Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan harus dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana yang siap diserap dari
saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam sel. Sistem
pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ
dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. (Pearce Evelin C. 2009)

Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana


yang dapat di serap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan
terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam cairan pencern. Setiap jenis zat ini
mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai
pengaruh terhadap jenis lainnya. (Abadi. 2010)
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan dan
berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui proses
defekasi. Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah proses mestikasi
(mengunyah). Terjadi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran
makanan yang dilakukan oleh gigi. (Pearce Evelin C. 2009)

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau. (Pearce Evelin C. 2009)

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan mengerti
tentang Fisiologi Sistem Pencernaan.
2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang Fisiologi Sistem
Pencernaan.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya makalah ini dapat menambah bahan untuk pembelajaran
2. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini, dapat membantu mahasiswa dalam memahami Fisiologi
Sistem Pencernaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. (Abadi.
2010)
Sistem pencernaan berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkan nya
untuk diasimilasi tubuh. Selain itu mulut memuat gigi untuk mengunyah makanan, dan lidah
yang membantu untuk cita rasa dan menelan. Beberapa kelenjar atau kelompok kelenjar
menuangkan cairan pencerna penting ke dalam saluran pencernaan. Saluran-saluran
pencernaan dibatasi selaput lendir (membran mukosa), dari bibir sampai ujung akhir esofagus,
ditambah lapisan-lapisan epitelium. (Pearce Evelin C. 2009)

B. Fisiologi Sistem Pencernaan


Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana
yang dapat di serap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan
terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam cairan pencern. Setiap jenis zat ini
mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai
pengaruh terhadap jenis lainnya.
Pitalin (amilase ludah) misalnya bekerja hanya atas gula dan tepung, sedangkan pepsin
hanya atas protein. Satu jenis cairan pencerna, misalnya cairan pankreas, dapat mengandung
beberapa enzim dan setiap enzim bekerja hanya atas satu jenis makanan. (Pearce Evelin C.
2009)

Enzim ialah zat kimia yang menimbulkan perubahan susunan kimia terhadap zat lain
tanpa enzim itu sendiri mengalami suatu perubahan. Untuk dapat bekerja secara baik, berbagai
enzim tergantung adanya garam mineral dan kadar asam atau kadar alkali yang tepat. (Pearce
Evelin C. 2009)

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari
makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan
molekul-molekul organic yang terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi.
(Drs. Irianto Kus. 2004)

Makanan harus dicerna agar menjadi molekul-molekul sederhana yang siap diserap dari
saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke dalam sel. (Abadi. 2010)
Secara umum sistem pencernaan melakukan empat proses pencernaan dasar, yaitu:
1. Motilitas

Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran
pencernaan. Otot polos di saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan
rendah yang disebut tonus. Terhadap aktivitas tonus yang terus menerus terdapat dua jenis
dasar motilitas pencernaan: (Abadi. 2010)
a. Gerakan propulsif (mendorong) yaitu gerakan memajukan isi saluran pencernaan ke depan
dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan propulsif bergantung pada fungsi yang
dilaksanakan oleh setiap organ pencernaan.

b. Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, mencampur makanan dengan getah
pencernaan. Kedua, mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian isi usus ke
permukaan penyerapan saluran pencernaan.

2. Sekresi

Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan


oleh kelenjar-kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan
konstituen organik spesifik yang penting dalam proses pencernaan (misalnya enzim, garam
empedu, dan mukus). Sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena
adanya rangsangan saraf dan hormon sesuai. (Abadi. 2010)
3. Pencernaan

Pencernaan merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks


menjad struktur yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh enzim. Manusia mengonsumsi
tiga komponen makanan utama, yaitu: (Abadi. 2010)
a. Karbohidrat
Kebanyakan makanan yang kita makan adalah karbohidrat dalam bentuk polisakarida,
misalnya tepung kanji , daging (glikogen), atau tumbuhan (selulosa) .Bentuk karbohidrat yang
paling sederhana adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa.

b. Lemak
Protein terdiri dari kombinasi asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Protein
akan diuraikan menjadi asam amino serta beberapa polipeptida kecil yang dapat diserap dalam
saluran pencernaan.

c. Protein
Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigelsida. Produk akhir
pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak.

Proses pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis enzimatik. Dengan


menambahkan H2O di tempat ikatan, lalu enzim akan memutuskan ikatan tersebut sehinggan
molekul-molekul kecil menjadi bebas. (Pearce Evelin C. 2009)

4. Penyerapan

Proses penyerapan dilakukan di usus halus. Proses penyerapan memindahkan molekul-


molekul dan vitamin yang dihasilkan setelah proses pencernaan berhenti dari lumen saluran
pencernaan ke dalam darah atau limfe. (Abadi. 2010)
Saluran pencernaan (traktus digestivus) merupakan saluran dengan panjang sekitar 30
kaki (9 m) yang berjalan melalui bagian tengaj tubuh menuju ke anus. Pengaturan fungsi
saluran pencernaan bersifat kompleks dan sinergistik.

Terdapat empat faktor yang berperan dalam pengaturan fungsi pencernaan, yaitu:

1. Fungsi otonom otot polos


2. Pleksus saraf intrinsik
3. Saraf ekstrinsik
4. Hormon saluran pencernaan

C. Organ saluran pencernaan


Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.(Drs. Irianto Kus.
2004)

a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus. (Abadi. 2010)
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau. (Pearce Evelin C. 2009)

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. (Abadi. 2010)
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. (Drs.
Irianto Kus. 2004)

c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. (Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006)

d. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter),
yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. (Drs. Irianto Kus. 2004)

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :

1). Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.

2). Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap
infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri. (Drs. Irianto Kus. 2004)

3). Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

e. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. (Drs.H.
Syaifudin.AMK. 2006)

f. Usus besar
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam
usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare. (Drs. Irianto Kus. 2004)

g. Usus Buntu (sekum)


Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

h. Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen). (Drs. Irianto Kus. 2004)

i. Rektum dan anus


Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh
dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). (Drs.
Irianto Kus. 2004)

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan


memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. (Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006)

j. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus
dua belas jari).
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon
ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh
dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. (Drs. Irianto Kus. 2004)

k. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.Organ ini memainkan
peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk
penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. (Drs. Irianto Kus. 2004)

D. Proses Pencernaan
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan dan
berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui proses
defekasi. Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah proses mestikasi
(mengunyah). Terjadi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran
makanan yang dilakukan oleh gigi. (Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006)

Tujuan mengunyah adalah:

1. menggiling dan memecah makanan


2. mencampur makanan dengan air liur
3. merangsang papil pengecap. Ketika merangsang papil pengecap maka akan menimbulkan
sensasi rasa dan secara refleks akan memicu sekresi saliva. Di dalam saliva terkandung protein
air liur seperti amilase, mukus, dan lisozim.

Fungsi saliva dalam proses pencernaan adalah:


a. Memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja enzim amilase.

b. Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan dengan adanya


mukus sebagai pelumas.
c. Memiliki efek antibakteri oleh lisozim.

d. Pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang pupil pengecap.

e. Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan
bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies.

Selanjutnya adalah proses deglutition (menelan). Menelan dimulai ketika bolus di


dorong oleh lidah menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan yang
kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan secara refleks
akan mengaktifkan otot-otot yang berperan dalam proses menelan. Tahap menelan dapat dibagi
menjadi 2, yaitu:

a. Tahap orofaring: berlangsung sekitar satu detik. Pada tahap ini bolusdiarahkan ke dalam
esofagus dan dicegah untuk masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan faring.

b. Tahap esofagus: pada tahap ini, pusat menelan memulai gerakan peristaltik primer yang
mendorong bolus menuju lambung. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik untuk
mencapai ujung esofagus.

Selanjutnya, makanan akan mengalami pencernaan di lambung. Di lambung terjadi proses


motilita. Terdapat empat aspek proses motilitas di lambung, yaitu:

a. Pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50 ml sedangkan lambung
dapat mengembang hingga kapasitasnya 1 liter

b. Penyimpanan lambung (gastric storage): pada bagian fundus dan korpus lambung, makanan
yang masuk tersimpan relatif tenang tanpa adanya pencampuran. Makanan secara bertahap
akan disalurkan dari korpus ke antrum.

c. Pencampuran lambung (gastric mixing): kontraksi peristaltik yang kuat merupakan penyebab
makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Dengan gerakan
retropulsi menyebankan kimus bercampur dengan rata di antrum. Gelombang peristaltik di
antrum akan mendorong kimus menuju sfingter pilorus.

d. Pengosongan lambung (gastric emptying): kontraksi peristaltik antrum menyebabkan juga gaya
pendorong untuk mengosongkan lambung. (Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006)
Selain melaksanakan proses motilitas, lambung juga mensekresi getah lambung. Beberapa
sekret lambung diantaranya:

1) HCL: sel-sel partikel secara aktif mengeluarkan HCL ke dalam lumen lambung. Fungsi HCL
dalam proses pencernaan adalah (1) mengaktifkan prekusor enzim pepsinogen menjadi pepsin
dan membentuk lingkungan asam untuk aktivitas pepsin; (2) membantu penguraian serat otot
dan jaringan ikat; (3) bersama dengan lisozim bertugas mematikan mikroorganisme dalam
makanan.

2) Pepsinogen: pada saat di ekresikan ke dalam lambiung, pepsinogen mengalami penguraian


oleh HCL menjadi bentuk aktif, pepsin. Pepsin berfungsi dalam pencernaan protein untuk
menghasilkan fragmen-fragmen peptida. Karena fungsinya memecah protein, maka peptin
dalam lambung harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif (pepsinogen) agar tidak
mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk.

3) Sekresi mukus: Mukus berfungsi sebagai sawar protektif untuk mengatasi beberapa cedera
pada mukosa lambung.

4) Faktor intrinsik: faktor intrinsik sangat penting dalam penyerapan vitamin B12. vitamin B12
penting dalam pembentukan eritrosit. Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin B12 tidak
dapat diserap.

5) Sekresi Gastrin: Di daerah kelenjar pilorus (PGA) lambung terdapat sel G yang mensekresikan
gastrin. (Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006)

Aliran sekresi getah lambung akan dihentikan secara bertahap seiring dengan
mengalirnya makanan ke dalam usus. Di dalam lambung telah terjadi pencernaan karbohidrat
dan mulai tejadi pencernaan protein. Makanan tidak diserap di lambung. Zat yang diserap di
lambung adalah etil alkohol dan aspirin. (Pearce Evelin C. 2009)

Makanan selanjutnya memasuki usus halus. Usus halus merupakan tempat


berlangsungnya pencernaan dan penyerapan. Usus halus di bagi menjadi tiga segmen, yaitu:

a. Duodenum (20 cm/ 8 inci): pencernaan di lumen duodenum di bantu oleh enzim-enzim
pankreas. Garam-garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak.

b. Jejenum (2,5 m/ 8 kaki)

c. Ileum (3,6 m/12 kaki)

Proses motalitas yang terjadi di dalam usus halus mencakup:


1) Segmentasi:proses mencampur dan mendorong secara perlahan kimus. Kontraksi segmental
mendorong kimus ke depan dan ke belakang. Kimus akan berjalan ke depan karena frekuensi
segmentasi berkurang seiring dengan panjang usus halus. Kecepatan segmentasi di duodenum
adalah 12 kontraksi/menit, sedangkan kecepatan segmentasi di ileum adalah 9 kontraksi/menit.
Segmentasi lebih sering terjadi di bagian awal usus halus daripada di bagian akhir, maka lebih
banyak kimus yang terdorong ke depan daripada ke belakang. Akibatnya, kimussecara perlahan
bergerak maju ke bagian belakang usus halus dan selama proses ini kimus mengalami proses
maju mundur sehingga terjadi pencampuran dan penyerapan yang optimal.

Komplek motilitas migratif: jika sebagian makanan sudah diserap maka proses segmentasi
akan berhenti dan digantikan oleh komplek motilitas migratif yang akan menyapu bersih
usus diantara waktu makan. (Abadi. 2010)

2) Usus halus mensekresikan 1,5 liter larutan garam dan mukus cair yang disebut sukus enterikus
ke dalam lumen yang fungsinya adalah (1) mukus menghasilkan proteksi dan limbrikasi; (2)
sekresi encer ini menghasilkan H2O untuk ikut serta dalam pencernaan makanan secara
enzimatik. Proses pencernaan di usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankreas. Dalam
keadaan normal, semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar
elektrolit, vitamin, dan air diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan terjadi di
duodenum dan jejenum.

Organ pencernaan yang terakhir adalah usus besar yang terdiri dari kolon, sekum,
apendiks, dan rektum. Dalam keadaan normal kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus
setiap hari. Isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat
dicerna, komponen empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Zat-zat yang tersisa untuk
dieliminasi merupakan feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum
defekasi. (Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006)

Feses akan dikeluarkan oleh refleks defekasi yang disebabkan oleh sfingter anus
internus (terdiri dari otot polos) untuk melemas dan rektum serta kolon sigmoid untuk
berkontraksi lebih kuat. Apabila sfingter anus eksternus (terdiri dari otot rangka) juga melemas
maka akan terjadi defekasi. Peregangan awal di dinding rektum menimbulkan rasa ingin buang
air besar. Ketika terjaid defekasi biasanya dibantu oleh mengejan volunter yang melibatkan
kontraksi simultan otot-otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis dalam posisi tertutup
sehingga meningkatkan tekanan intra-abdomen yang membantu pengeluaran feses. (Abadi.
2010)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,


usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari
makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan
molekul-molekul organic yang terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi.

Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan dan
berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui proses
defekasi. Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah proses mestikasi
(mengunyah). Terjadi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran
makanan yang dilakukan oleh gigi.

B. Saran
b) . Bagi Institusi Pendidikan
Diaharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah literature materi tentang
Fisiologi Sistem Pencernaan.

c). Bagi Mahasiswa


Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami dan mengerti
Fisiologi Sistem Pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA

Pearce Evelin C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gremedia
Pustaka Utama
Abadi. 2010.http://blogs.unpad.ac.id/haqsbageur/2010/03/26/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
pencernaan-manusia. Di akses tanggal 29 feb 2012
Drs. Irianto Kus. 2004. Struktur dan fungsi tubuh manusia. Jakarta : Yrama Widia

Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan.


Jakarta:EGC

http://ismed-s.blogspot.co.id/2012/04/makalah-pencernaan.html

Met. Zat Gizi ; pencernaan dan penyerapan makanan di dalam tubuh serta
beberapa gangguannya

Makanan harus mengalami berbagai perubahan di dalam saluran cerna hingga


diperoleh bentuk bentuk sederhana yang dapat diabsorpsi ke dalam darah untuk selanjutnya
diangkat oleh darah atau limfe ke sel sel tubuh. Perubahan perubahan menjadi bentuk
sederhana ini dilakukan melalui proses pencernaan di dalam saluran cerna.
Sistem pencernaan sendiri tidak dapat terlepas dari penyerapan (absorpsi) zat zat
gizi dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Untuk menggunakan nutrisi yang
terkandung di dalam setiap bahan pangan tentu diperlukan proses penyerapan. Penyerapan
sendiri terjadi di usus halus, saat makanan yang dikonsumsi telah melewati sistem pencernaan
tersebut.
Tujuan dasar dari pencernaan dan absorpsi sendiri adalah untuk mengantarkan zat gizi
esensial ke sel untuk kelangsungan hidup. Agar dapat memecah zat zat gizi esensial tersebut,
tubuh mengolah makanan melalui proses kimia dan mekanik dalam saluran cerna.
Keberhasilan pencernaan dan absorpsi bergantung pada koordinasi fungsi otot dan saraf
dinding saluran cerna, urgan saluran cerna, dan organ tambahan dalam pencernaan.
Pola makan dan pola pencernaan kita yang dimulai dari mengunyah makanan sangat
berpengaruh pada keberhasilan sistem pencernaan dalam mencerna makanan. Tidak sedikit
orang mengalami gangguan pencernaan karena pola makan yang kurang tertata serta sistem
pencernaan yang kurang terjaga. Meskipun sepele, hal semacam itu sangat berpengaruh pada
kesehatan pencernaan tubuh di kemudian hari. Semakin lama kita tidak melatih keteraturan
pola makan dan pola pencernaan, maka semakin cepat kesehatan pencernaan kita akan
terganggu. Akibat jangka panjangnya, sistem metabolisme di dalam tubuh juga akan terganggu.

A. Pencernaan
Pencernaan makanan terjadi di dalam saluran cerna yang panjangnya 8 9 meter pada orang
dewasa. Saluran cerna dimulai dari mulut, melalui esofagus, lambung, usus halus, usus besar,
rektum, dan berakhir di anus (Almatsier ; 2009). Saluran cerna dapat dikatakan berada di luar
tubuh. Zat zat gizi yang berasal dari makanan harus melewati dinding saluran cerna agar
dapat diabsorpsi ke dalam aliran darah.
Saluran cerna merupakan sistem yang sangat kompleks yang melakukan berbagai fungsi faali
: menerima, menghaluskan, dan transportasi bahan bahan yang dimakan; sekresi enzim cerna,
asam, mukus, empedu, dan bahan lain; pencernaan bahan bahan yang dimakan; absorpsi dan
transportasi produk hasil cerna; serta transpor, penyimpanan dan ekskresi produk produk sisa.
Pencernaan dilakikan melalui perubahan mekanis dan kimiawi. Secara mekanis, makanan
dihancurkan melalui proses mengunyah dan proses peristaltik. Proses mengunyah memperluas
permukaan makanan sehingga enzim pencernaan dapat bekerja lebih baik. Proses perisaltik
yaitu proses mengaduk dan mendorong makanan yyang dimungkinkan oleh gerakan kontraksi
dan relaksasi dinding saluran cerna sehingga makanan terdorong ke bawah, menambah
penghancuran makanan dalam bentuk lebih kecil dan mengaduknya dengan sekresi
pencernaan.
Secara kimiawi makanan dihancurkan oleh enzim enzim pencernaan. Enzim enzim ini
dikluarkan melalui air ludah ke mulut, melalui cairan lambung ke dalam lambung dan melalui
cairan usus halus ke dalam usus halus. Di samping itu cairan empedu yang dikeluarkan oleh
kantong empedu membantu pencernaan dan absorpsi di dalam sel sel usus halus. Asam
klorida di dalam lambung juga membantu pencernaan.
1. Anatomi saluran cerna (almatsier; 2009)
a. Mulut
Proses pencernaan dimulai dari mulut. Saat terjadi proses pengunyahan makanan, gigi
memecah makanan menjadi bagian bagian yang lebih kecil, dan makanan tersebut bercampur
dengan air ludah untuk mempermudah proses penelanan. Saat ditelan, makanan melewati
epiglotis, suatu katup yang mencegah makanan masuk melalui trakea menuju paru paru.
Makanan yang ditelan disebut dengan bolus.

b. Esofagus ke lambung
Dari mulut, bolus melalui pipa esofagus masuk ke lambung. Dinding lambung mengeluarkan
sekresi untuk keperluan pencernaan makanan. Pada pintu lambung ada sfingter kardiak yang
menutup setelah bolus masuk, sehingga makanan tidak kembali masuk ke esofagus. Bolus
dalam lambung bercampur dengan cairan lambung dan digiling halus menjadi cairan yang
dinamakan kimus (chyme). Lambung kemudian sedikit demi sedikit menyalurkan kimus
melalui sfingter pilorus ke dalam usus halus, setelah sfingter pilorus menutup.
c. Usus halus
Pada bagian atas usus halus, kimus melewati lubang saluran empedu. Cairan empedu dapat
menetes dari dua alat, yaitu kantong empedu dan pankreas. Kimus kemudian melalui tiga
bagian dari usus halus: duodenum (usus dua belas jari, jejunum (bagian usus halus sesudah
duodenum sampai ke ileum), dan ileum (ujung usus halus), yang panjangnya kurang lebih 6
meter. Sebagian besar pencernaan diselesaikan di doudenum; jejunum dan ileum terutama
berfungsi mengabsorpsi zat zat gizi.
d. Usus besar
Kimus melalui sfingter lain, yaitu katup ileosekal yang berada pada awal usus besar di bagian
kanan perut. Kimus kemudian melewati lubang lain yang menuju ke apendiks (usus buntu) dan
berjalan melalui usus besar naik (ascending colon), ke usus besar melintang (transverse colon)
dan ke usus besar turun (descending colon) ke dalam rektum.
e. Rektum
Saat kimus melalui usus besar dan menuju ke rektum, air dikeluarkan dari kimus sehingga
terdapat sisa yang semi-padat. Otot otot rektum menahan sisa makanan ini hingga saatnya
untuk dikeluarkan dari tubuh. Pada saat itu, otot rektum mengendor dan sisa makanan keluar
melalui sfingter terakhir, yaitu terbukanya anus.

2. Proses pencernaan
a. Peristaltik
Bolus dari ujung esofagus bergerak dengan gerakan peristaltik, yaitu gerakan bergelombang
yang disebabkan oleh kontraksi otot pada dinding saluran cerna yang mendorong makanan di
sepanjang saluran cerna. Gerakan gerakan ini dilakukan oleh otot otot yang melingkar dan
yang memanjang. Saat otot melingkar berkontraksi, otot memanjang akan relaksasi, dan
saluran mengecil. Sedangkan, pada kondisi yang berlawanan, saluran akan membesar.
b. Proses di dalam lambung
Lambung memiliki dinding paling tebal dan otot paling kuat dibandingkan dengan bagian
pencernaan lainnya. Lambung juga memiliki lapisan otot diagonal yang secara bergantian
melakukan kontraksi dan relaksasi. Saat ketiga otot tersebut menekan kimus ke bawah, sfingter
pilorus tetap tertutup rapat untuk mencegah kimus masuk ke doudenum. Hal ini berakibat
kimus diaduk dan ditekan ke bawah, mengenai sfingter pirolus, tetapi tetap berada di lambung.
c. Segmentasi
Alat pencernaan tidak saja mendorong, akan tetapi secara periodik juga memeras isisnya
sepanjang saluran, sehingga memungkinkan getah pencernaan dan sel sel dinding usus
bersentuhan baik dengan saluran cerna.
d. Kontraksi sfingter
Ada empat jenis otot sfingter yang membagi saluran cerna ke dalam bagian bagian utama.
Otot otot ini mencegah terjadinya arus balik isi saluran cerna. Sfingter kardiak mencegah isi
lambung kembali ke esofagus. Sfingter pirolus mencegah isi usus kembali ke lambung dan
menjaga agar bolus tinggal cukup lama di dalam lambung untuk memungkinkan pencampuran
yang baik dengan getah lambung dan menjadikannya lebih halus. Pada ujung usus halus ada
sfingter ileosekal yang berfungsi mengosongkan isi usus halus ke dalam usus besar.

3. Gangguan kesehatan saluran pencernaan


Sistem pencernaan yang tidak sesuai / tidak terkontrol dengan baik, dapat berdampak buruk
pada kesehatan alat pencernaan di dalam tubuh. Efeknya, dapat mengakibatkan munculnya
gangguan pada sistem pencernaan tubuh. Beberapa gangguan gangguan pencernaan menurut
Anderson, 2001 :

a. Gigi busuk dan napas berbau


Salah satu munculnya napas berbau ialah keadaan gigi yang kurang diperhatikan. Gigi yang
membusuk dapat menjadi faktor dari munculnya napas yang berbau. Pembusukan pada akar
akar gigi mengakibatkan abses di dalam gusi dengan nanah yang busuk baunya, sehingga napas
yang keluarpun beraroma tidak sedap.
Selain itu, bau busuk yang timbul juga dapat disebabkan karena kuman kuman pembusuk
yang berada di dalam lubang lubang tak kasat mata yang berada di dalam gigi.
Napas yang tidak sedap juga dapat disebabkan karena lambung mengalami peradangan,
sehingga makanan kurang dicernakan dengan sempurna.
b. Kesulitan untuk menelan
Suatu tumor, seperti pada kelenjar gondok yang mudah menjadi besar, atau gondok nadi pada
aorta, ataupun kanker, dapat mengganggu proses menelan yang normal. Gumpalan makanan
sering menyumbat saluran makanan sehingga harus dikeluarkan melalui sebuah pembuluh
panjang yang disebut oesophagoscope. Kesulitan menelan kadang kadang terjadi sesudah
menderita penyakit tertentu seperti polio, diphtheria, syphilis, atau bermacam macam bentuk
keracunan, ketagihan minuman keras, histeria, dan adanya gangguan pikiran.
c. Gangguan pencernaan (Indigesto)
Orang yang menderita gangguan pencernaan mengeluh karena menderita banyak penyakit,
seperti perasaan mual, nyeri ulu hati, sakit perut bagian atas, dan perut gembung, atau merasa
kepenuhan di dalam perut sesudah makan. Perasaan tidak enak ini sering timbul karena makan
terlalu cepat atau karena makanan tidak dikunyah dengan baik. Kesulitan kadang kadang
disebabkan oleh kurangnya gigi. Gangguan gangguan emosi dan ketegangan pikiran yang
hebat juga menjadi sebab sebab yang biasa untuk rasa perut gembung dan gangguan
pencernaan.
d. Gastritis
Gastritis adalah peradangan pada selaput lendir lambung. Penyakit ini menyebabkan timbul
keluhan keluhan seperti nyeri, hilang nafsu makan, mual, muntah muntah, sakit kepala, dan
pening. Penyakit ini kadang kadang terjadi sesudah penyakit campak, diphtheria, radang paru
paru oleh virus, dan thypus abdominalis.
e. Ulcus Peptikum
Ulcus peptikum adalah penyakit berbentuk borok atau erosi pada selaput lendir yang melapisi
semua saluran pencernaan. Penyakit ini lebih sering terjadi di dalam lambung, usus 12 jari,
maupun ujung bawah kerongkongan. Penyakit ini sering terjadi pada orang dengan kandungan
HCl di dalam lambungnya tinggi.
f. Diare
Apabila kimus dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering
dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare
antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding
usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga
terjadi dehidrasi.
g. Konstipasi (sembelit)
Sembelit terjadi jika kimus masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak
diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang
mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.
h. Tukak lambung
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika
pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan
permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung
menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut.
Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.

B. Absorpsi
1. Anatomi sistem absorpsi
Absorpsi zat zat gizi terutama terjadi pada permukaan usus halus. Usus halus yang
panjangnya kurang lebih enam meter dan diameter kurang lebih 2,5 cm, mempunyai luas
permukaan 200 m2. Usus halus berbentuk lipatan lipatan. Tiap lipatan memiliki ribuan jonjot
jonjot yang dinamakan vili. Sebuah vili terdiri atas ratusan sel yang masing masing
mempunyai bulu yang sangat halus, dinamakan mikrovili. Di dalam celah celah antar vili
terdapat kripta kripta berupa kelenjar yang mengeluarkan getah getah usus ke dalam saluran
usus halus.
2. Sistem absorpsi
Vili secara terus menerus dalam keadaan bergerak. Tiap vilus dilapisi oleh lapisan otot yang
sangat tipis. Tiap molekul zat gizi yang ukurannya cukup kecil untuk diserap, terjadi di dalam
mikrovili dan diserap ke dalam sel. Pada tiap vili terdapat pembuluh pembuluh darah dan
pembuluh pembuluh limfe yang berasal dari sistem peredaran darah dan sistem limfe, yang
merupakan sistem transportasi zat zat gizi.
Saluran cerna bekerja secara selektif. Bahan yang dibutuhkan tubuh dipecah dalam bentuk yang
dapat diserap dan diangkut ke seluruh tubuh, dan bahan yang tidak digunakan dikeluarkan dari
tubuh.
3. Cara absorpsi
Absorpsi merupakan proses yang sangat kompleks dan menggunakan empat cara : pasif,
fasilitatif, aktif, dan fagositotis.
Absorpsi pasif trejadi bila zat gizi diabsorpsi tanpa menggunakan alat angkut atau energi.
Absorpsi fasilitatif menggunakan alat angkut protein untuk memindahkan zat gizi dari saluran
cerna ke sel yang mengabsorpsi. Absorpsi aktif menggunakan alat angkut protein dan energi.

C. Pengaturan pencernaan dan absorpsi


Proses pencernaan dan absorpsi berlangsung dengan cara sangat terkoordinasi. Struktur saluran
cerna dan cara kerjanya memungkinkan pemecahan makanan menjadi unit unit sangat halus
dan pengantaran produknya ke seluruh tubuh.
1. Hormon hormon saluran cerna dan sistem saraf
Ada dua sistem yang mengatur sistem pencernaan dan penyerapan, yaitu sistem hormon dan
sistem saraf. Isi saluran cerna merangsang atau menghambat sekresi pencernaan dengan
memberi pesan yang disampaikan hormon dan sistem saraf dari satu bagian cerna ke bagian
lain. Pengaturannya dilakukan melalui mekanisme umpan balik.
2. Pengaturan pH lambung
Pemeliharan pH lambung antara 1,5 1,7 dilakukn oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh
sel sel dinding lambung. Masuknya makanan ke dalam lambung merangsang sel sel pada
dinding lambung untuk mengeluarkan gastrin. Gastrin merangsang sel sel kelenjar lambung
lain untuk mengeluarkan cairan hidroklorida. Bila pH mencapai 1,5 asam klorida
menghentikan pengeluaran gastrin, sehingga produksi hidroklorida ikut terhenti, dan lambung
tidak menjadi terlalu asam.
Pengaturan lain adalah reseptor saraf di dalam dinding lambung. Reseptor ini bereaksi terhadap
kehadiran makanan dengan cara merangsang kelenjar lambung untuk mengeluarkan cairannya
dan otot untuk melakukan kontraksi. Pada saat lambung mengosongkan diri, reseptor tidak lagi
terangsang, pengeluaran cairan lambung diperlambat dan kontraksi lambung diperlambat.
3. Pengaturan pembukaan sfingter pilorus
Pengaturan pembukaan dan penutupan sfingter pilorus dilakukan sebagai berikut : bila sfingter
pilorus relaksasi, kimus yang bersifat asam masuk dari lambung ke usus halus. Keasaman yang
ditimbulkan berakibat pada penutupan sfingter dengan rapat. Masuknya bikarbonat dari
pankreas yang menjadikan medium di sekitar sfingter menjadi basa, membuat otot sfingter
kembali relaksasi.
Saluran pencernaan sangat peka terhadap kondisi lingkungan. Hal ini banyak
dipengaruhi oleh faktor faktor gaya hidup, seperti tidur, istirahat, aktivitas fisik, dan keadaan
emosional. Tidur dan istirahat dapat menjadi salah satu cara untuk pemeliharaan dan perbaikan
jaringan jaringan, serta pengeluaran sisa sisa yang dapat mengganggu fungsi saluran cerna.
Aktivitas fisik berpengaruh pada kekencangan otot saluaran cerna, sedangkan keadaan mental
berpengaruh pada aktivitas hormon dan urat saraf yang mempengaruhi pencernaan dan
absorpsi. Pada saat makan, dibiasakan makan dengan tenang dan rileks untuk mrmbantu proses
pencernaan supaya tetap mampu menghsilkan hormon hormon secara maksimal dan proses
mencerna berjalan dengan lancar.
Faktor lain yang juga mempengaruhi pencernaan dan absorpsi adalah jenis makanan
yang dikonsumsi. Makanan yang dikonsumsi harus seimbang, beragam, dan berkecukupan.
Dengan pengaturan pola hidup yang baik, resiko terkena gangguan sistem pencernaan
akan semakin rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anderson, Clifford R. 2001. Petunjuk Modern Kepada Kesehatan. Bandung: Indonesia
Publishing House.

http://apriliaitp.blogspot.co.id/2012/08/pencernaan-dan-penyerapan-makanan-di.html

Anda mungkin juga menyukai