A. IDENTITAS PASIEN
1
B. ANAMNESIS
Embung Fatimah Kota Batam pada tanggal 16 April 2017 dengan keluhan
utama batuk 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Demam sejak 2 hari yang
lalu. Bayi tampak sesak, lemas dan mengantuk. Ibu pasien juga mengeluh
anaknya sempat kejang sebelum masuk ke UGD, pada kedua tangan dengan
durasi 1 2 menit dan saat kejang mata mendelik ke atas. Keluhan ini baru
4. Penyakit dahulu
keluhan pucat dan mimisan. Orang tuanya pasien membawa kePuskesmas dan
yang terdahulu seperti kejang demam (-), demam thypoid (-), DHF (-) TB
2
5. Penyakit Keluarga
Riwayat Kehamilan/Kelahiran:
7. Riwayat Makanan :
Sejak lahir hingga usia 6 bulan penderita mendapat asi, pada usia 6
bulan hingga 9 bulan penderita diberikan ASI + PASI dan bubur susu. Sejak
3
usia 9 bulan sampai saat ini penderita diberi makanan tambahan nasi dengan
8. Riwayat Imunisasi:
BCG : (+)
DPT : (+)
Polio : (+)
Hepatitis : (+)
Influenza : (+)
Campak : (+)
Duduk : 8 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berdiri : 12 bulan
4
jumlah3 kamar dan 1 kamar mandi. Pekerjaan ayah dan ibu berdagang.
Penghasilan orang tua pasien tidak banyak namun cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari hari. Ibu pasien biasanya menggunakan air pam untuk
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesan sakit : sedang
Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda Vital
Nadi : 150 x / menit
Suhu tubuh : 36,5 C
Pernapasan : 42x/ menit
3. Status Antropometri
Umur : 5 bulan
Berat badan : 6 kg
Tinggi Badan : 56 cm
4. Status generalis
Kepala
Kepala : Normocephali, UUB datar.
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), cekung (-/-),
Mulut : Bibir pucat (-), stomatitis (-) Lidah kotor (-),gusi berdarah
(-)
5
Leher
Kaku kuduk (-) Pembesaran Kelenjar (-), Nyeri Tekan (-).
Dada
Dinding dada / paru- paru
6
D. Pemeriksaan Penunjang
Hematokrit 34 % 39-50
Limfosit 37 % 17-48
Monosit 11 % 4-10
E. DIGANOSIS KERJA
Bronkopneumonia
F. DIAGNOSIS BANDING
Aspirasi pneumonia
G. PENATALAKSAAN AWAL
O2 Nasal Canule
IUFD DS NS 20 cc/jam
7
Injeksi Cefotaxim 2x300 mg
H. RENCANA KERJA
Pasang NGT
RO Thorax PA
Cek DL
Rawat HCU
I. FOLLOW UP
kompos mentis. Tidak terdapat mual dan muntah. BAB (+), BAK (+) dalam
keadaan normal. Berat badan pasien 6 kg. Tanda-tanda vital HR: 119 x/menit,
IVFD DS NS 18cc/jam
Injeksi Gentamycin 2 x 20 mg
Injeksi Paracetamol 4 x 75 mg
Program: Observasi
8
2. Hari 2 perawatan (tanggal 18 April 2017)
terdapat demam, mual dan muntah. BAB (+), BAK (+) dalam keadaan
normal. Berat badan pasien 6 kg. Tanda-tanda vital HR: 150 x/menit, RR 48
IVFD DS NS 18cc/jam
Injeksi Gentamycin 2 x 20 mg
Injeksi Paracetamol 4 x 75 mg
Program: Observasi
terdapat demam, mual dan muntah. BAB (+), BAK (+) dalam keadaan
normal. Berat badan pasien 6 kg. Tanda-tanda vital HR: 148 x/menit, RR 42
IVFD DS NS 18cc/jam
Injeksi Gentamycin 2 x 20 mg
9
Injeksi Paracetamol 4 x 75 mg
Program: Observasi
terdapat demam, mual dan muntah. BAB (+), BAK (+) dalam keadaan
normal. Berat badan pasien 6 kg. Tanda-tanda vital HR: 152 x/menit, RR 44
IVFD DS NS 15cc/jam
Injeksi Gentamycin 2 x 20 mg
Injeksi Paracetamol 4 x 75 mg
terdapat demam, mual dan muntah. BAB (+), BAK (+) dalam keadaan
normal. Berat badan pasien 6 kg. Tanda-tanda vital HR: 150 x/menit, RR 40
IVFD DS NS 15cc/jam
10
Injeksi Cefotaxime 2 x 300 mg
Injeksi Gentamycin 2 x 20 mg
Injeksi Paracetamol 4 x 75 mg
6.
J. PROGNOSIS
- Ad vitam : Dubia
- Ad Functionam : Dubia
- Ad Sanationam : Ad Malam
K. RESUME
Pada allo anamnesis terhadap ibu pasien laki-laki umur 16 bulan, datang ke
UGD RSUD Embung Fatimah Kota Batam tanggal 7 Februari 2017 dengan keluhan
utama terdapat perdarahan pada lidah tanpa sebab yang terjadi terus menerus sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Darah tampak segar berwarna kemerahan. Keluhan
disertai dengan BAB berwarna hitam dengan konsistensi lengket, berbau khas,
dengan volume 1-2 gelas perhari tidak terdapat darah dan tidak berlendir. BAK
pasien tampak normal, urin berwarna kuning, jernih dan tidak berdarah. Anak tampak
sangat pucat, lemas dan rewel. Ibu pasien juga mengeluh anaknya sering mengalami
perdarahan yang lama apabila luka dan sulit untuk berhenti. Pada anaknya juga sering
11
dijumpai memar-memar tanpa sebab, keluhan ini sering dialami sejak anaknya mulai
belajar merangkak. Keluhan tidak disertai dengan demam, mimisan, mual, muntah
dan juga tidak ada keluhan pembengkakan pada bagian sendi. Beberapa bulan
sebelumnnya, anaknya pernah mengalami keluhan pucat dan mimisan. Orang tua
tidak berkurang. Pada riwayat keluarga, pasien memiliki kakek yang mempunyai
keluhan perdarahan yang sama dengan pasien dan juga sering dirawat.Riwayat
rewel dan kurang aktif. Kesadaran : compos mentis, berat badan : 10 kg, tinggi badan
: 75 cm, tanda-tanda vital suhu tubuh : 37,0C, nadi : 120 x/menit, pernafasan : 36
hitam tidak mudah dicabut. Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
cekung (-/-). Hidung : Pernafasan Cuping, Hidung (-/-), secret (-/-), deviasi septum (-
), epistaksis (-). Mulut : Bibir pucat (+), stomatitis (-). Lidah : Kotor (-), hiperemis
(+).Abdomen pada palpasi tidak didapatkan pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan (-
). Ekstremitas: akral hangat, tidak ada edema, CRT <2 detik, hematoma (+), kuku
pucat (+).
Dari hasil pemeriksaan darah didapatkan anemia dengan Hb 4,4 gr/dl, Lekosit
22,400 /ul, Hematokrit 14 %, Eritrosit 1,7 juta/ul, APTT 150,5 Detik, PT 9,8 Detik.
12
Selama perawatan penderita mendapat asupan nutrisi yang adekuat, antibiotik dan
transfusi darah. Toleransi penderita terhadap asupan nutrisi serta transfusi darah yang
dilakukan cukup baik dan terdapat perbaikan yang ditandai dengan pasien sudah tidak
pucat lagi dan penderita tidak rewel lagi. Tetapi hasil pemeriksaan faktor pembekuan
darah belum dapat diketahui karna pemeriksaannya ditunda. Sehingga diagnosis akhir
L. DISKUSI
utama terdapat perdarahan pada lidah yang terus menerus. Pasien juga sering
mengalami perdarahan yang sulit untuk berhenti. Dan pada beberapa bagian tubuh
pasien dijumpai memar-memar tanpa sebab, keluhan ini sering dialami sejak anaknya
mulai belajar merangkak.Berdasarkan teori gejala dan tanda klinis yang khas yang
sering di jumpai pada kasus hemophilia adalah perdarahan. Perdarahan dapat timbul
secara spontan atau akibat trauma ringan sampai sedang serta dapat timbul saat bayi
mulai terjadi semasa janin atau pada proses persalinan. Umumnya penderita hemofilia
13
berat perdarahan sudah mulai terjadi pada usia di bawah 1 tahun. Perdarahan dapat
terjadi di mukosa mulut, gusi, hidung, saluran kemih, sendi lutut, pergelangan kaki
dan siku tangan, otot iliospoas, betis dan lengan bawah. Perdarahan di dalam otak,
leher atau tenggorokan dan saluran cerna yang masif dapat mengancam jiwa. 2
penurunan kesadaran. 3
Keluhan penyerta yang ditemukan pada pasien ini yaitu BAB berwarna hitam
dengan konsistensi lengket, berbau khas, tidak terdapat darah dan tidak berlendir.
Menandakan adanya darah yang telah menghitam akibat perdarahan yang berasal dari
saluran pencernaan bagian atas. Sedangkan padaurin masih tampak normal berwarna
kuning, jernih dan tidak berdarah. Urine juga perlu diperiksa karena pada pasien
hemofilia biasanya ditemukan hematuria masif yang dapat menyebabkan kolik ginjal
perdarahanyang sama dengan yang diderita oleh pasien dan sering dirawat. Hal itu
menunjukkan adanya hubungan genetik dalam penyakit ini. Sampai saat ini riwayat
keluarga masih merupakan cara terbaik untuk melakukan tapisan pertama terhadap
14
faktor pembekuan darah kongenital yang disebabkan karena kekurangan faktor
pembekuan darah, yaitu faktor VIII dan faktor IX yang bersifat herediter secara sex-
linked recessive pada kromosom X (Xh). Faktor tersebut merupakan protein plasma
(WFH) pada tahun 2010, terdapat 257 182 penderita kelainan perdarahan di seluruh
dunia, di antaranya dijumpai 125 049 penderita hemofilia A dan 25 160 penderita
perdarahan. Penyakit ini bermanifestasi klinik pada laki laki. Angka kejadian
20.000 dari 200 juta penduduk Indonesia saat ini. Kasus hemophilia A lebih sering di
jumpai dibanding kan hemophilia B, yaitu berturut turut mencapai 80%-85% dan
10%-15% tanpa memandang ras,geografis dan keadaan social ekonomi. Mutasi gen
secara spontan diperkirakan mencapai 20-30% yang terjadi pada pasien tanpa riwayat
keluarga.5
15
(prothrombin time masa protrombin plasma), APTT (activated partial
yang normal menunjukkan adanya gangguan pada jalut intrinsik sistem pembekuan
darah. Faktor VIII dan IX berfungsi pada jalur intrinsik sehingga defisiensi salah satu
faktor pembekuan ini akan mengakibatkan pemanjangan APTT yaitu tes yang
Pada pasien ini pemeriksaan yang dilakukan di RSUD Embung Fatimah yaitu
(Morfologi Darah Tepi), Darah Lengkap setiap setelah transfuse serta pemeriksaan
16
Rekapitulasi Hasil Laboratorium
Hematokrit 14 17 36 % 39-50
Limfosit 35 48 24 % 17-48
Monosit 10 9 7 % 4-10
normal tetapi terjadi pemanjangan pada masa tromboplastin parsial teraktivasi APTT
17
(activated partial thromboplastin time)yang artinya menunjukkan adanya gangguan
memeriksa kadar (aktivitas) faktor VIII untuk hemophilia A dan kadar faktor IX
pemeriksaan petanda gen hemofilia pada kromosom X (gen F VIII dan F IX) seperti
maksudnya bahwa aktivitas faktor pembekuan dalam 1ml plasma normal adalah
1. Hemofilia A
(anti-hemophilic factor).
2. Hemofilia B
18
Hemofilia B adalah kelainan yang disebabkan karena kekurangan faktor IX
(Christmas factor).
3. Hemofilia C
Sedangkan berdasarkan kadar atau aktivitas faktor pembekuan (VIII dan IX),
1. Ringan
melahirkan anak.
2. Sedang
19
- kadang terjadi perdarahan tanpa sebab yang jelas (spontaneous
bleeding episodes)
3. Berat
Hubungan antara aktivitas dan kadar faktor VIII dan IX dengan Manifestasi Klinis
Hemofilia 1
20
Gejala Neonatus Sering PCB, Sering PCB, Tak pernah PCB,
Kejadian ICH jarang ICB jarang sekali ICB
Pendarahan post Sering dan fatal Butuh bebat Pada operasi besar
operasi
Sayangnya, pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan kadar faktor VIII dan
Embung Fatimah serta faktor biaya oleh orang tua pasien. Oleh sebab itu, penyakit
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini tidak sesuai teori, karena
hanya dilakukan terapi cairan dengan RL 1000 cc/jam, Injeksi Cefotaxime 3 x 500
mg, dan transfusi darah PRC 60 cc dan FFP 100 cc. Tatalaksana penderita hemofilia
VIII untuk hemofilia A dan F IX untuk hemofilia B, perawatan dan rehabilitasi terutama
bila ada sendi, edukasi dan dukungan psikososial bagi penderita dan keluarganya. Bila
terjadi perdarahan akut terutama daerah sendi, maka tindakan RICE (rest, ice,
diistirahatkan dan diimobilisasi. Kompres dengan es atau handuk basah yang dingin,
21
kemudian dilakukan penekanan atau pembebatan dan meninggikan daerah perdarahan.
sedangkan sumber faktor IX adalah konsentrat faktor IX dan FFP (Fresh Frozen
Plasma).3
Perhitungan dosis:
Terapi adjuvant yang dapat diberikan kepada penderita hemophilia antara lain:3
- Asam traneksamat
gusi
22
Untuk hemofilia A diberikan konsentrat F VIII dengan dosis 0.5 x BB (kg) x
kadar yang diinginkan (%). F VIII diberikan tiap 12 jam sedangkan F IX diberikan tiap
24 jam untuk hemofilia B.Kadar F VIII atau IX yang diinginkan tergantung pada lokasi
perdarahan dimana untuk perdarahan sendi, otot, mukosa mulut dan hidung kadar 30-
50% diperlukan. Perdarahan saluran cerna, saluran kemih, daerah retroperitoneal dan
susunan saraf pusat maupun trauma dan tindakan operasi dianjurkan kadar 60-100%. 8,9
Untuk pencabutan gigi atau epistaksis, diberikan selama 2-5 hari, sedangkan operasi
atau laserasi luas diberikan 7-14 hari. Untuk rehabilitasi seperti pada hemarthrosis
kromosom X.
sampel darah yang diambil dari vena tali pusat bayi di dalam kandungan dengan
probe dan diagnosis antenatal hemofilia sampai saat ini masih belum dapat dilakukan
di Indonesia.
23
Sebagai tindakan preventif yaitu pencegahan terjadinya perdarahan akibat
drugs (NSAIDs).
b) Vaksinasi tetap dilakukan pada semua orang termasuk pada bayi, terutama
yaitu ketuban pecah dini dengan oligohidramnion, untungnya bayinya lahir dalam
keadaan normal. Jika diketahui adanya riwayat hemofilia dalam keluarga maka
selama masa kehamilan harus diperiksa kemungkinan adanya defek genetik pada ibu
hamil untuk mengetahui adanya carrier pada ibu. Beberapa tindakan yang dapat
pemeriksaan ini dapat diketahui adanya defek genetik pada fetus yang menyebabkan
terjadinya hemofilia. Jika diketahui fetus memiliki hemofilia, maka tindakan terpilih
yang dapat dilakukan adalah melakukan terminasi kehamilan, walau ini masih
kontroversial pada beberapa negara terutama untuk kehamilan trimester II dan III.
Jika ibu tetap menginginkan untuk melanjutkan kehamilannya maka harus diberikan
penjelasan mengenai keadaan bayinya nanti dan tindakan persalinan yang akan
dilakukan.
24
DAFTAR PUSTAKA
h.1307-1312.
25
6. Setiabudy R. Diagnosis hemofilia secara laboratorik. Bagian Patologi Klinik
47
26