Anda di halaman 1dari 2

Penatalaksanaan

Bila kita mencurigai adanya reaksi anafilaksis segera bertindak dan jangan ditunggu-
tunggu. Salah seorang penulis mengatakan Do not wait until it is fully developed
artinya segeralah bertindak.

Apakah yang harus kita lakukan bila berhadapan dengan penderita syok anafilaksis?

A. Posisi : Segera penderita dibaringkan pada posisi yang nyaman


/comfortable dengan posisi kaki ditinggikan (posisi trendelenberg), dengan
ventilasi udara yang baik dan jangan lupa melonggarkan pakaian.

B. Airways : Jaga jalan nafas dan berikan oksigen nasal/mask 5-10


I/menit, dan jika penderita tak bernafas disiapkan untuk intubasi.

C. Intravena access : Pasang IV line dengan cairan NacL 0,9% / Dextrose


5% 0,5-1 liter/30 menit

D. Drug : Epinefrin / Adrenalin adalah drug of choice pada syok


anafilaksis dan diberikan sesgera mungkin jika mencurigai syok
anafilaksis (TD sistolik turin < 90 MmHg). Namun harus hati-hati dengan
penderita yang dalam sehari-hari memang hipotensi.

Untuk itu perlunya dilakukan pemeriksaan TD sebelum dilakukan


tindakan.

Dosis : 0,3-0,5 ml/cc Adrenalin/Epinefrin 1 : 1000 diberikan IM (untuk


anak-anak dosis : 0,01 ml/KgBB/.dose dengan maksimal 0,4 ml/dose).

Bila anafilaksis berat atau tidak respon dengan pemberian dengan cara SK/IM
pemberian Epinefrin/adrenalin dapat langsung melalui intavena atau intratekal
(bila pasien sudah dilakukan intubasi melalui ETT) dengan dosis 1-5 ml (Epi 1 :
10.000, dengan cara membuatnya yaitu mengencerkan epinefrin 1 ml 1: 1000
dengan 10 ml NaCl). Dapat diulang dalam 5-10 menit. Jika belum ada respons
diberikan adrenalin perdip dengan dosis ug/menit (cara membuat : 1 mg Epinefrin
1: 1000 dilarutkan dalam DX5% 250 cc).

Selain pemberian Epi/Adrenalin pemberian antihistamin ternyata cukup efektif


untuk mengontrol keluhan yang ditimbulkan pada kulit atau membantu
pengobatan hipotensi yang terjadi. Dapat diberikan antihistamin antagonist H1
yaitu Dipenhidram dengan dosis 25-50 mg IV (untuk anak-anak 2 mg/KgBB) dan
bila dikombinasikan dengan antagonis H2 ternyata lebih superioar yaitu denagn
Ranitidin dosis 1 mg/kgbb IV atau dengan Cimetidine 4 mg/kgbb IV pemberian
dilakukan secara lambat.
Pemberian golongan kortikosteroid dapat diberikan walaupun bukan first line
therapy. Obat ini kurang mempunyai efek untuk jangka pendek, lebih berefek
untuk jangka panjang. Dapat diberikan Hidrokortison 250-500 mg IV atau metal
prednisolon 50-100 mg IV.

Bila terdapat bronkospasme yang tak respon dengan adrenalin dapat diberikan
aminophylin dengan dosis 6 mg/KgBB dala 50 ml NaCL 0.9% diberikan secara Iv
dalam 30 menit.

Bila penderita menunjukan tanda-tanda perbaikan hrus diobservasi minimal 6 jam


atau dirujuk ke RS bila belum menujukan respons.

Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya reaksi anfilaksis, sebelum tindakan perlu dilakukan :

1. Lakukanlah anamnesa adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan atau


adanya riwayat atopik lainnya ( seperti riwayat asma bronkiale, eksim atau
riwayat urtikaria dll.)

Adanya obat-obat yang memberi reaksi silang perlu diwaspadai seperti


sesorang yang alergi terhadap aspirin, maka dia juga kemungkinan alergi
terhadap obat-obat yang mempunyai efek antiprostaglandin. Psien-pasien
yang tidak tahan terhadap golongan sepalosporin.

2. Jelaskan kepada penderita bila merasakan adanya rasa yang aneh setelah
dilakukan penyuntikan agar segera memberitahu untuk dapat
mengantisipasi terhadap kemungkinan adanya reaksi anafilaksis (jangan
didiamkan saja)

3. Diperlukan adanya emergency kit diruangan tempat dilakukan tindakan


yang terdiri dari obat-obat : adrenalin/epinefrin, dipenfidramin, ranitidine
tau cimetidine, dexametason, infuse Nacl/Dx5% dan infuse set.

4. Bila kita meragukan penderita terhadap kemungkinan terjadinya reaksi


anafilaksis setelah tindakan observasi selama 30 menit setelah tindakan.

5. Jangan lupa mengukur TD sebelum tindakan untuk mengetahui baseline


TD sebelum tindakan.

Anda mungkin juga menyukai