masalah kebutuhan),perencanaan keperawatan tiap DP,Tindakan keperawatan tiap DP(cara
menolong BAK dengan pispot/urinal,menggunakan kondom kateter,memasang kateter urine
pada wanita dan laki-laki),evaluasi keperawatan tiap DP.
1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis
dapat memahami dan mengaplikasikannya dilapangan khususnya mengenai materi kebutuhan
cairan dan elektrolit.
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam
dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung
500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi
oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit.
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,
konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru.
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini
sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti:
system hormonal contohnya:
a). ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior,
yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b). Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal.
Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan
system angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume
darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e.) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus
untuk rasa haus.
a). Difusi.
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam
tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul,
konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan
konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b). Osmosis.
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi
dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam
adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan
nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel
darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi.
Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan
yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai
kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan
dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui
membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
2. Membran semipermeable.
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
1. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira1500 ml
per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per harisehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses
metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan
berat badan, perhatikan tabel di bawah :
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam)
1 Hari 3,0 250 300
2 1 tahun 9,5 1150 1300
3 2 tahun 11,8 1350 1500
4 6 tahun 20,0 1800 2000
5 10 tahun 28,7 2000 2500
6 14 tahun 45,0 2200 2700
7 18 tahun(adult) 54,0 2200 2700
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di
otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin
II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun
kadang terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
2 .Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses
output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka
produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal dari
anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
b.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.
c.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti
: suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
c. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut tentang
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi kadar elektrolit serum,
hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine, dan kadar gas darah arteri.
2. Diagnosa
a.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
2. Muntah
3. Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Demam dan diare
5. Retensi natrium
6. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
1. Gangguan pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
2. Gangguan mekanisme pengaturan
3. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektroli
3. Perencanaan
Tujuan :
a. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal
b. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
c. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan
status keseimbangan
Rencana tindakan
a. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
b. Lakuakan pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali makan, diantara
waktu makan, sebelum tidur dan disaat meminum obat.
c.Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
d.Implementasikan program yang telah ditetapkan dokter untuk memberikan cairan parenteral
yang mengandung cairan elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu lama
4. Implementasi
a .Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1.Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberi makan
a. Oral
Dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah
yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrotestinal. Ketika
mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat
b. Selang pemberian makan
Sangat tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak mampu
menelan cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik, gastrostomi, atau
jejunostomi harus diberikan sesuai program dokter.
2. Pembatasan cairan
a. Pada klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif Korpulmonal.
b. Pembatasan cairan
1. Memberikan setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan 16.00, yakni
periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali mkanserta meminum sejumlah
besar obat obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00 dan pukul
23.00
3. Antara pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
3.Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
a. Terapi cairan dan elektrolit intravena
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set,bertujuan memenhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
1. Alat dan bahan
a. Jarum yang sesuai
b. Larutan yang benar
c. Infuse set
d. Standart infuse
e. Papan penopang ( jika perlu )
f. Handuk atau pengalas
g. Alcohol dan swab pembersih
h. turniket
i. Kasa atau balutan transparan
j. Plester
k. Gunting sarung tangan
2. Posedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasang pengalas
d. Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakkan klem pen
ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f. Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g. Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat mengalir dari
bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi penghentian cairan setelah selang
terisi
h. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i. Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j. Pilih vena
k. Pakai sarung tangan
l. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum
infus/abocath)
o. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p. Buka tetesan
q. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s. Cuci tangan
Cara Menghitung Tetesan Infus
1. Dewasa :
2. Anak
Tetesan / Menit = jumlah Cairan yang MasUK
Lamanya infus (1 jam)
b. Penggantian darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat
transfuse set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi
jaringan.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Hubungkan cairan NaCl 0.9 % dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4. Isi cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum infuse/abocath)
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15. Setelah NaCl 0.9 % masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16. Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan
darah, dan tanggal kedaluwarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
18. Cuci tangan
5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah diberikan, secara umunm dapat dinilai
dari penurunanberat badan, peningkatan haluaran urine dalam 24 jam, penurunan atau tidak
adanya edema dependen, turgor kulit baik dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang
sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang
relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan homeostasis.
3.2 Saran.
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar mahasiswa ataupun petugas medis
harus memahai kebutuhan eliminasi urin secara tepat dalam asuhan keperawatan agar terhindar
dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit maupun di masyarakat yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan.
Dalam keadaan normal derajat keasaman (pH) tubuh kita adalah 7,4 (range 7,35 7,45).
Bila kurang disebut asidesis
Bila lebih disebut alkalosis
Keseimbangan asam basa dalam tubuh ini menyangkut gas CO2 , asam asam non-karbonat dan basa.
Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan melalui tiga mekanisme yaitu :
1. System Buffer
2. Pembuangan gas CO2 melalui paru / pernafasan
3. Pembuangan ion H+ lewat ginjal
SYSTEM BUFFER
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan senyawa kimia yang mampu bertahan pada kadar ion H+
(atau pH) yang tetap, sekalipun ditambah dengan asam atau basa yang kuat.
Buffer yang terutama dalam tubuh kita :
1. Buffer Bikarbonat
2. Buffer Protein
3. Buffer Phosphat
BUFFER BIKARBONAT
Merupakan penyangga paling utama pada cairan extra sellulair dan terdiri dari asam karbonat (H2CO3)
dan larutan Bikarbonat (HCO3-). Penyangga paling penting karena dapat diatur oleh ginjal dan paru. N :
1 20 ( pada pH tubuh : 7,4 )
BUFFER PROTEIN
Merupakan penyangga untuk cairan intra sellulair dan paling banyak dalam tubuh.
Buffer ini juga berpengaruh pada cairan ekstra sellulair karena ion H+,CO2,dan HCO3- dapat bediffasi
kedalam sel. Hemoglobin merupakan buffer protein yang effektif untuk mengikat CO2.
SYSTEM GINJAL
Buffer ini kerjanya lambat dan kurang effektif. Buffer ini kerjanya membuang ion H+ dan menyimpan
bikarbonat (mereabsobsi HCO3-) urine,sebaliknya bila darah terlalu alkalis.
Dalam keadaan normal :
pH darah : 7,35 7,45
p CO2 : 40 mm Hg
HCO3- : 24 mmol/ltr
ASIDOSIS
Hal ini dapat terjadi karena ganggan pada pernafasan (Respiratory asidosis) atau gangguan metabolisme
(metabolic asidosis) :
a. Respiratory acidosis: biasanya kegagalan pada pembuangan CO2 dari tubuh
b. Metabolic acidosis: disebabkan karena penumpukan asam .
ALKALOSIS
Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan (respiratory alkolosis) atau gangguan pada
metabolisme (metabolic alkalosis)
a. Respiratory alkolosis : disebabkan karena pengeluaran paru-paru yang begitu cepat.
b. Metabolic alkalosis : disebabkan karena hilangnya ion H+ dari cairan tubuh atau terjadi
penambahan basa pada cairan tubuh.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak
tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH
dan menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan
mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat
sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan
menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
ASKEP pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
A. Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan. Pengakajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parenteral atau
enteral. Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah atau
pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan yang dapat
menentukan tingkat dehidrasi.
Faktor yang Berhubungan. Meliputi factor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan cairan
seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
Pengkajian Fisik. Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit seperti
system integument (status turgor kulit dan edema), system kardiovaskular (adanya distensi vena
jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), system penglihatan (kondisi dan cairan mata), system
neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan adanya refleksi) dan system
gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan bising usus).
Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya. Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit
(natrium, kalium, klorida, berat jenis urine, analisis gas darah dan lain-lain).
B. Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau lainnya; peingkatan
permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau meningkatnya kecepatan
metabolism; pengeluaran cairan secara berlebihan; asupan cairan yang tidak adekuat serta pendarahan.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah jantung akibat penyakit
jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau thrombus; retensi natrium dan
air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan osmotic koloid yang rendah.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1. Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan cairan.
2. Pertahankan keseimbangan cairan. Bila kekurangan volume cairan lakukan:
Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolaritas, kreatinin,
hematokrit dan Hb.
Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan cara memberikan
minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan memberikan teh.
Bila kelebihan volume cairan, lakukan:
Pengurangan asupan garam
Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara melihat kondidi penyakit pasien
terlebih dahul. Apabila akibat bendungan aliran pembuluh darah, maka anjurkan pasien untuk istirahat
dengan posisi telentang, posisi kaki ditinggikan, atau tinggikan ekstremitas yang mengalami edema
diatas posisi jantung, kecuali ada kontra indikasi.
Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat.
3. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
4. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.
D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
1. Pemberian cairan melalui infuse. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum infuse/abocath
atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol 70%, plester,
gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan dan infuse set dengan
menusukkan ke dalam botol infuse (cairan); isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan bagian ruang
tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya
keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung tangan;
desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas; cek apakah sudah
mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infuse/abocath); tarik jarum infuse dan
hubungkan dengan selang infuse; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan betadineTM dan tutup
dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester; lalu cuci tangan.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/amaliahtuti/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-
cairan-dan-elektrolit_54f94f0ca3331135028b4e81
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu.
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yangtetap dalam merespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang terdiri sendiri jarang terjadi
dalam kelebihan dan kekurangan
II. Fisiologi
Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan cairan intravena(IV) dan di
distribusikan ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler. Cairan interstitial adalah cairan
yang terletak di antara sel. Sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan intraokuler dan sekresi saluran cerna. Intravaskuler 5% berat badan, interstitial 15% berat
badan dan transseluler 40% berat badan.
Cairan intravaskuler dan interstitrial bersama-sama disebut extrasel (ECF) . ECF adalah cairan
tubuh dengan laju tinggi dikeluarkan melalui urine kg/hari serta keringat dan uap panas
(700/m/hari).
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan
elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dan darah, pengatur keseimbangan cairan asam basa darah, dan pengatur ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti
glomerulus sebagai penyaing cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc plasma
yang mengalir melalui glomerulus, 10 % disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrar
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan
yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dalam proses pengaturan panas.
Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriolakutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Banyaknya darah yang
mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.
Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf simpatis.
Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan dengan melepaskan air yang jumlahnya
kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat dapat diperoleh dari aktivitas
otot, suhu lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas.
Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran, yaitu dengan melepaskan
panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi dan konveksi. Cara konduksi
adalah pengalihan panas ke benda benda yang disentuh, sedangkan cara konveksi yaitu
mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.
3. Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss
400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan-perubahan
frekuensi dan kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas), misalnya orang yang olahraga
berat.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses
penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini
sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangann cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang dikontrol
melalui sistem endokrin (hormonal) yaitu anti diuretik hormon (ADH), sistem aldosteron,
prostaglandin, dan glukokortikoid.
1. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorbsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis
posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan
ekstrasel.
2. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbsi natrium.
Proses pengeluaran aldosteron diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan
sistem angiotensin renin.
3. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorbsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
Kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia secara psikologis memiliki proporsi 90%
dari total berat badan. Sisanya merupakan zat padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase
cairan dalam tubuh berbeda berdasarkan usia
~ Dewasa:
1. Pria 60%
2. Wanita 55%
3. Usia lanjut 45%
Jenis kelamin
Di dalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan
sama dengan kehilangan cairan dalam tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan
gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi
tubuh. Maka tubuh akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi .
penguapan kulit, ginjal, ekskresi pada metabolisme.
Intake cairan adalah selama aktivitas dan temperatur sedang seorang dewasa minum kira-kira
1500ml/hari sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500ml/hari sehingga kekurangan
1000ml perhari diperoleh dari makanan dan oksidasi selama proses metabolisme.
Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang di perlukan berdasarkan umur dan berat badan.
KEBUTUHAN AIR
USIA
Jumlah Air Dalam 24 Jam Ml/kg Berat Badan
3 Hari 250-300 80-100
1 Tahun 1150-1300 120-135
2 Tahun 1350-1500 115-125
4 Tahun 1600-1800 100-110
10 Tahun 2000-2500 70-80
14 Tahun 2200-2700 50-60
18 Tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
1. Tekanan Cairan
Proses difusi dan osmoosis melibatkan adanya tekanan cairan. Dalam proses osmosis, tekanan
osmosis merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila
terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang konsentrasi molekulnya
lebih pekat dan tidak dapat bergabung disebut koloid. Sedangkan larutan dengan kepekatan yang
sama dan dapat bergabung, maka larutan tersebut disebut kristaloid. Sebagai contoh ; koloid
adalah apabila protein bercampur dengan plasma, sedangkan larutan kristaloid adalah larutan
garam. Secara normal, perpindaha cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi.
Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya
larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena
mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit ke intrasel. Larutan intravena yang hipotonik, yaitu latutan
yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibandingkan dengan konsentrasi plasa darah. Hal ini
menyebabkan tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik
cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar dibanding cairan
interstisinal dan molekul protein lebih besar, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit untuk
menembus membran semipermeabel.
2. Membran Semipermeabel
Merupakan penyaringan agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran ini
terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga molekul
atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
1. Jenis Cairan
2. Cairan zat gizi (Nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 setiap hari . cairan nutrien dapat
diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin untuk metabolisme.
Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter.
2. Blood volume expanders: jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah
sesudah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami
perdarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah.
Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan
konsentrasi yang berbeda.
3. Jenis Elektrolit
Contohnya:
VII. Gangguan atau Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Gangguan Cairan
A. Hipovolemi
Penyebab:
Terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonik sindrom ruang ke tiga
berefek kekurangan vulume cairan ekstrasel. Disebabkan karena infeksi trauma.
C. Dehidrasi
Terjadi jika ada kehilangan cairan tanpa di sertai kehilangan elektrolit yang proporsional
faktor resiko terjadinya dehidrasi.
Penyebab:
a. Dehidrasi berat
b. Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
c. Serum natrium 159-166 mEq/ML.
d. Turgor kulit buruk.
e. Nadi dan pernafasan meningkat.
f. Kehilangan cairan mencapai >10% berat badan.
Dehidrasi sedang
Penyebab:
2. Gangguan Elektrolit
A. Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang di tandai dengan
mual,muntah dan diare.
B. Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma tinggi yang di tandai dengan
mukosa kering. Oliguria/anuria, turgor kulir buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan,lidah kering dan kemerahan ,suhu badan naik.
C. Hipokalemia
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Di tandai dengan lemahnya denyut nadi,
turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan, muntah-muntah,perutnya kembung, denyut
jantungnya tidak beraturan.
D. Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi . di tandai dengan adanya
mual,hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare,
adanya kecemasan dan iritabilitas.
E. Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah ditandai dengan adanya kram otot,
kram perut, kejang, bingung, kesemutan pada jaridan sekitar mulut.
F. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihab kadar kalsium dalam darah di tandai dengan adanya nyeri
pada tulang,relaksasi otot, batu ginjal,mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih
dari 4,3mEq/L.
G. Hipomagnesia
Merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah ditandai dengan adanya
koma,gangguan pernafasan,dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
1. Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ. Sehingga dapat
mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Temperatur
Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak,
sehingga tubuh akan banyak kehiangan cairan.
3. Diet
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan yang
tersimpan dalam tubuh, sehingga terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler yang
dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4. Stres
Stres dapat berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses
peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga
mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.
5. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaikinya sel
membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.Keadaan sakit menimbulkan
ketidakseimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat
mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.
IX. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit.
Yaitu tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan kepada pasien dengan
bantuan perangkat infus.
1. Standar infus.
2. Perangkat infus.
3. Cairan sesuai kebutuhan pasien.
4. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai ukuran.
5. Tourniquet/pembendung.
6. Kapas alkohol70%.
7. Kasa steril.
8. Sarung tangan.
Prosedur kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam botol infus.
4. Isi cairan ke dalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan
tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan di tusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudak mengenai venadengan ciri darah keluar melalui jarum infus/ abocath.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus.
12. Buka tetesan.
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine. Dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester.
15. Catat respons yang terjadi
16. Cuci tangan.
(Hidayat. A Aziz Alimul,2003)
2. Tranfusi darah
Merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat
tranfusi pada pasien yang membutuhkan darah.
1. Standar infus.
2. Perangkat tranfusi.
3. Nacl 0,9%.
4. Darah sesuai kebutuhan pasien.
5. Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai ukuran.
6. Tourniquet/pembendung.
7. Kapas alkohol70%.
8. Kasa steril.
9. Sarung tangan.
Prosedur kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan.
3. Hubungkan cairan NaCL 0,9% dan seperangkat tranfusi dengan menusukkannya.
4. Isi cairan NaCL 0,9% ke dalam perangkat tranfusi dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan
udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan di tusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi .
12. Buka tetesan.
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester.
15. Setelah NaCL 0,9% masuk sekitar 15 menit, ganti dengan darah yang sudah di siapkan.
16. Darah sebelum di masukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien,jenis
golongan darah,dan tanggal kadaluarsa.
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian tranfusi.
18. Catat respons terjadi.
19. Cuci tangan.
Hidayat, AAA dan Uliyah. 2005. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika
Tarwanto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Arief mansjoer. 2000. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika