Anda di halaman 1dari 44

Home KDK 1 KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Diposkan oleh Viliansyah Ners di Senin, Januari 19, 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkatan usia
seseorang,seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Bayi
mempunyai tingkat metabolisme air yang tinggi mengingat permukaan tubuh yang relative luas
dan persentasi air lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.
Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan kedalam
sel,sisa metabolism,sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit,memelihara suhu
tubuh,mempermudah eliminasi,dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan
cairan,elektrolit (natrium,kalium,kalsium,klorida dan fosfat) sangat penting untuk menjaga
keseimbangan asam basa,konduksi saraf,kontraksi muscular dan osmolalitas.
Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem
organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan
deimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kebutuhan cairan dan elektrolit ?
2. Apa sajakah sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit ?
3. Bagaimana cara perpindahan cairan tubuh ?
4. Seperti apa kebutuhan cairan tubuh bagi manusia ?
5. Bagaimana pengaturan volume cairan tubuh ?
6. Apa sajakah jenis cairan itu ?
7. Seperti apa kebutuhan elektrolit itu ?
8. Bagaimana pengaturan elektrolit itu ?
9. Apa sajakah jenis cairan elektrolit itu ?
10. Seperti apa keseimbangan asam basa ?
11. Apa sajakah jenis asam basa ?
12. Apa sajakah factor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit ?
13. Apa sajakah masalah-masalah kebutuhan cairan dan elektrolit ?
14. Bagaimana proses Keperawatan : Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi urine,Etiologi
(patofisiologi) tiap masalah kebutuhan,pengkajian keperawatan (Anamnesa fokus tiap masalah
kebutuhan,pemeriksaan fisik fokus tiap masalah kebutuhan,prosedur diagnostik/data penunjang
tiap masalah kebutuhan),perencanaan keperawatan tiap DP,Tindakan keperawatan tiap DP(cara
menolong BAK dengan pispot/urinal,menggunakan kondom kateter,memasang kateter urine
pada wanita dan laki-laki),evaluasi keperawatan tiap DP.

1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis
dapat memahami dan mengaplikasikannya dilapangan khususnya mengenai materi kebutuhan
cairan dan elektrolit.

1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit.


Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang
sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang
relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan homeostasis.

2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam
dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung
500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi
oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. Kulit.
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,
konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.

3. Paru.
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini
sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti:
system hormonal contohnya:

a). ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior,
yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b). Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal.
Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan
system angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume
darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e.) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus
untuk rasa haus.

2.3 Cara perpindahan cairan tubuh.


Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :


Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap
zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat
tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika
tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi
tersebut.Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat
melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.Perpindahan substansi melalui
membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan
transport pasif tidak membutuhkan energi.

a). Difusi.
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam
tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul,
konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan
konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

b). Osmosis.
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi
dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam
adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan
nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel
darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi.
Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan
yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai
kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan
dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui
membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

c). Transport aktif.


Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting
untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan dapat
dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
1. Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga
menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi
lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid
adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma.
Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip
tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan
yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai
konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang
konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan
lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein
dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk
larutan koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah
kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna
mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

2. Membran semipermeable.
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.

2.4 Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia.


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kenutuhan dasar manusia secara
fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh,
sementara itu merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan, persentase tubuh dapat
dikategorikan berdasarkan umur adalah : bayi baru lahir 75% dari total berat badan tubuh pria
dewasa 57 % dari total BB, wanita dewasa 55 % dari BB dan dewasa tua 45% dari total BB,
persentase Jumlah cairan tubuh berpariasi bergantung pada faktor usia lemak dalam lubuh,dan
jenis kelamin jika lemak tubuh sedikit maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan :

Umur Kbutuhan air Ml/kg berat badan


Jumlah air dalam 24 jam
3 hari 250 - 300 80 100
1 tahun 1150 1300 120 135
2 tahun 1350 1500 115 125
4 tahun 1600 1800 100 110
10 tahun 2000 2500 70 85
14 tahun 2200 2700 50 60
18 tahun 2200 2700 40 50
Dewasa 2400 2600 20 30

2.5 Pengaturan volume cairan tubuh.


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.Dalam kondisi normal intake cairan
sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan
pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh
maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi penguapan
kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.

1. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira1500 ml
per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per harisehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses
metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan
berat badan, perhatikan tabel di bawah :
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam)
1 Hari 3,0 250 300
2 1 tahun 9,5 1150 1300
3 2 tahun 11,8 1350 1500
4 6 tahun 20,0 1800 2000
5 10 tahun 28,7 2000 2500
6 14 tahun 45,0 2200 2700
7 18 tahun(adult) 54,0 2200 2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di
otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin
II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun
kadang terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

2 .Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses
output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka
produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal dari
anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

2.6 Jenis cairan.


1. Cairan nutrient
Pasien yang istirahat ditempat tidur memerlukan sebanyak 450 kalori setiap harinya.
Cairan nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori ini dalam bentuk karbohidrat,
nitrogen dan vitamin yang penting untuk metabolisme. Kalori dalam cairan nutrient dapat
berkidar antara 200-1500/liter. Cairan nutrient terdiri atas:
a. Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulose (fruktosa), invert sugar (
dextrose dan levulose).
b. Asam amino, contoh: amigen, aminosol dan travamin.
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
d. Blood Volume Expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi menigkatkan volume pembuluh darah
setelah kehilangan darah atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien
dalam kondisi pendarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume
darah. Pada pasien dengan luka bakar berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di
daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume
expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang berbeda.
Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic, sehingga secara langsung dapat meningkatkan
jumlah volume darah.

2.7 Kebutuhan elektrolit.


Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient
dan sisa metabolism, seperti karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis
garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah
menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan
arus listrik. Ion yang bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation.
Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.
Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit dalam
plasma adalah:Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt,
Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat: 2,5-
4,5 mEq/lt.Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh atau
milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia
atau kation dan anion dalam molekul.

2.8 Pengaturan elektrolit.


a) Pengaturan keseimbanga natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume
cairan tubuh.
b) Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit.Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam
plasma (cairan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah:
1) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
2) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkanmelalui
ginjal.
3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
c) Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
d) Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
e) Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada
cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
f) Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
g) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat
diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.

2.9 Jenis cairan elektrolit.


Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap
dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik dan
hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contoh
cairan elektrolit:
1. Cairan Ringers, terdiri atas: Na+, K+, Cl, Ca2+
2. Cairan Ringers Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, Ca2+, HCO3
3. Cairan Buffers, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl, HCO3

2.10 Keseimbangan asam basa.


Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa. Keseimbangan
asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh
adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses metabolism
dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan system regulasi
(pengaturan di ginjal). 3 macam system larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat,
fosfat dan protein. System buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHCO3), kalium
bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3). Pengaturan keseimbangan asam-basa
dilakukan oleh paru melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat
meningkatkan pH hingga kondisi standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai
O2 seimbang dengan kebutuhan O2.
Pembuangan melalui paru harus simbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi
memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga
meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan
ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan
jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi
alveolus efeknya akan mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH,
sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah
konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat mempengaruhi kecepatan ventilasi
alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut
asidosis, sebaliknya pH yang tinggi dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.

2.11 Jenis asam basa.


Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di
sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium
(sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari
asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain system
pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat
kompleks.

2.12 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit.


a.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.

c.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.

e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti
: suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.

h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

2.13 Masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit.


Maslah-masalah kebutuhan cairan :
1. Asidosis respiratorik,
Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan system pernapasan dalam
membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
2. Asidosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam.
3. Alkalosis respiratorik
Merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya
paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45.
4. Alkalosis metabolic
Merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan cairan basa pada cairan
tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih
dari 7,45.
Masalah-masalah kebutuhan elektrolit :
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan
adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan diare.
2) Hipernatremia
Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai dengan adanya mukosa
kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan,
lidah kering, dll.
3) Hipokalemia
M erupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi
dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan.
4) Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi
pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia dditandai dengan
adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
5) Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia ditandai dengan
adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
6) Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini terjadi pada pasien yang
mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan.
Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, dll, dan
kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia ditandai dengan adanya
iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar magnesium dalam darah kurang
dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia
Merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai dengan adanya koma,
gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9) Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur
dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45.
keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada
seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga
macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan
larutan buffer protein.

2.14 Proses keperawatan kebutuhan cairan dan elektrolit.


1. Pengkajian
a.Riwayat keperawatan
Berisi informasi mengenai masalah kesehatan klien dimasa lalu atau yang baru saja terjadi, yang
menyebabkan resiko terjadinya ketidak seimbangan
b. Pemeriksaan fisik
Karena gangguan cairan, elektrolit dan asam basa dapat mempengaruhi semua sistem, kita harus
mengidentifikasi secara sistematis setiap adanya abnormalitaspada tubuh. Seperti denyut nadi
dan tekanan darah, sistem pernapasan, sistem gastrotestinal, sistem ginjal, sistem neuromuscular,
kulit

c. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut tentang
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi kadar elektrolit serum,
hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine, dan kadar gas darah arteri.
2. Diagnosa
a.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
2. Muntah
3. Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Demam dan diare
5. Retensi natrium
6. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
1. Gangguan pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
2. Gangguan mekanisme pengaturan
3. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektroli
3. Perencanaan
Tujuan :
a. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal
b. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
c. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan
status keseimbangan
Rencana tindakan
a. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
b. Lakuakan pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali makan, diantara
waktu makan, sebelum tidur dan disaat meminum obat.
c.Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
d.Implementasikan program yang telah ditetapkan dokter untuk memberikan cairan parenteral
yang mengandung cairan elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu lama

4. Implementasi
a .Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1.Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberi makan
a. Oral
Dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah
yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrotestinal. Ketika
mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat
b. Selang pemberian makan
Sangat tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak mampu
menelan cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik, gastrostomi, atau
jejunostomi harus diberikan sesuai program dokter.
2. Pembatasan cairan
a. Pada klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif Korpulmonal.
b. Pembatasan cairan
1. Memberikan setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan 16.00, yakni
periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali mkanserta meminum sejumlah
besar obat obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00 dan pukul
23.00
3. Antara pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
3.Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
a. Terapi cairan dan elektrolit intravena
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set,bertujuan memenhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
1. Alat dan bahan
a. Jarum yang sesuai
b. Larutan yang benar
c. Infuse set
d. Standart infuse
e. Papan penopang ( jika perlu )
f. Handuk atau pengalas
g. Alcohol dan swab pembersih
h. turniket
i. Kasa atau balutan transparan
j. Plester
k. Gunting sarung tangan
2. Posedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasang pengalas
d. Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakkan klem pen
ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f. Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g. Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat mengalir dari
bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi penghentian cairan setelah selang
terisi
h. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i. Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j. Pilih vena
k. Pakai sarung tangan
l. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum
infus/abocath)
o. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p. Buka tetesan
q. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s. Cuci tangan
Cara Menghitung Tetesan Infus
1. Dewasa :

Tetesan / Menit = Jumlah Cairan yang Masuk


Lamanya infus (jam) x 3

2. Anak
Tetesan / Menit = jumlah Cairan yang MasUK
Lamanya infus (1 jam)

b. Penggantian darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat
transfuse set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi
jaringan.

Alat dan Bahan :


1. Standar infuse
2. Tranfusi Sel
3. NaCl 0.9 %
4. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Jalan infuse / abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6. Pengalas
7. Tourniquet / pembendung
8. Kapas alcohol 70 %
9. Plester
10. Gunting
11. Kasa steril
12. Betadine
13. Sarung tangan

Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Hubungkan cairan NaCl 0.9 % dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4. Isi cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum infuse/abocath)
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15. Setelah NaCl 0.9 % masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16. Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan
darah, dan tanggal kedaluwarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
18. Cuci tangan

5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah diberikan, secara umunm dapat dinilai
dari penurunanberat badan, peningkatan haluaran urine dalam 24 jam, penurunan atau tidak
adanya edema dependen, turgor kulit baik dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang
sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang
relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan homeostasis.

3.2 Saran.
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar mahasiswa ataupun petugas medis
harus memahai kebutuhan eliminasi urin secara tepat dalam asuhan keperawatan agar terhindar
dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit maupun di masyarakat yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan.

Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit


PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Distribusi Cairan Tubuh
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh, sekitar 45- 75% total berat badan, nya merupakan
cairan intrasel dan sisanya ekstrasel dengan nya tardapat pada intravaskuler dan sisanya merupakan
intertisial. Lemak tubuh bebas air, sehingga yang kurus memiliki jumlah air lebih banyak dibanding yang
gemuk.
Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
dewasa 60%
anak-anak 60 77%
infant 77%
embrio 97%
manula 40 50 %
pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami kehilangan
jaringan tubuh.
intracellular volume = total body water extracellular volume
interstitial fluid volume = extracellular fluid volume plasma volume
total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)
Proporsi cairan dan elektrolit tubuh
BBL : 80 % bb
Anak : 70 % bb
Dewasa : 60 % bb
Usila : 40 45 % bb
Regulasi Cairan Tubuh
Tubuh memiliki mekanisme pengaturan untuk mempertahankan komposisi cairan agar dalam kondisi
yang setimbang atau tetap. Banyak organ yang terlibat dalam proses mekanisme ini.
Normal kebutuhan cairan adalah 35 cc/KgBB/hr. Namun bila dirata-ratakan, kebutuhan intake
(masukan) air pada orang dewasa adalah dari ingesti liquid 1500 cc, daro makanan 700 cc, air dari
oksidasi 200 cc sehingga totalnya 2400 cc/hari. Sedangkan untuk pengaturan keseimbangan cairan
tubuh terdapat mekanisme pembuangan cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Organ tersebut
adalah melalui kulit 300-400 cc berupa keringat dan penguapan namun tergantung pada aktivitas dan
suhu. Dari paru-paru300-400 cc berupa uap air dari ekspirasi. Dari GIT sekitar 200 cc/ hari dan akan
meningkat pada kasus diare. Pengeluaran air yang terbanyak terjadi di ginjal, sekitar 1200-1500 cc/hr.
Ketika defisit volume cairan ekstraseluler, maka akan terjadi beberapa mekanisme
diproduksi ADH (anti diuretic hormone) yang berfungsi untuk mereabsorpsi air
aldosteron diproduksi oleh corteks adrenal, berfungsi untuk mereabsorpsi Na yang . berefek pada
peningkatan air di ekstraseluler
renin yang dilepaskan sel jukstaglomerural ginjal, berfungsi untuk vasokontriksi . . dan sekresi
aldosteron.
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN , ELEKTROLIT, DAN ASAM BASA
1. Gangguan Keseimbangan Cairan
a. Dehidrasi
b. Syok hipovolemik
2. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
1) Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala
dan keram otot.
2) Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang,
disorientasi dan koma.
3) Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
4) Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti
hipotensi dan takikardi
b. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus,
sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan
pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap
hipernatremia.
c. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Etiologi :
1) Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare,
sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
2) Diuretik
3) Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
4) Ekskresi berlebihan melalui ginjal
5) Maldistribusi K+
6) Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik,
penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada
hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan
konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
d. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
1) Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium,
penghambat ACE.
2) Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan
mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber
eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi
juga harus dipikirkan.
3) Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau
peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
4) Insufisiensi adrenal
5) Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu
lama
6) Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan
perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat
gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang
P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan
menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L.
Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA

Dalam keadaan normal derajat keasaman (pH) tubuh kita adalah 7,4 (range 7,35 7,45).
Bila kurang disebut asidesis
Bila lebih disebut alkalosis
Keseimbangan asam basa dalam tubuh ini menyangkut gas CO2 , asam asam non-karbonat dan basa.
Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan melalui tiga mekanisme yaitu :
1. System Buffer
2. Pembuangan gas CO2 melalui paru / pernafasan
3. Pembuangan ion H+ lewat ginjal
SYSTEM BUFFER
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan senyawa kimia yang mampu bertahan pada kadar ion H+
(atau pH) yang tetap, sekalipun ditambah dengan asam atau basa yang kuat.
Buffer yang terutama dalam tubuh kita :
1. Buffer Bikarbonat
2. Buffer Protein
3. Buffer Phosphat
BUFFER BIKARBONAT
Merupakan penyangga paling utama pada cairan extra sellulair dan terdiri dari asam karbonat (H2CO3)
dan larutan Bikarbonat (HCO3-). Penyangga paling penting karena dapat diatur oleh ginjal dan paru. N :
1 20 ( pada pH tubuh : 7,4 )

BUFFER PROTEIN
Merupakan penyangga untuk cairan intra sellulair dan paling banyak dalam tubuh.
Buffer ini juga berpengaruh pada cairan ekstra sellulair karena ion H+,CO2,dan HCO3- dapat bediffasi
kedalam sel. Hemoglobin merupakan buffer protein yang effektif untuk mengikat CO2.

SYSTEM GINJAL
Buffer ini kerjanya lambat dan kurang effektif. Buffer ini kerjanya membuang ion H+ dan menyimpan
bikarbonat (mereabsobsi HCO3-) urine,sebaliknya bila darah terlalu alkalis.
Dalam keadaan normal :
pH darah : 7,35 7,45
p CO2 : 40 mm Hg
HCO3- : 24 mmol/ltr

ASIDOSIS
Hal ini dapat terjadi karena ganggan pada pernafasan (Respiratory asidosis) atau gangguan metabolisme
(metabolic asidosis) :
a. Respiratory acidosis: biasanya kegagalan pada pembuangan CO2 dari tubuh
b. Metabolic acidosis: disebabkan karena penumpukan asam .

ALKALOSIS
Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan (respiratory alkolosis) atau gangguan pada
metabolisme (metabolic alkalosis)
a. Respiratory alkolosis : disebabkan karena pengeluaran paru-paru yang begitu cepat.
b. Metabolic alkalosis : disebabkan karena hilangnya ion H+ dari cairan tubuh atau terjadi
penambahan basa pada cairan tubuh.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan.
selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel
perubahan pada air tubuh total sesuai usia.

2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak
tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH
dan menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan
mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat
sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan
menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
ASKEP pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
A. Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan. Pengakajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parenteral atau
enteral. Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah atau
pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan yang dapat
menentukan tingkat dehidrasi.
Faktor yang Berhubungan. Meliputi factor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan cairan
seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
Pengkajian Fisik. Meliputi system yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit seperti
system integument (status turgor kulit dan edema), system kardiovaskular (adanya distensi vena
jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), system penglihatan (kondisi dan cairan mata), system
neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran dan adanya refleksi) dan system
gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan bising usus).
Pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lainnya. Dapat berupa pemeriksaan kadar elektrolit
(natrium, kalium, klorida, berat jenis urine, analisis gas darah dan lain-lain).
B. Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau lainnya; peingkatan
permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau meningkatnya kecepatan
metabolism; pengeluaran cairan secara berlebihan; asupan cairan yang tidak adekuat serta pendarahan.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah jantung akibat penyakit
jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau thrombus; retensi natrium dan
air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan osmotic koloid yang rendah.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan: mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1. Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan cairan.
2. Pertahankan keseimbangan cairan. Bila kekurangan volume cairan lakukan:
Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolaritas, kreatinin,
hematokrit dan Hb.
Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan cara memberikan
minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan memberikan teh.
Bila kelebihan volume cairan, lakukan:
Pengurangan asupan garam
Hilangkan factor penyebab kelebihan volume cairan dengan cara melihat kondidi penyakit pasien
terlebih dahul. Apabila akibat bendungan aliran pembuluh darah, maka anjurkan pasien untuk istirahat
dengan posisi telentang, posisi kaki ditinggikan, atau tinggikan ekstremitas yang mengalami edema
diatas posisi jantung, kecuali ada kontra indikasi.
Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat.
3. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
4. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.
D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
1. Pemberian cairan melalui infuse. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum infuse/abocath
atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol 70%, plester,
gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan dan infuse set dengan
menusukkan ke dalam botol infuse (cairan); isi cairan ke dalam infuse set dengan menekan bagian ruang
tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya
keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung tangan;
desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas; cek apakah sudah
mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infuse/abocath); tarik jarum infuse dan
hubungkan dengan selang infuse; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan betadineTM dan tutup
dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester; lalu cuci tangan.

Cara Menghitung Tetesan Infuse


Dewasa:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Contoh: seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) infuse dalam waktu
satu jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 1000 = 20 tetes/menit
1x3
Anak:
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam)
Contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu 2 jam, maka
tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 250 = 125 tetes mikro/menit
2
2. Tranfusi Darah. Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang membutuhkan
darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat tranfusi set. Tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Alat dan bahan: standar infuse, tranfusi set, NaCl 0,9 %, darah sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum
infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol
70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
prosedur perawatan dan pemasangan infus

Intruksi Prosedur Pemasangan infus :

1. pemasangan infuse dari Dokter tercatat lengkap dan


Jelas pada rekam medik atau secara lisan pada keadaan darurat bila ada kurang dimenggerti segera
tanyakan pada Dokter yangmemberi intruksi.
2. Persiapan :
1. Meja/trolly serupa meja suntik tersedia diatasnya: IV catheter yang akan digunakan.IV catheter
cadangan atau wing needle.Transfusion set/infusion set terbungkus steril, kapas alkohol 70%,Bethadine,
kasa steril, plester/hypafik, spalk, larutan infuse yang akan diberikan.
2. Standar infuse.
3. Pencahayaan yang baik.
4. Tutup ruang pasien agar pelaksana dapat lebih konsentrasi
1. Beritahukan kepada pasien tentang pemasangan infuse dan tenangkan pasien.
2. Persiapkan cairan yang akan diberikan dengan menusukan bagian tajam infusion set kedalam botol
larutan infuse. Buka saluran hingga cairan infuse memenuhi seluruh selang tanpa menyisakan udara
dalam selang infuse.
3. Lakukan pemasangan infuse.
1. Tentukan lokasi pemasangan ,sesuaikan dengan keperluan rencana pengobatan, punggung tangan
kanan/kiri,kaki kanan/kiri,1 hari/2 hari. Contoh pasien struma IV line dikaki kiri/kanan, Tomor mamae IV
Line ditangan sisi berlawanan pasien shock :2 line atau vena sectie, pasien stroke pada sisi yang tidak
lumpuh
1. Ligasi bagian proximal dari lokasi vena yang akan ditusuk menggunakan ligator khusus.
2. Lakukan tindakanaseptik dan antiseptik.
3. Lencangkan kulit dengan memegang tangan/kaki dengan tangan kiri,siapkan IV catheter ditangan
kanan.
4. Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembulu vena dengan lubang jarum menghadap keatas,
sudut tusukan 30-40 derajat arah jarum sejajar arah vena, lalu dorong.
5. Bila jarum masuk kedalam pembuluh vena,darah akan tampak masuk kedalam bagian reservoor
jarum . hentikan dorongan.
6. Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar bagian jarum sedikit .Lanjutkan
mendorong kanul kedalam vena secara perlahan sambil diputar sampai seluruh kanul masuk.
7. Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar dari kanul . tahan bagian kanul
dengan ibu jari kiri.
8. Hubungkan kanul dengan infusan / tranfusion set .buka saluran infuse perhatikan
apakah tetesan lancar.perhatikan apakah lokasi penusukan membengkak,menandakan elestravasasi
cairan sehingga penusukan harus diulang dari awal.
9. Bila tetesan lancar,tak ada ekstravasasi lakukan fiksasi dengan plester /hypafix dan pada bayi/balita
diperkuat dengan spalk ,
10. kompres dengan kasa betadhin pada lokasi penusukan.
11. Atur tetesan infuse sesuai intruksi.
12. Laksanakan proses administrasi ,lengkapi berita acara pemberian infuse ,catat jumlah cairan masuk
dan keluar,catat balance cairan selama 24 jam setiap harinya,catat dalam perincian harian ruangan.
4.Bila sudah tidak diperlukan lagi,pemasangan infuse di stop, IV Catheter dapat dilepas dengan cara:
1. Tutup saluran infuse.
2. Lepaskan plester dengan bantuan bensin.
3. Tindihkan kapas alkohol pada lokasi tusukan, cabut kanul IV catheter .
4. Kapas difiksasi dengan plester.
5. Seluruh alat infuse dibuang pada tempat sampah medis.
prosedur transfusi darah
Transfusi Darah
Transfusi Darah - Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang
membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan
menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar
hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan, seperti pada
operasi besar, perdarahan post partum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar
Hb atau kelainan darah
Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah
jantung menurun.
Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama
pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak),
homogenitas (bercampur rata atau tidak).
Tujuan Transfusi Darah
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien
anemia.
3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk
membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Alat dan Bahan Transfusi Darah
1. Standar Infus
2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
3. Botol berisi NaCl 0,9%
4. Produk darah yang benar sesuai program medis
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kassa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
Prosedur Kerja Transfusi Darah
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi darah
4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (baca: Prosedur pemasangan infus) terlebih dahulu sebelum
pemberian transfusi darah
6. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran produk darah :
periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
7. Buka set pemberian darah
1. Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
2. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
8. Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :
1. Tusuk kantong NaCl 0,9%
2. Isi slang dengan NaCl 0,9%
3. Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9%
4. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
5. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi sebagian)
6. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl 0,9%
7. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong
darah pada tempat penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang dan filter terisi darah
9. Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
1. Tusuk kantong darah
2. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi sebagian
3. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
10. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah
11. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama, dan tiap 15 menit
selama 1 jam berikutnya
12. Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
13. Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

menghitung balance cairan


Cara menghitung balance cairan
RUMUS BALANCE
CM - CK - IWL
RUMUS IWL
(15 X BB X JAM KERJA) / 24 JAM
RUMUS IWL KENAIKAN SUHU
[(10% X CM) X jumlah kenaikan suhu] / 24 JAM + IWL Normal
Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit 26 Oktober 2014 21:29:31
Diperbarui: 17 Juni 2015 19:40:09 Dibaca : 8,442 Komentar : 2 Nilai : 0 Keseimbangan caira
dan elektrolot berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit kedalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh padaa yang lainnya. Cairan Cairan
elektrolit tubuh dibagi dalam dua kelompok: 1.intraseluler (CIS) Adalah cairan yang berada
didalam sel diseluruh tubuh. 2.Cairan ekstraseluler (CES) Adalah cairan yang berada diluar sel.
Jenis dan jumlah cairan tubuh: vCairan tubuh: 60% 1.Cairan intraseluler: 40% 2.Cairan
ekstraseluler: 20% a.Cairan intertisial: 15% b.Plasma darah: 5% Fungsi cairan tubuh: 1.Sarana
untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel 2.Mengeluarkan buangan-buangan sel
3.Membentuk dalam metabolism sel 4.Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5.Membantu memelihara suhu tubuh 6.Membantu pencernaan 7.Mempermudah eliminasi
8.Mengangkut zat-zat seperti (hormone, enzim, SDP, SDM) Komposisi cairan tubuh: 1.Air
Adalah senyawa utma dari tubuh manusia. Rata-rata pria dewasa hampir 60% dari berat
badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya. 2.Solute
(terlalut) Cairan tubuh mengandung dua jenis substrat terlalut (zat terlalut) elektrolit dan non
elektrolit. a.Elektrolit Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) didalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolot berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif Kation: ion-
ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstaseluler utama adalah natrium
(Na), sedangkan kation intraseluler utama adalah kalium (K) Anion: ion-ion yang membentuk
muatan negatif dalam larutan. Anion ekstaseluler utama adalah klorida (Cl), sedangkan anion
intraseluler utama adalah ion fosfat (PO43) b.Non elektrolit Substansi seperti glukosa dan urea
yang tidak berdisosiasi dalam larutan. Larutan non elektrolit lainnya yang secara klinis penting
mencakup kreatinin dan bilirubun. Factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan
elektrolit 1.Usia 2.Jenis kelemin 3.Sel-sel lemak 4.Stress 5.Sakit 6.Temperature lingkungan
7.Diet Jenis-jenis cairan infuse 1.Cairan hipotonik Adalah osmolaritasnya lebih redang
dibandungkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih randah dibandingkan serum. Cairan ini
digunakan apda keadaan sel mengalami dehidrasi misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglkemia (pada gula dara tinggi) dengan
ketoaksidosis diabetic. 2.Isotonic Adalah osmoaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati
serum (bagian cair dari komponen darah) sehingga terus berada dipembuluh darah. Bermanfaat
bagi pasien yang mengalami hipervolemi (kekurangan cairan tubuh sehingga tekanan darah terus
terus menurun). Memiliki resiko overload contohnya RL dan NaCL 0.9%. 3.Cairan hipertonik
Adalah osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum sehingga menarik cairan dan elektrolit
dari jaringan dan sel kedalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan dararh
menstabilkan, meningkatkan produksi urin, dan menguru edema (bengkaak). Tindakan untuk
mengatasi masalah/gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit. Pemberian cairan melalui per-oral
atau intravena (infus) Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan
masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian infus dapat diberikan pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini memerlukan kesterilan
mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian melalui infus dengan
memasukan kedalam vena (pembuluh darah pasien) diantara vena lengan (vena cefalisa basilica
dan mediana cubitti) atau vena yang ada dikepala seperti vena temporalis frontalis (khususnya
untuk anak-anak). selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan juga
dapat dilakukan pada pasien schock, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum tranfusi
darah atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. Langkah atau Prosedur a.Alat Baki
yang telah dialasi Perlak dan pengalasnya Pengalas (handuk kecil) Bengkok Tiang infus
Sarung tangan ( handskun) Tourniquet Kapas alcohol Cairan infus yang diperlukan
Infus set Abocat Plester Kasa steril Gunting plester Betadin b.Persiapan pasien
Identifikasi pasien Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Menyiapkan
lingkungan Mengobservasi reaksi pasien Pasang penutup tirai Atur posisi pasien senyaman
mungkin Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dipasang infus c.Langkah
langkah Mencuci tangan Pakai sarung tangan Gantungkan pletboth pada tiang infus
Bukan kemasan steril infus set Atur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup
klem yang ada pada saluran infus Tusukan pipa saluran infus kedalam botol cairan dan tabung
tetesan diisi setengah dengan cara memencet tabung tetesan infuse Buka klem dan alirkan
cairan keluar sehingga tidak ada udara pada selang infuse lalu tutup kembali (klem) Cari dan
pilih vena yang akan dipasang infuse Letakan tourniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan
ditusuk Disinfeksi daerah pemasangan dengan kapas alcohol 70% secara sirkular Tusukan
jarum abocath ke vena dengan lubang jarum menghadap keatas (bila berhasil darah akan keluar
dan dapat dilihat dipipa abocath Dorong pelanpelan abocath masuk kedalam vena, tarik pelan-
pelan jarum abocath sehingga semua pelastik abocath masuk semua kedalam vena
Sambungkan segera abocath dengan selang infus Lepaskan tourniquet dan longgarkan
tourniquet untuk melihat kelancaran tetesan sudah lancer, pangkal jarum direkatkan pada kulit
dengan plester(piksasi) Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan Tutup tempat tusukan dengan
kasa steril dan beri plester Bereskan alat dan lepas sarung tangan Cuci tangan Dokumentasi
tindakan yang sudah dilakukan Rumus menghitung tetes infus 1.Macro Keterangan : 1cc = 20
tetes/menit Tetes infuse macro Tetes/menit = jumlah cairan x 20/lama infus x 60 Lama infus
macro Lama infus = ( jumlah cairan x 20) / (tetes/menit x 60) 2.Micro Keterangan : 1cc = 60
tetes/menit Tetes infus micro Tetes/menit = (Jumlah cairan x 60) / (lama infus x 60) Lama infus
micro Lama infus = ( jumlah cairan x 60) / ( tetes/menit x 60) Sumber : buku saku praktikum
(kebutuhan dasar manusia) ( A. Azis Alimul Hidayat, S.Kp dan Musrifatul Uliyah, S.Kp) dan
fotokopian mata kuliah KDM Tuti Amaliah /amaliahtuti Mahasiswa akper pemerintah kab
serang Selengkapnya... IKUTI Share 8 0 0 KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA,
SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL medis kesehatan TANGGAPI DENGAN ARTIKEL

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/amaliahtuti/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-
cairan-dan-elektrolit_54f94f0ca3331135028b4e81

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

I. Definisi

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu.

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yangtetap dalam merespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang terdiri sendiri jarang terjadi
dalam kelebihan dan kekurangan

(Tarwoto dan Martonah.2005:29)

II. Fisiologi

Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan cairan intravena(IV) dan di
distribusikan ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler. Cairan interstitial adalah cairan
yang terletak di antara sel. Sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan intraokuler dan sekresi saluran cerna. Intravaskuler 5% berat badan, interstitial 15% berat
badan dan transseluler 40% berat badan.

Cairan intravaskuler dan interstitrial bersama-sama disebut extrasel (ECF) . ECF adalah cairan
tubuh dengan laju tinggi dikeluarkan melalui urine kg/hari serta keringat dan uap panas
(700/m/hari).

(Tarwanto dan wartonah ,2003)

III. Pengatur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. Ginjal

Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan
elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dan darah, pengatur keseimbangan cairan asam basa darah, dan pengatur ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam.

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal seperti
glomerulus sebagai penyaing cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc plasma
yang mengalir melalui glomerulus, 10 % disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrar
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan
yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.

2. Kulit
Merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dalam proses pengaturan panas.
Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriolakutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Banyaknya darah yang
mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.
Proses pelepasan panas kemudian dapat dilakukan dengan cara penguapan.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf simpatis.
Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan dengan melepaskan air yang jumlahnya
kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat dapat diperoleh dari aktivitas
otot, suhu lingkungan, dan melalui kondisi tubuh yang panas.

Proses pelepasan panas lainnya dilakukan melalui cara pemancaran, yaitu dengan melepaskan
panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi dan konveksi. Cara konduksi
adalah pengalihan panas ke benda benda yang disentuh, sedangkan cara konveksi yaitu
mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.

3. Paru-paru

Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss
400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan-perubahan
frekuensi dan kedalaman pernafasan (kemampuan bernafas), misalnya orang yang olahraga
berat.

4. Gastrointestinal

Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses
penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini
sekitar 100-200 ml/hari.

Selain itu, pengaturan keseimbangann cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang dikontrol
melalui sistem endokrin (hormonal) yaitu anti diuretik hormon (ADH), sistem aldosteron,
prostaglandin, dan glukokortikoid.

1. ADH

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorbsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis
posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan
ekstrasel.

2. Aldosteron

Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbsi natrium.
Proses pengeluaran aldosteron diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan
sistem angiotensin renin.
3. Glukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorbsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)

IV. Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia

Kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia secara psikologis memiliki proporsi 90%
dari total berat badan. Sisanya merupakan zat padat dari tubuh. Secara keseluruhan, presentase
cairan dalam tubuh berbeda berdasarkan usia

~ bayi baru lahir: 75%

~ Dewasa:

1. Pria 60%

2. Wanita 55%
3. Usia lanjut 45%

Dari total berat badan

Bergantung lemak dalam tubuh

Jika lemak sedikit maka cairan tubuh pun lebih besar.

Jenis kelamin

Di dalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan
sama dengan kehilangan cairan dalam tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan
gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi
tubuh. Maka tubuh akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi .
penguapan kulit, ginjal, ekskresi pada metabolisme.

Intake cairan adalah selama aktivitas dan temperatur sedang seorang dewasa minum kira-kira
1500ml/hari sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500ml/hari sehingga kekurangan
1000ml perhari diperoleh dari makanan dan oksidasi selama proses metabolisme.

Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang di perlukan berdasarkan umur dan berat badan.

KEBUTUHAN AIR
USIA
Jumlah Air Dalam 24 Jam Ml/kg Berat Badan
3 Hari 250-300 80-100
1 Tahun 1150-1300 120-135
2 Tahun 1350-1500 115-125
4 Tahun 1600-1800 100-110
10 Tahun 2000-2500 70-80
14 Tahun 2200-2700 50-60
18 Tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30

V. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengaturan Cairan

1. Tekanan Cairan

Proses difusi dan osmoosis melibatkan adanya tekanan cairan. Dalam proses osmosis, tekanan
osmosis merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila
terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang konsentrasi molekulnya
lebih pekat dan tidak dapat bergabung disebut koloid. Sedangkan larutan dengan kepekatan yang
sama dan dapat bergabung, maka larutan tersebut disebut kristaloid. Sebagai contoh ; koloid
adalah apabila protein bercampur dengan plasma, sedangkan larutan kristaloid adalah larutan
garam. Secara normal, perpindaha cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi.
Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya
larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena
mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit ke intrasel. Larutan intravena yang hipotonik, yaitu latutan
yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibandingkan dengan konsentrasi plasa darah. Hal ini
menyebabkan tekanan osmotik plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik
cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar dibanding cairan
interstisinal dan molekul protein lebih besar, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit untuk
menembus membran semipermeabel.

2. Membran Semipermeabel

Merupakan penyaringan agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran ini
terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga molekul
atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.

( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)

VI. Jenis-Jenis Cairan dan Elektrolit

1. Jenis Cairan
2. Cairan zat gizi (Nutrien)

Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 setiap hari . cairan nutrien dapat
diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin untuk metabolisme.
Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori per liter.
2. Blood volume expanders: jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah
sesudah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami
perdarahan berat, maka pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah.
Jenis blood volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan
konsentrasi yang berbeda.
3. Jenis Elektrolit

Terdiri dari : cairan isotonik, hipotonik, hipertonik

Contohnya:

1. Cairan ringers, terdiri atas :Na,K, C1 dan, Ca.


2. Cairan ringers laktat, terdiri atas: Na,K,Mg, C1, Ca, dan HCO.
3. Cairan buffer, terdiri atas: Na,K,Mg, C1,dan HCO.

( Hidayat, AAA dan Uliyah, 2011)

VII. Gangguan atau Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. Gangguan Cairan
A. Hipovolemi

Terjadi karena kekurangan pemasukan air atau pengeluaran berlebihan.

Penyebab:

Muntah, diare berlebihan


Perdarahan
Demam
B. Hipervolemi

Terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonik sindrom ruang ke tiga
berefek kekurangan vulume cairan ekstrasel. Disebabkan karena infeksi trauma.
C. Dehidrasi

Terjadi jika ada kehilangan cairan tanpa di sertai kehilangan elektrolit yang proporsional
faktor resiko terjadinya dehidrasi.

Penyebab:

Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:


Penurunan sekresi ADH.
Penurunan fungsi neurologis.

a. Dehidrasi berat
b. Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
c. Serum natrium 159-166 mEq/ML.
d. Turgor kulit buruk.
e. Nadi dan pernafasan meningkat.
f. Kehilangan cairan mencapai >10% berat badan.

Dehidrasi sedang

a. Kehilangan cairan 2-4 atau antara 5-10% berat badan .


b. Serum natrium 152-158 mEq/L.
c. Mata cekung.
Dehidrasi ringan , dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% berat badan atau 1,5-2L.
D. Edema

Akumulasi cairan abnormal di jaringan infertital atau rongga tubuh.

Penyebab:

Peningkatan tekanan hidostatik.


Penurunan tekanan asmotik plasma.
Sumbatan imfalik.
Refensi urine.
Kerusakan pembuluh darah kapiler.

2. Gangguan Elektrolit

A. Hiponatremia

Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang di tandai dengan
mual,muntah dan diare.
B. Hipernatremia

Merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma tinggi yang di tandai dengan
mukosa kering. Oliguria/anuria, turgor kulir buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan,lidah kering dan kemerahan ,suhu badan naik.
C. Hipokalemia

Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Di tandai dengan lemahnya denyut nadi,
turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan, muntah-muntah,perutnya kembung, denyut
jantungnya tidak beraturan.
D. Hiperkalemia

Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi . di tandai dengan adanya
mual,hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare,
adanya kecemasan dan iritabilitas.
E. Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah ditandai dengan adanya kram otot,
kram perut, kejang, bingung, kesemutan pada jaridan sekitar mulut.
F. Hiperkalsemia

Merupakan suatu keadaan kelebihab kadar kalsium dalam darah di tandai dengan adanya nyeri
pada tulang,relaksasi otot, batu ginjal,mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih
dari 4,3mEq/L.

G. Hipomagnesia

Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah ditandai dengan adanya


iritabilitas,tremor,kram pada kaki dan tangan, lakikardi, hipertensi,kadar magnesium dalam darah
kurang dari 1,3 mEq/L.
H. Hipermagnesia

Merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah ditandai dengan adanya
koma,gangguan pernafasan,dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)


VIII. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. Usia

Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ. Sehingga dapat
mempengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.

2. Temperatur

Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak,
sehingga tubuh akan banyak kehiangan cairan.

3. Diet

Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan yang
tersimpan dalam tubuh, sehingga terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler yang
dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.

4. Stres

Stres dapat berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses
peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga
mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air.

5. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaikinya sel
membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.Keadaan sakit menimbulkan
ketidakseimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat
mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.

( Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011)

IX. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan
Elektrolit.

1. Pemberian cairan melalui infus

Yaitu tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan kepada pasien dengan
bantuan perangkat infus.

Persiapan alat dan bahan

1. Standar infus.
2. Perangkat infus.
3. Cairan sesuai kebutuhan pasien.
4. Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai ukuran.
5. Tourniquet/pembendung.
6. Kapas alkohol70%.
7. Kasa steril.
8. Sarung tangan.

Prosedur kerja

1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3. Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam botol infus.
4. Isi cairan ke dalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan
tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan di tusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudak mengenai venadengan ciri darah keluar melalui jarum infus/ abocath.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus.
12. Buka tetesan.
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine. Dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester.
15. Catat respons yang terjadi
16. Cuci tangan.
(Hidayat. A Aziz Alimul,2003)

2. Tranfusi darah

Merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat
tranfusi pada pasien yang membutuhkan darah.

Persiapan alat dan bahan

1. Standar infus.
2. Perangkat tranfusi.
3. Nacl 0,9%.
4. Darah sesuai kebutuhan pasien.
5. Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai ukuran.
6. Tourniquet/pembendung.
7. Kapas alkohol70%.
8. Kasa steril.
9. Sarung tangan.

Prosedur kerja

1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan di lakukan.
3. Hubungkan cairan NaCL 0,9% dan seperangkat tranfusi dengan menusukkannya.
4. Isi cairan NaCL 0,9% ke dalam perangkat tranfusi dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan
udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas.
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan.
8. Desinfeksi daerah yang akan di tusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi .
12. Buka tetesan.
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester.
15. Setelah NaCL 0,9% masuk sekitar 15 menit, ganti dengan darah yang sudah di siapkan.
16. Darah sebelum di masukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien,jenis
golongan darah,dan tanggal kadaluarsa.
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian tranfusi.
18. Catat respons terjadi.
19. Cuci tangan.

(Hidayat A Aziz Alimul, 2003)


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, AAA dan Uliyah. 2005. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika

Hidayat, AAA dan Uliyah. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Tarwanto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Arief mansjoer. 2000. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai