Hepatitis
Hepatitis
Disusun Oleh :
Pembimbing :
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah referat ini yang berjudul Manajemen Terbaru Hepatitis B.
Makalah referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan
klinik di stase Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati- Jakarta.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama kepada :
Demikian, semoga makalah referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan bisa membuka wawasan serta ilmu pengetahuan kita, terutama dalam bidang
penyakit dalam.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Definisi Hepatitis B. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
B. Epidemiologi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
C. Faktor Predisposisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
D. Etiologi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
E. Sumber dan Cara Penularan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
F. Patogenesis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..9
G. Manifestasi Klinis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
H. Pemeriksaan Penunjang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
I. Diagnosis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
J. Pentalakasanaan Hepatitis B
a) Evaluasi praterapi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .14
b) Indikasi & algoritma. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
c) Jenis terapi & pemilihan regimen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16
d) Hasil terapi terkini. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
e) Prediktor respon. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .22
f) Kriteria kesembuhan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
g) Terapi pada poupulasi khusus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..23
K. Pencegahan
a) Imunisasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .24
b) Pencegahan umum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
c) Pencegahan khusus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .26
d) Konseling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 26
Bab III Kesimpulan ..27
Daftar Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .28
3
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini di seluruh dunia diperkirakan lebih 300 juta orang pengidap HBV
persisten, hampir 74 % (lebih dari 220 juta) pengidap bermukim dinegara-negara
Asia. Bagian dunia yang endemisitasnya tinggi adalah terutama Asia yaitu Cina,
Vietnam, Korea, dimana 5070 % dari penduduk berusia antara 30 40 tahun
pernah kontak dengan HBV, dan sekitar 10 15 % menjadi pengidap Hepatitis B
Surfase Antigen (HbsAg). Menurut WHO Indonesia termasuk kelompok daerah
dengan endemisitas sedang dan berat (3,5 20 %).1,3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hepatitis B
A. Definisi
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B,
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang dapat berlanjut
menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus hepatitis B menyerang hati, masuk melalui
darah ataupun cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi seperti halnya virus HIV.
Hepatitis B dapat bersifat akut maupun kronis : 1,2,3
B. Epidemiologi
C. Faktor Predisposisi
5
sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10%. Hal ini berkaitan dengan
transmisi infeksi VHB secara vertikal dari ibu hamil yang terinfeksi VHB dan
pada bayi dan anak-anak belum terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk
menjamin terhindar dari hepatitis kronis. 4,5
b. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding
pria.4,5
c. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi
hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama
pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem
imun belum berkembang sempurna.4,5
d. Kebiasaan hidup
Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas
seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan,
pemakaian tatto, pemakaian akupuntur.
e. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter,
dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas
laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan
penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).
Faktor Agent
Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus
Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg.
Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe
yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam
penyebarannya.Subtype adw terjadi di Eropah, Amerika dan Australia. Subtype
ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di Malaysia,
Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China.1,3
6
Faktor Lingkungan
Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi
perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah:
a. Lingkungan dengan sanitasi jelek
b. Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi
c. Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.
d. Daerah unit laboratorium
e. Daerah unit bank darah
f. Daerah tempat pembersihan
g. Daerah dialisa dan transplantasi.
h. Daerah unit perawatan penyakit dalam
D. Etiologi
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali
ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama antigen
Australia. Virus ini termasuk DNA virus yang tergolong dalam family
Hepadnaviridae. Virus hepatitis B tidak bersifat sitopatik, artinya virus ini tidak
merusak sel secara langsung. Kerusakan sel terjadi akibat respon imun terhadap
virus.5,6,7
7
Gambar 2.1. Genom Virus Hepatitis B
Sumber: Isselbach, Kurt. Hepatology. Textbook of Liver Disease
8
F. Patogenesis
Gambar 2.2 Robbin dan Cotran. Buku Ajar Ilmu Patologi. Edisi 8.
9
Tabel 2.1. Perjalanan Alami Hepatitis B Kronis7
Fase HBsAg Kadar ALT Kadar DNA VHB Histologis hati Inisiasi terapi
Imunotoleransi Positif Normal >20.000 IU/ml Normal Tidak
Imunoaktif Positif/negatif Meningkat >2000 IU/ml Inflamasi atau Ya
fibrosis derajat
ringan-sedang
Pengidap inaktif Negatif Normal <2000 IU/ml Perbaikan Tidak
Reaktivasi (20- Positif/negatif Meningkat >2000 IU/ml Inflamasi terjadi ya
30% dari kembali
pengidap inaktif)
10
- HBsAg (hepatitis B surface antigen): muncul 1-6 bulan setelah pajanan.
Bila HBsAg menetap lebih dari 6 bulan disebut hepatitis B kronis.
- HBeAg (hepatitis B e antigen): muncul 1,5-3 bulan setelah fase akut dan
menggambarkan aktivitas replikasi virus.
- IgM anti-HBc: muncul sejak 1 bulan setelah pajanan dan memandakan
infeksi akut hepatitis B, window periode (HBsAg menjadi negatif)
- IgG anti-HBc: menunjukkan infeksi sebelumnya (HBsAg negatif) atau
infeksi yang sedang terjadi (HBsAg positif)
- Anti-HBs: muncul setelah 6 bulan pajanan dan positif pada pasien yang
telah sembuh atau yang telah mendapat vaksinasi hepatitis B.
- Anti-HBe: menujukkan infektivitas virus mulai menurun, warning viral
replication
- DNA VHB: terdapat pada serum, menunjukkan replikasi virus aktif di
hepar. 9
G. Manifestasi Klinis
11
Gejala konstitusional menghilang, namun masih ditemukan hepatomegali yang
tidak nyeri dan abnormalitas pemeriksaan fungsi hati.
Gagal hati fulminan terjadi tidak lebih dari 1% penderita hepatitis B
akut yang simtomatik. Gejala gagal hati fulminant ditandai dengan timbulnya
ensefalopati hepatikum (bingung, letargi, penurunan kesadaran, halusinasi),
ikterus, gangguan pembekuan darah hingga timbul manifestasi perdarahan, dan
peningkatan SGOT dan SGPT karena reaksi imun yang berlebihan sehingga
mengakibatkan nekrosis sel yang lebih luas. Mortalitas karena hepatitis
fulminant mencapai 60%.8,9
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Serologi hepatitis B
-Pemeriksaan HBsAg
-Pemeriksaan HBeAg
-Pemeriksaan anti-HBc immunoglobulin M (Ig-M)
-Anti-HBc IgG
-Anti HB-e
2. Biokimia hati
Pemeriksaan yang diperlukan seperti SGOT (AST), SGPT (ALT),
Gamma-glutamyl transpeptidase (GGT), alkalin fosfatase, bilirubin,
albumin, globulin, pemeriksaan darah perifer lengkap dan waktu
protrombin. Umumnya akan ditemukan SGPT yang lebih tinggi dari
SGOT, tapi seiring perkembangan penyakit menuju sirosis, rasio tersebut
akan berbalik. Bila sirosis telah terbentuk akan tampak penurunan
progresif albumin, peningkatan globulin, dan pemanjangan waktu
protrombin yang disertain penurunan jumlah trombosit. Pada pasien
hepatitis B kronik perlu diperiksakan -fetoprotein (AFP) untuk
mendeteksi karsinoma hepatoseluler.7
3. USG dan biopsi hati
Dilakukan untuk menilai derajat nekroinflamasi dan fibrosis pada kasus
infeksi kronis dan sirosis hati.
12
4. Pemeriksaan untuk mendeteksi penyebab hati lain seperti kemungkinan
ko-infeksi hepatitis C dan atau HIV
I. Diagnosis
2. Tes laboratorium untuk menilai fungsi hati & pemeriksaan darah lengkap.
4. Tes untuk menghilangkan kemungkinan penyebab infeksi yang lain pada hepar,
seperti anti HCV.
2. DNA VHB serum >20.000 IU/mL (nilai yang lebih rendah 2000-20.000 IU/mL
ditemukan pada HBeAg negatif)
13
5. Biopsi hati yang tidak menunjukkan inflamasi yang dominan
Kriteria Resolved Hepatitis Infection:
J. Penatalaksanaan hepatitis B
95% infeksi hepatitis B akut biasanya akan sembuh sendiri pada individu
dewasa yang imunokompeten. Terapi antiviral biasanya diberikan pada pasien
dengan penyakit yang berat. Oleh sebab itu, penatalaksanaan hepatitis B lebih
dilakukan untuk hepatitis B kronik dan penyakit penyulitnya.10
a. Evaluasi pra-terapi
14
4. Gambaran histologis hati
1. Pasien HbeAg positif: HBV DNA >20.000 IU/mL, ALT serum 2-5x ULN
yang menetap selama 3-6 bulan atau ALT serum >5x ULN atau terdapat
histopatologis fibrosis sampai berat
15
Gambar 2.5. Konsensus Penatalaksanaan Hepatitis B, 20121
Pada pasien dengan sirosis terkompensasi terapi dimulai pada pasien
dengan DNA VHB > 2 x 10 3 IU/mL, sedangkan pada sirosis tidak terkompensasi
terapi harus segera dimulai untuk mencegah deteriorasi tanpa memandang DNA
VHB atau ALT.1
2 strategi terapi terkini yang dapat dipilih untuk mengobati hepatitis B kronik,
yaitu:10
1. pengendalian infeksi HBV oleh sistem imun yang diperoleh dari terapi
peg-interferon (PEG-IFN) selama 48 minggu
2. pengendalian replikasi virus dengan analog nukleos(t)ida (NA) jangka
panjang
Kelebihan utama PEG-IFN adalah lama terapi yang terbatas dan potensi
menghasilkan respon terapi berlanjut pada tahun-tahun yang akan datang, namun
terapinya tidak memiliki efek antiviral langsung, melainkan memicu respon imun
16
terhadap HBV. Kelebihan obat antiviral dengan NA adalah bekerja menurunkan
replikasi HBV dengan mengambat fungsi HBV polimerase dan reverse
transcriptase. 10
Beberapa obat yang tersedia untuk pengobatan saat ini adalah interferon
(IFN konvensional), pegylatec interferon -2a, lamivudine, adefovir dipivoxil dan
entecavir, dan thymosin -1. Obat tersebut memiliki keterbatasan dalam hal
sustained response jangka panjang, sehingga pemilihan obat perlu
pertimbangan yang seimbang antara kemungkinan respon, usia penderita, derajat
keparahan penyakit, efek samping obat dan komplikasi penyakit. 10
17
Gambar disamping menunjukkan mekanisme kerja interferon secara langsung
dalam menghambat replikasi virus : (1) Inhibisi transkripsi, (2) Inhibisi translasi,
(3) Inhibisi sintesis protein, dan (4) Inhibisi pematangan virus. 11
Gambar 2.6 Goodman & Gilmans The manual of pharmacology and Theurapetics
11th edition
Analog Nukleosida
18
dalam 1 tahun
Respon biokimia Seimbang Seimbang
Respon histopatologis Seimbang Seimbang
Resistensi Tidak ditemukan Cukup tinggi pada beberapa jenis
Cenderung membaik
Respon jangka Cukup sering kambuh bila terapi tidak
bila target terapi
panjang dilanjutkan jangka panjang
tercapai
Sumber: Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, Konsensus Nasional Penatalaksanaan
Hepatitis B di Indonesia, 2012
Berikut merupakan hasil terapi terkini dari terapi hepatitis B kronik, baik
dengan interferon maupun dengan antinukleos(t)ida.
Tabel 2.6. Profil obat-obat antiviral yang digunakan pada pasien hepatitis B kronik
HBeAg (+) selama 1 tahun
19
Sumber: Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, Konsensus Nasional
Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia, 2012
Tabel 2.7. Profil obat-obat antiviral yang digunakan pada pasien hepatitis B
kronik HBeAg (-) selama 1 tahun1
20
Sumber: Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, Konsensus Nasional
Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia, 2012
Gambar 2.7. Sebaran jumlah pasien dengan perubahan kadar HBV DNA serum
(N=36)10
21
Rerata kadar HBV DNA turun dari 8,8 0,0 menjadi 3,7 1,4 log10 copies/mL
(p<0,001; uji t berpasangan). 10
Hal ini menunjukkan terapi antivirus oral dengan telbivudine menurunkan kadar
HBV DNA serum secara bermakna baik secara statistik maupun klinis. Penelitian
sebelumnya juga menunjukkan hasil yang sama, baik pada pasien HbeAg-positif
maupun HbeAg-negatif. 10
f. Kriteria kesembuhan
22
fungsional merupakan tujuan jangka panjang dengan obat tebaru yang masih
dikembangkan. Oleh karena itu, kesembuhan virologis yang dijadikan patokan
dalam menentukan kriteria kesembuhan. Sehingga, panduan terapi untuk hepatitis
B kronik dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 10
Terapi pasien infeksi VHB kronik dengan koinfeksi virus hepatitis D (VHD) atau
virus hepatitis C (VHC) sebaiknya disesuaikan dengan virus yang dominan.
Pasien infeksi VHB kronik dengan ko-infeksi VHD atau VHC akan meningkatkan
resiko sirosis dibandingkan dengan monoinfeksi VHD. 1,3
Pada pasien HIV positif dengan indikasi terapi anti-HIV, pilihan utama
pengobatan VHB yaitu tenofovir dengan lamivudin atau emtricitabine. Pasien
dengan VHB resistensi lamivudin harus ditambahkan tenofir atau mengganti salah
satu NRTI dengan tenofovir. Resiko hepatitis flare setelah pengobatan anti-HIV
harus dipertimbangkan, terutama pada pasien dengan CD4 <200 sel/mm3. Pada
pasien dengan DNA VHB tinggi, sebelum terapi disarankan mereduksi level DNA
VHB untuk mencegah efek imunirekonstitusi.3,6
23
K. Pencegahan
a. Imunisasi
Gambar 2.8. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jadwal Imunisasi 201611
24
Gambar 2.9 Sebaran pasien yang pernah mendapat imunisasi hepatitis B10
Gambar 2.10 Perbedaan proporsi anti HBs antara individu dengan dan tanpa
riwayat imunisasi hepatitis B 10
b. Pencegahan Umum
25
c. Pencegahan Khusus Paska Pajanan
Dilakukan dengan kombinasi HBIg (untuk mencapai kadar anti-HBs yang tinggi
dalam waktu singkat) dan vaksin hepatitis B ( untuk kekebalan jangka panjang
dan mengurangi gejala klinis). Pada orang yang terpajan baik perkutan maupun
seksual status HBsAg dan anti-HBs sumber pajanan dan yang terpajan harus
diperiksa. Apabila yang terpajan terbukti memiliki kekebalan terhadap hepatitis B
akan tetapi sumber pajanan HBsAg negatif maka pemberian profilaksis pasca
pajanan tidak diperlukan. Namun, jika sumber pajanan terbukti HBsAg positif dan
yang terpajan tidak memiliki kekebalan maka harus segera diberikan HBIg 0,06
mL/kgBB dengan vaksinasi.1,6,12
d. Konseling
26
KESIMPULAN
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis
B (DNA virus), dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang
dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Faktor predisposisi terjadinya
hepatitis B tediri dari faktor host, agent, dan lingkungan. Perjalanan alami
hepatitis B meliputi imunotolerans, imunoaktif, pengidap inaktif, reaktivasi . 95%
infeksi hepatitis B akut biasanya akan sembuh sendiri pada individu dewasa yang
imunokompeten. Manifestasi klinis terdiri dari fase prodormal, ikterik,
konvalesens
Kriteria diagnosis infeksi HBV mencakup HbsAg, HBV DNA, ALT, dan
histopatologis hati. 2 strategi terapi terkini yang dapat dipilih untuk mengobati
hepatitis B kronik, yaitu pengendalian infeksi HBV oleh sistem imun yang
diperoleh dari terapi peg-interferon (PEG-IFN) atau pengendalian replikasi virus
dengan analog nukleos(t)ida (NA) jangka panjang. Efektivitas pegylated
interferon menunjukkan respon yang berkelanjutan pada 30% pasien setelah 48
minggu terapi sedangkan pada analog antinukleos(t)ida menunjukkan dengan
sukses mensupresi replikasi virus dengan terapi yang terus-menerus, namun
mudah relaps ketika menghentikan terapi
27
DAFTAR PUSTAKA
28