id
SKRIPSI
MULKI RAKHMAWATI
G0007110
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Delima Merah
(Punica granatum) terhadap Jumlah dan Hitung Jenis Leukosit pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus) yang Dipapar Gelombang Elektromagnetik Ponsel
MULKI RAKHMAWATI, G0007110, Tahun 2011
Pembimbing Utama
Nama :Isna Qadriyati, dr., M. Kes.
NIP : 19670130 199603 2 001 .........................................
Pembimbing Pendamping
Nama : Lilik Wijayanti, dr., M. Kes
NIP : 19690305 199802 2 001 ..........................................
Penguji Utama
Nama : Dr. Hartono, dr., M.Si
NIP : 19650727 199702 1 001 ...........................................
Anggota Penguji
Nama : Enny Ratna S., drg.
NIP : 19521103 198003 2 001 ...........................................
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
Mulki Rakhmawati
NIM : G0007110
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorik the post test
only control group design. Hewan uji yang digunakan berjumlah 32 ekor tikus putih
jantan yang dibagi dalam 4 kelompok perlakuan : (1) Kelompok kontrol; (2)
Kelompok yang dipapar gelombang elektromagnetik ponsel 4 jam/ hari selama 14 hari
; (3) Kelompok yang dipapar gelombang elektromagnetik ponsel 4 jam/ hari selama 14
hari dan diberi ekstrak kulit buah Delima Merah sebelum dan selama pemaparan
sebanyak 50mg/ kgBB dan (4) Kelompok yang dipapar gelombang elektromagnetik
ponsel 4 jam/ hari selama 14 hari dan diberi ekstrak kulit buah Delima Merah
sebelum, selama dan sesudah pemaparan sebanyak 50 mg/ kgBB. Penelitian ini
berjalan selama 41 hari dan berakhir dengan pengambilan darah melalui sinus orbitalis
tikus putih jantan. Sampel darah kemudian diberi EDTA, lalu dihitung jumlah dan
hitung jenis leukositnya di Laboratorium Patologi Klinik FK UNS, Surakarta. Data
yang diperoleh diolah secara statistik diuji dengan uji t tidak berpasangan
menggunakan SPSS for Windows release 16.0. Signifikansi yang digunakan adalah
p < 0,05.
Hasil Penelitian: Pemberian ekstrak kulit buah delima merah (Punica granatum)
menunjukkan penurunan jumlah leukosit dibanding kelompok yang hanya dipapar
gelombang elektromagnetik. Pemberian ekstrak kulit buah delimah merah pun
menunjukkan penurunan untuk eusinofil, limfosit, dan monosit, sedangkan untuk
neutrofil, pemberian ekstrak buah delima merah (Punica granatum) menunjukkan
kenaikan dibanding kelompok yang hanya dipapar gelombang elektromagnetik.
Analisis menggunakan uji t tidak berpasangan menunjukkan hasil signifikan antara
kelompok P1 dan P3 serta antara kelompok P2 dan P3 untuk jumlah leukosit, tetapi
tidak signifikan antara kelompok lain. Sedangkan hasil uji t tidak berpasangan
menunjukkan hasil tidak signifikan untuk semua kelompok hitung jenis leukosit.
Simpulan Penelitian: Simpulan penelitian ini adalah pemberian ekstrak kulit buah
Delima Merah dapat menurunkan jumlah leukosit yang dipapar gelombang
elektromagnetik ponsel secara signifikan (p < 0,05), tetapi tidak ada perbedaan
bermakna pada hitung jenis leukosit (p > 0,05).
Kata kunci: Gelombang elektromagnetik ponsel, kulit buah delima merah, leukosit,
hitung jenis leukosit commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Objective: To examine the effect of red pomeganate (Punica ganatum) peel extract
with leukocyte count and different count rats exposed to mobile phone
electromagnetic radiation.
Methode: This study was a laboratory experimental post test only control group
design. The subjects used were 32 male rats divided into 4 goups: (1) Control group;
(2) Exposed mobile phone electromagnetic radiation group 4 hour/ day for 14 days;
(3) Exposed mobile phone electromagnetic radiation group 4 hour/ day for 14 days
with red pomeganate peel extract 50mg/kgweight pre and during exposed; (4) Exposed
mobile phone electromagnetic radiation group 4 hour/ day for 14 days with red
pomeganate peel extract 50mg/kg weight pre, during, and post exposed. After 41 days,
blood was collected in clean tube with EDTA from orbitalis sinus rats. Blood used for
leukocyte count and different count in Patology Clinic Laboratory, Faculty of
Medicine Sebelas Maret University. The data obtained were statistic analyzed by
independent t test using SPSS Progamme for Microsoft Windows release 16.0.
Significance was set at p < 0,05.
Result: Extending red pomeganate (Punica granatum) peel extract showed decrease
the leukocyte count than only exposed to mobile phone electromagnetic radiation
group. Extending red pomeganate (Punica granatum) peel extract showed decrease for
eusinophyle, limphocyte, monocyte, whereas for neutrophyle, extending red
pomeganate (Punica granatum) peel extract showed increase than only exposed to
mobile phone electromagnetic radiation group. Statistical analyses with independent t
test showed that the result was significant between group P1 and P3 and between
group P2 and P3 of leukocyte count, but insignificant for the other group. Whereas
independent t test showed that result was insignificant between all group of different
count.
Conclusion: The experiment result showed that red pomeganate peel extract can
significantly decrease the leukocyte count rats exposed to mobile phone
electromagnetic radiation (p < 0,05), but insignificant for different count (p > 0,05).
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
.PRAKATA
Segala sesuatu yang penulis lakukan dalam upaya menyusun skripsi ini tentunya
tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,SpPD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M. Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian
Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Isna Qadriyati, dr.,M. Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan pengarahan bagi penulis.
4. Lilik Wijayanti, dr., M. Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis.
5. DR. Hartono, dr., M.Si., selaku Penguji Utama yang telah memberikan
masukan dan saran dalam melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
6. Enny Ratna S., drg., selaku Anggota Penguji yang telah memberikan saran dan
masukan bagi penulis.
7. Tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan pelayanan dan kemudahan dalam pelaksanaan skripsi.
8. Seluruh dosen, karyawan, karyawati, dan teman-teman seperjuangan di
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan,
sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Mulki Rakhmawati
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Gelombang Elektromagnetik Ponsel ...... 5
2. Sel Darah Putih (Leukosit) ......... 9
3. Kulit Buah Delima Merah .. 12
4. Tikus Putih ......... 15
5. Pengaruh Gelombang Elektromagnetik Ponsel terhadap
Leukosit ............................ 16
6. Hubungan Gelombang Elektromagnetik Ponsel dengan
Mekanisme Pertahanan Ekstrak Kulit Buah Delima Merah .. 18
B. Kerangka Pemikiran ...... 19
C. Hipotesis .... 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 20
B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 20
C. Subjek Penelitian ............................................................................... 20
D. Teknik Sampling ................................................................................ 20
commit to user
E. Rancangan Penelitian ......................................................................... 21
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 15b. Hasil Uji Shapiro-Wilk Jenis Neutrofil pada Setiap Kelompok
yang Datanya Telah Ditransformasi ............................................. 67
Lampiran 16. Hasil Uji Levenes dan Uji t Tidak Berpasangan Jumlah Neutrofil
Kelompok K dan P1 .................. 68
Lampiran 17. Hasil Uji Levenes dan Uji t Tidak Berpasangan Jumlah Neutrofil
Kelompok K dan P2 .................. 69
Lampiran 18. Hasil Uji Levenes dan Uji t Tidak Berpasangan Jumlah Neutrofil
Kelompok K dan P3 .................. 70
Lampiran 19. Hasil Uji Levenes dan Uji t Tidak Berpasangan Jumlah Neutrofil
Kelompok P1 dan P2 ..................... 71
Lampiran 20. Hasil Uji Levenes dan Uji t Tidak Berpasangan Jumlah Neutrofil
Kelompok P1 dan P3 ................. 72
Lampiran 21. Hasil Uji Levenes dan Uji t Tidak Berpasangan Jumlah Neutrofil
Kelompok P2 dan P3 ..................... 73
Lampiran 22a. Hasil Uji Shapiro-Wilk Jenis Limfosit pada Setiap Kelompok .... 74
Lampiran 22b. Hasil Uji Shapiro-Wilk Jenis Limfosit pada Setiap Kelompok
yang Datanya Telah Ditransformasi .............................................. 74
Lampiran 23a. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok K dan P1 ...... 75
Lampiran 23b. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok K dan P2 ...... 75
Lampiran 23c. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok K dan P3 ...... 75
Lampiran 23d. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok P1 dan P2 ..... 76
Lampiran 23e. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok P1 dan P3 ..... 76
Lampiran 23f. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok P2 dan P3 ..... 76
Lampiran 24a. Hasil Uji Shapiro-Wilk Jenis Monosit pada Setiap Kelompok ..... 77
Lampiran 24b. Hasil Uji Shapiro-Wilk Jenis Monosit pada Setiap Kelompok
yang Datanya Telah Ditransformasi ............................................. 77
Lampiran 25a. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok K dan P1 ...... 78
Lampiran 25b. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok K dan P2 ...... 78
Lampiran 25c. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok K dan P3 ...... 78
Lampiran 25d. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok P1 dan P2 ..... 79
commit
Lampiran 25e. Hasil Uji Mann Whitney to Limfosit
Jenis user Kelompok P1 dan P3 ..... 79
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 25f. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Limfosit Kelompok P2 dan P3 ... 79
Lampiran 26. Surat Keterangan Kelaikan Etik .................................................... 80
Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian ........................................ 81
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan ponsel pada beberapa tahun terakhir meningkat sangat pesat. Suatu
studi yang telah dilakukan oleh lembaga penelitian Research On Asia Group (ROA)
juta pada akhir tahun 2006 dan akan tumbuh menjadi 94,7 juta pada tahun 2007. Pada
tahun 2010, angka pengguna telepon seluler di Indonesia pun diprediksikan mencapai
angka 133 juta. Dengan kata lain, sekitar separuh dari seluruh populasi negeri ini yang
diperkirakan mencapai 250 juta jiwa, merupakan pengguna telepon seluler. Dengan
demikian, Indonesia pun akan menempati peringkat ketiga pasar telepon seluler
Di Afrika, Eropa, Timur Tengah, dan Asia, provider ponsel memakai frekuensi
900MHz dan 1800 MHz. Sedikit operator memakai frekuensi DCS-1800 dan GSM-
1800. GSM 900 MHz dipakai secara lebih luas di berbagai daerah (Rappaport, 2002)
Peningkatan jumlah pemakai ponsel membuat banyak sekali orang terpapar oleh
pertanyaan terkait efek biologis dan konsekuensi kesehatan, terutama pada pemaparan
dalam jangka waktu yang panjang. Saat ini, hubungan antara risiko kanker dan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2
ponsel, secara kuantitas relatif kecil namun bila jarak antara ponsel dengan kepala
tidak boleh diabaikan. Hal ini disebabkan intensitas radiasi elektromagnetik yang
diterima oleh materi akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, artinya makin
dekat dengan sumber radiasi (ponsel) akan makin besar radiasi yang diterima
(Wardhana, 2000).
komputer, microwave oven, telepon seluler dengan terjadinya kanker dan leukemia
Liboh et al. tahun 1984 dalam Mansyur (1998) pada penelitiannya melihat
adanya peningkatan sintesis DNA pada kultur fibroblas manusia yang terpapar
gelombang elektromagnetik. Melihat hasil penelitian Cadossi et al. tahun 1992 dalam
Mansyur (1998) berupa peningkatan proliferasi limfosit, diduga hal ini selain sejalan
dengan peningkatan sintesis DNA, dan bila tidak terkendali mengarah pada terjadinya
keganasan.
luar tubuh. Namun, penggunaan antioksidan sintetik dewasa ini mulai mendapat
perhatian serius karena ada yang bersifat merugikan. Oleh karena itu pengembangan
antioksidan yang berasal dari alam, yang relatif lebih mudah didapat dan aman,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3
Salah satu sumber antioksidan alami yang banyak diteliti adalah buah delima
merah. Buah delima merah diketahui mengandung senyawa polifenol yang berkhasiat
Bagian pohon delima merah seperti buah, kulit, dan akarnya mempunyai rasa yang
sepat. Rasa yang sepat ini merupakan tanda bahwa di dalam bagian tanaman tersebut
Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Lansky (2007) tentang kandungan
pada buah delima merah meliputi quercetin, kaempferol, luteolin, dan derivat-
derivatnya, salah satu atau semuanya. Kandungan polifenol delima merah terdiri dari
memberikan kulit buah dan daging buah berwarna merah, serta tannin larut air seperti
punicalagin, pedunculagin, punicalin, gallagic, dan asam ellagic ester dari glukosa,
sebagai antioksidan banyak terdapat pada kulit buah yakni sekitar 26% (Ferlina,
2009).
Ekstrak buah delima merah terbukti secara in vitro memiliki efek antioksidan yang
kuat dan dapat bersifat kemopreventif dan kemoterapis pada sel kanker prostat yang
Karena beberapa hal yang telah penulis paparkan di atas, penulis tertarik untuk
meneliti pengaruh pemberian ekstrak kulit buah delima merah (Punica granatum)
terhadap jumlah dan hitung jenis leukosit pada tikus (Rattus norvegicus) yang dipapar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4
B. Perumusan Masalah
Adakah pengaruh pemberian ekstrak kulit buah delima merah (Punica granatum)
terhadap jumlah dan hitung jenis leukosit pada tikus (Rattus norvegicus) yang dipapar
C. Tujuan Penelitian
ekstrak kulit buah delima merah (Punica granatum) terhadap jumlah dan hitung jenis
leukosit pada tikus (Rattus norvegicus) yang dipapar gelombang elektromagnetik 900
MHz.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
pemberian kulit buah delima merah (Punica granatum) terhadap jumlah dan
hitung jenis leukosit pada tikus (Rattus norvegicus) yang dipapar gelombang
selanjutnya.
2. Manfaat Aplikatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
medan magnetik dan medan listrik. Kedua medan ini bergetar dalam arah yang
saling tegak lurus. Medan magnetik dan medan listrik pembentuk gelombang
dengan arah getarnya. Bidang listrik terhasil dari perbedaan pada voltase: semakin
tinggi voltase, semakin kuat bidang yang terhasil. Bidang magnetik pula terhasil
apabila arus listrik mengalir: semakin besar arus, semakin kuat bidang magnetik
sejenis radiasi yang termasuk cahaya tampak, gelombang radio, sinar gamma dan
atau emisi energi yang bila melalui suatu media dan terjadi proses penyerapan,
berkas energi radiasi tersebut tidak akan mampu menginduksi terjadinya proses
ionisasi dalam media tersebut. Istilah radiasi non pengion secara fisika mengacu
pada radiasi elektromagnetik dengan energi lebih kecil dari 10 eV yang antara lain
commit to user
meliputi sinar ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang mikro
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id6
didefinisikan sebagai penyebaran atau emisi energi yang bila melalui suatu media
dan terjadi proses penyerapan, berkas energi tersebut akan mampu menginduksi
terjadinya proses ionisasi dalam media tersebut. Termasuk dalam kelompok radiasi
pengion adalah sinar-x dan sinar gamma (Alatas dan Lusiyanti, 2003).
energi fotonnya, radiasi non pengion dapat dibagi atas dua kelompok besar yaitu
radiasi optik dengan panjang gelombang antara 100 nm sampai 1 mm dan radiasi
Lusiyanti, 2003).
Secara umum sistem yang digunakan telepon seluler terbagi menjadi dua yaitu
800 MHz, 900 MHz, dan 1800 MHz, dan Code Division Multiple Acces (CDMA),
rentangan frekuensi yang digunakan oleh ponsel, maka gelombang yang digunakan
Radiasi tidak dapat dilihat, dirasa atau diketahui keberadaannya oleh tubuh,
akibat panas yang timbul saat interaksi antara energi gelombang mikro dengan
materi biologik, disebut efek thermal. Efek ini berbahaya karena terutama merusak
mata dan testis yang relatif sangat sensitf terhadap kenaikan suhu jaringan (Alatas
Efek non thermal yang ditemukan pada para pekerja yang secara kronik
penciuman (olfactory). Gejala klinik yang timbul antara lain bradikardi, hipotensi,
hipertiroid, dan peningkatan tingkat histamin darah. Pada kelompok pekerja yang
berada di medan gelombang mikro dijumpai pula efek subjektif seperti sakit
kepala, lelah, pusing, tidur tidak nyenyak, perasaan takut, tegang, depresi mental,
daya ingat kurang baik, nyeri pada otot dan daerah jantung dan susah bernafas
tersebut lemah dan perlu dukungan penelitian laboratorium (Alatas dan Lusiyanti,
2003).
promosi dan progresi. Inisiasi tumor dianggap sebagai hasil kerusakan genetik
tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa pajanan menginduksi perubahan genetik
maka tampaknya pajanan tidak memberikan efek baik inisiasi rnaupun konversi.
Tidak adanya efek pada struktur kromosom menunjukkan bahwa jika medan
inisiator, dengan meningkatkan laju proliferasi sel terubah secara genetik daripada
menyebabkan kerusakan awal pada DNA atau kromatin (Alatas dan Lusiyanti,
2003).
melalui efek epigenetik dari medan ini seperti perubahan pada jalur cell signalling
atau pada ekspresi gen. Laporan tentang efek terhadap permukaan sel yang
mungkin berhubungan dengan progresi tumor sangat spekulatif. Oleh karena itu,
sampai saat ini tidak ada mekanisme yang jelas menerangkan pengaruh
2003).
frekuensi ekstrim rendah sebenarnya terlalu kecil untuk dapat menyebabkan efek
biologi. Akan tetapi, dengan adanya radiosensitivitas berbagai sel yang membentuk
jaringan organ tubuh dan dihubungkan dengan dosis paparan yang mungkin
normal sel darah putih adalah 4000-10000/mm3 . Lima jenis sel darah putih yang
telah diidentifikasi dalam darah perifer adalah neutrofil, eisonofil, basofil, monosit
dan limfosit. Ketiga jenis pertama adalah granulosit artinya terdapat granula di
2006)
a. Jenis Leukosit
mempunyai fungsi fagosit lemah yang tidak dipahami secara jelas, Eusinofil
Monosit memiliki fungsi fagosit, membuang sel-sel cidera dan mati, fragmen-
fragmen sel, dan mikroorganisme. Sedangkan limfosit dibagi menjadi dua jenis
Neutrofil berdiameter 12-15 mm memiliki inti yang khas padat terdiri dari
commit to user
atas sitoplasma pucat di antara 2 sampai 5 lobus dengan rangka tidak teratur dan
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
Monosit berdiameter 16-20 mm dan memiliki inti besar di tengah oval atau
biru pucat dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberi rupa
kasar dan berwarna lebih merah gelap (karena protein basa) dan jarang terdapat
lebih dari tiga lobus inti. Basofil hanya kadang-kadang terlihat dalam darah tepi
normal. Basofil memiliki banyak granula sitoplasma yang menutupi inti dan
Limfosit hanya berdiameter 10 mm, tapi sekitar 10% limfosit yang beredar
merupakan sel yang lebih besar dengan diameter 12-16mm. Intinya yang gelap
berbentuk bundar atau agak berlekuk dengan kelompok kromatin kasar dan
berbatas tidak tegas. Sitoplasmanya berwarna biru langit dan dalam kebanyakan
sel terlihat sebagai bingkai halus sekitar inti (Hoffbrand and Pettit, 2006).
Tabel 2. Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis Normal Tikus Putih (Rattus
Novergicus)
Leukosit Jumlah
Leukosit total 6-18 x 103/mm3
Neutrofil 14-20%
Limfosit 69-86%
Monosit 1-6%
Eusinofil 1-4%
Basofil Langka
(Mangkoewidjojo dan John Smith, 1988)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Sel- sel stem ini selain membentuk sel darah merah , juga membentuk
dua silsilah utama sel darah putih, silsilah mielositik (pada bagian bawah)
yang dimulai dengan mieloblas sedangkan pada bagian atas terdapat silsilah
jaringan limfoid di mana saja dalam tubuh seperti sumsum tulang dan plak
darah putih ini muncul, berbagai macam faktor akan menyebabkan leukosit
berbagai area jaringan limfoid, kecuali sejumlah kecil limfosit yang diangkut
Delima merah atau Punica granatum adalah salah satu pohon kecil atau semak
Arabia, Afghanistan dan bagian dari Pakistan. Berbagai bagian pohon delima
b. Nama lokal
antara lain disebut delima oleh Melayu di Sumatera, glima (Aceh), glineu
(Madura), jeliman (Sasak), talima (Bima), dila dae lok (Roti), lele kase dan
rumu (Timor), dan sedang di daerah Kisar disebut dilimene (Yuniarti, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
c. Morfologi
Berupa perdu atau pohon kecil dengan tinggi 2-5 m. Batang berkayu,
cokelat ketika masih muda, dan hijau kotor setelah tua. Daun tunggal,
sampai lanset, pangkal lancip, ujung tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip,
permukaan mengilap, panjang 1-9 cm, lebar 0,5-2,5 cm, warnanya hijau
(Dalimartha, 2007).
Bunga tunggal bertangkai pendek, keluar dari ujung ranting atau ketiak
daun yang paling atas. Biasanya terdapat satu sampai lima bunga, warnanya
merah, putih atau ungu. Berbunga sepanjang tahun. Buahnya buah buni
bentuknya bulat dengan diameter 5-12 cm, warna kulitnya beragam seperti
keras, tersusun tidak beraturan, warnanya merah, merah jambu atau putih
(Dalimartha, 2007).
Masyarakat sudah banyak menggunakan kulit buah (shi lu pi) untuk sakit
perut karena cacing, buang air besar mengandung darah dan lendir (disentri
amoeba), diare kronis, perdarahan (wasir berdarah, muntah datah, batuk darah,
4. Tikus Putih
Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan salah satu spesies tikus yang
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Subclassis : Placentalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Species : Rattus norvegicus (Sugiyanto, 1995)
kesehatan, antara lain: suhu, kelembaban, radiasi, kecepatan angin, polusi udara,
Hampir setiap jenis stres fisik dan psikologis dalam waktu beberapa menit
saja sudah dapat meningkatkan sekresi ACTH dan akibatnya sekresi kortisol juga
2004). Pengaruh respon stres pada fungsi sistem imun terjadi melalui peptida
sekresi kortisol. Semua leukosit mempunyai reseptor untuk kortisol, maka kortisol
dapat memodulasi sistem imun sehingga jumlah leukosit berubah (Putra, 2005)
untuk ACTH. In vitro, ACTH menghambat produksi sitokin parakrin seperti IL-4
dan IL-5 yang diperlukan untuk diferensiasi sel B. ACTH merangsang produksi
Pengaruh respon stres pada fungsi sistem imun terjadi melalui peptida
2005). Selain itu, CRF dapat ditangkap langsung oleh reseptor CRF-R1 limfosit,
Sistem saraf simpatis juga mencegah beberapa aktivitas sistem imun. Sel T
ekspresi reseptor tersebut akan menghasilkan sel T yang tidak dapat bermigrasi ke
Ekstrak delima merah terbukti secara in vitro memiliki antioksidan yang kuat
dan dapat bersifat kemopreventif dan kemoterapis pada sel kanker prostat yang
senyawa yang bersifat antiproliferatif maupun yang toksik terhadap sel. Senyawa tersebut
mungkin berupa senyawa fenolik yang selain bersifat antiproliferatif yaitu dengan
menghambat sintesis DNA, juga dapat bersifat toksik yaitu dengan bereaksi dengan
pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat (Gan dan Nafrialdi, 2007).
Selain itu, diduga mekanisme efek penghambatan terhadap proliferasi sel yang
diberi perlakuan ekstrak kulit delima merah ini mirip dengan efek penghambatan dari
pengobatan dengan cara kemoterapi. Pemberian ekstrak tersebut mempunyai sifat toksik
yaitu adanya kontak langsung sel dengan zat aktif ekstrak. Zat aktif ekstrak tersebut akan
masuk ke dalam sistem aliran darah dan bertemu dengan sel yang sedang proliferasi
sehingga dapat memberikan sifat toksik. Toksisitas tersebut dapat berupa pemecahan
dinding sel, sitoplasma sel, inaktivasi DNA sel, serta inaktivasi senyawa-senyawa yang
meningkatkan pertahanan tubuh sel seperti sitokin dan limfokin (Seeram et al., 2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Hipotalamus (CRF)
Korteks Adrenal
Sintesis Sekresi Sekresi
Epinephrine Norepinephrine
Sekresi
Mitosis Sel Kortisol
Antiproliferasi dan
pro-apoptosis
Kulit buah
: memicu delima merah
: menghambat
C. Hipotesis
Ada pengaruh pemberian ekstrak kulit buah delima merah (Punica granatum)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar dengan
umur kurang lebih 2 bulan jenis kelamin jantan dan berat 200 gram yang
Yogyakarta.
D. Teknik Sampling
sampling. Setiap subjek penelitian diberi nomor urut terlebih dahulu kemudian
ditulis pada secarik kertas dan dimasukkan ke dalam kotak untuk dikocok.
Kemudian diambil satu per satu kertas itu sejumlah ukuran sampel yang dikehendaki
tanpa memasukkan kembali kertas yang telah terambil. Setiap subjek yang nomor
20
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Sampel akan dibagi menjadi empat kelompok secara random. Besar sampel tiap
kelompok dihitung dengan rumus Federer seperti yang ditulis oleh Sastrosupadi
(n-1)(t-1) > 15
(n-1)(4-1) > 15
3n > 18
n >6
Keterangan:
t = jumlah kelompok
diperlukan adalah 6 ekor tikus putih untuk setiap kelompok. Maka di sini peneliti
memakai 8 tikus dalam tiap kelompok. Sehingga besar sampel yang digunakan adalah
32 ekor tikus.
E. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan The Post Test Only Control Group
K HK
P1 HP1
Sampel tikus
32 ekor Bandingkan
diadaptasi P2 HP2 dengan uji
selama 7 hari statistik
P3 HP3
commit to user
Gambar 2. Rancangan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
K = Kelompok kontrol, tanpa diberi ekstrak kulit buah Delima Merah maupun
gelombang elektromagnetik ponsel.
P1 = Kelompok perlakuan I, dipapar gelombang elektromagnetik ponsel selama 4
jam setiap hari pada pukul 7.00 sampai 11.00 selama 14 hari. Lama
pemaparan mengacu pada penelitian oleh Mailankot dkk (2009) yang
dimodifikasi.
P2 = Kelompok perlakuan II, diberi ekstrak kulit buah delima merah peroral 50
mg/Kg BB tikus/hari selama 10 hari sebelum pemaparan dan selama
pemaparan gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik
dipaparkan pada hari ke 11 sampai hari ke 24 selama 4 jam setiap hari pada
pukul 7.00 sampai 11.00. Waktu pagi berdasarkan Ganiswarna (1995),
mengatakan bahwa hormon kortisol tinggi ketika pagi.
P3 = Kelompok perlakuan III, diberi ekstrak kulit buah delima merah peroral 50
mg/Kg BB tikus/hari selama 10 hari sebelum pemaparan, selama pemaparan,
dan 10 hari sesudah pemaparan gelombang elektromagnetik. Paparan
gelombang elektromagnetik ponsel diberikan mulai hari ke 11 sampai hari ke
24 selama 4 jam setiap hari pada pukul 7.00 sampai 11.00
HK = Perhitungan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada tikus putih
kelompok kontrol.
HP1 = Perhitungan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada tikus putih
kelompok perlakuan I.
HP2 = Perhitungan jumlah jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada tikus putih
kelompok perlakuan II.
HP3 = Perhitungan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit pada tikus putih
kelompok perlakuan III.
3. Variabel luar
jenis ponsel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
Ekstrak kulit delima merah dibuat dengan ekstraksi ethanol dengan dosis 50
mg/kgBB mengacu pada penelitian Toklu dkk. (2009). Tikus pada kelompok
Kelompok perlakuan I dan kontrol tidak diberikan ekstrak delima. Skala yang
2. Variabel terikat
(Gandasoebrata, 2001).
dan John Smith, 1988). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
3. Variabel Luar
1) Genetik
ini dapat dikendalikan dengan cara menggunakan tikus dari strain yang
BR2. Pemberian makanan buatan pallet BR2 dan air minum pada
3) Jenis Kelamin
Jumlah leukosit pada jantan dan betina berbeda. Oleh karena itu
4) Jenis Ponsel
leukosit. Penelitian ini menggunakan jenis ponsel yang sama, jenis GSM
1) Hormonal
tertentu, misalnya dalam keadaan sakit, stres, dan hipoksia. Faktor ini
2) Stres
1. Alat
dan minum.
g. Pipet
h. Mikroskop
j. Sonde lambung
commit to user
k. Object glass dan cover glass
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
2. Bahan
c. EDTA
d. Larutan Turk
f. Aquades
I. Cara Kerja
1. Persiapan Percobaan
a. Sampel
Sampel adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar dengan umur
kurang lebih 2 bulan jenis kelamin jantan dan berat 200 gram. Kemudian
teknik simple random sampling. Setiap subjek penelitian diberi nomor urut
terlebih dahulu kemudian ditulis pada secarik kertas dan dimasukkan ke dalam
kotak untuk dikocok. Kemudian diambil satu persatu kertas itu sejumlah
telah terambil. Setiap subjek yang nomor urutnya terambil menjadi anggota
terlindung dari cahaya matahari sambil diaduk sesekali setiap hari. Ekstrak
ekstrak kulit buah Delima Merah adalah pasta atau semisolid. Dosis yang
50 mg
Dosis 1 ekor tikus = x 200 gram BB = 10 mg
1000 gr BB
Volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada tikus adalah
Bila dosis tiap tikus adalah 10 mg maka volume ekstrak yang diberikan
lama pemberian, maka ekstrak kulit buah delima yang dibutuhkan selama
penelitian adalah:
unsur aktif ekstrak kulit delima merah tidak berubah atau memburuk
kualitasnya.
c. Ponsel
tikus. Setiap kelompok satu ponsel. Ponsel ditelepon selama 4 jam/hari pada
pukul 7.00 sampai 11.00 selama 14 hari pada kelompok P1, P2, dan P3.
d. Kandang Pemaparan
Hewan coba ditempatkan dalam kandang yang terbuat dari kayu dengan
luas 3600 cm2 (60 x 30 x 30 cm). Setiap kandang dapat menampung setiap
2. Pelaksanaan Percobaan
Pada minggu I, keempat kelompok perlakuan diberi pellet BR2 dan air
PAM agar semua tikus dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Pada minggu
berasal dari ponsel selama 4 jam setiap hari selama 14 hari. Kelompok P2 dan P3
diberi ekstrak buah Delima Merah terlebih dahulu selama 10 hari, kemudian pada
Delima Merah tetap diteruskan. Setelah pemaparan, pemberian ekstrak kulit buah
pemberian ekstrak buah Delima Merah masih diteruskan sampai 10 hari setelah
pemaparan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
papan bilik Improved Bauer dan pembacaan hemogram leukosit darah dengan
tetap pada garis 0,5. Memegang pipet dengan arah 45o dan memasukkan
3) Mengangkat pipet dari cairan, menutup ujung pipet dengan ujung jari,
4) Mengocok pipet selama 15-30 detik. Setelah itu, menaruh pipet secara
horizontal.
7) Mengocok pipet yang telah dipersiapkan tadi selama 3 menit secara terus
menerus.
8) Membuang semua cairan yang ada di dalam batang kapiler pipet (3-4
tetes) dan segera menyentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 30o pada
kapilaritasnya sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
dapat mengendap.
11) Menghitung leukosit yang terdapat dalam keempat bidang, dari sudut ke
Cara Hitung :
Jadi :
0,4 mm3 = 20 n
n = 1/50 mm3
1 mm3 = 50 n leukosit
1) Mengambil darah dengan pipet, lalu menaruh pada pinggir kanan object
tetesan darah tadi dan menggerakkan ke kanan, maka tetesan darah akan
Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel pada kelompok yang tidak
berpasangan dengan data berupa data numerik maka dilakukan uji t tidak
distribusi data. Data yang diperoleh harus berdistribusi normal (nilai p > 0,05) sebagai
syarat uji t tidak berpasangan. Namun, jika ternyata hasil Uji Shapiro Wilk
menunjukkan hasil distribusi data tidak normal, maka uji hipotesis yang dipakai
adalah salah satu jenis tes nonparametrik yang sesuai, yaitu uji Mann Whitney.
Varians data diuji menggunakan uji Levenes. Varians data boleh sama (p >
0,05), boleh juga berbeda (p < 0,05). Untuk menentukan nilai significancy (p) pada
uji t tidak berpasangan terlebih dahulu dilihat hasil significancy pada kotak uji
Levenes. commit
Bila varians data sama (p >to 0,05),
user maka untuk melihat uji t tidak
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
Sedangkan bila varians data berbeda (p < 0,05), maka untuk melihat uji t tidak
berpasangan memakai hasil pada baris kedua (equal variances not assumed). Nilai p <
0,05 berarti terdapat pengaruh ekstrak kulit buah Delima Merah (Punica ganatum)
terhadap jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit tikus putih (Rattus norvegicus).
Sedangkan nilai p > 0,05 menunjukkan tidak ada pengaruh ekstrak kulit buah delima
merah (Punica ganatum) terhadap jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit tikus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data rasio yaitu jumlah
leukosit dan hitung jenis leukosit yang dihitung dari tiap sampel darah
hewan uji. Kemudian dicari rerata untuk setiap kelompok perlakuan. Hasil
B. Analisis Data
1. Jumlah Leukosit
bahwa distribusi kelompok tersebut adalah normal. Berikut ini hasil uji
7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
data pada lampiran 7 sampai lampiran 12, disajikan dalam tabel 7. Untuk
hasil uji Levenes p > 0,05, berarti varians data kelompok tersebut sama.
Oleh karena itu, hasil uji t yang dipakai adalah Equal Variances Assumed
(EVA). Sedangkan jika hasil uji Levenes p < 0,05, berarti varians data
kelompok tersebut berbeda. Sehingga, hasil uji t yang dipakai adalah Equal
Tabel 8. Hasil Uji Levenes dan Uji t Tidak Berpasangan Jumlah Leukosit
t test sig.
Levenes test sig. EVA EVNA
K P1 0,016 0,734 0,735
K P2 0,001 0,770 0,758
K P3 0,03 0,317 0,3
P1 P2 0,349 0,923 0,920
P1 P3 0,727 0,041 0,038
P2 P3 0,362 0,011 0,013
Keterangan :
EVA = Equal variances assumed
EVNA = Equal variances not assumed
a. Eusinofil
jenis eusinofil tidak semua kelompok p > 0,05, yaitu pada kontrol.
b. Neutrofil
tidak semua kelompok p > 0,05, yaitu pada kelompok P1. Karena
15b.
Tabel 11. Hasil Uji Shapiro-Wilk Jenis Neutrofil pada Setiap Kelompok
Kelompok Perlakuan p p trans
K 0,133 0, 556
P1 0,027 0, 530
P2 0,1 0,133
P3 0,647 0, 535
uji hipotesis yang dipakai dalam kondisi ini adalah uji t tidak
Tabel 12. Hasil Uji Levenes dan Uji t Tidak Berpasangan Hitung Neutrofil.
Levenes test sig. t test sig.
EVA EVNA
K P1 0,643 0,854 0,854
K P2 0,289 0,152 0,143
K P3 0,049 0,121 0,113
P1 P2 0,698 0,094 0,088
P1 P3 0,211 0,069 0,064
P2 P3 0,063 0,992 0,992
c. Limfosit
tidak semua kelompok p > 0,05, yaitu pada kelompok P1. Karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
lampiran 22 a dan 22 b.
Tabel 13. Hasil Uji Shapiro-Wilk Jenis Limfosit pada Setiap Kelompok
Kelompok Perlakuan p p trans
K 0,165 0,078
P1 0,041 0,01
P2 0,49 0,042
P3 0,387 0,416
adalah 0,01 dan 0,042, berarti distribusi data tetap tidak normal.
dipakai uji Mann Whitney. Berikut ini hasil uji Mann Whitney
d. Monosit
commit
tidak semua kelompok p >to0,05,
user yaitu pada kelompok K, P2, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Tabel 15. Hasil Uji Shapiro-Wilk Jenis Monosit pada Setiap Kelompok
Kelompok Perlakuan p p trans
K 0,01 0,001
P1 0,099 0,052
P2 0,01 0,001
P3 0,02 0,019
adalah 0,01, 0,01, dan 0,019, berarti distribusi data tetap tidak
akan dipakai uji Mann Whitney. Berikut ini hasil uji Mann
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN
A. Jumlah Leukosit
stres fisik dan berefek pada jumlah leukosit, meski tidak bermakna secara
fase alarm reaction, dimana sel masih bisa bertahan menghadapi stressor.
2005; Elyana, 2005; Supardi, 2003; Guyton and Hall, 1997) yang
proinflamasi seperti IL-1, IL-2, IL-6, TNF-, dan IFN oleh sel imun tubuh.
commit40to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
untuk sekresi ACTH. Kemudian ACTH ditangkap oleh sel di korteks adrenal
(SSO) dan merusak sistem imun. Sistem saraf parasimpatis juga memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
dari 3 fase. Fase pertama adalah fase alarm reaction, yang analog dengan
mekanisme fight or flight. Pada fase ini tubuh berusaha untuk bertahan dari
stressor melalui sistem endokrin. Fase kedua adalah fase stage of resistance.
Pada fase ini tubuh berusaha untuk bertahan dan beradaptasi dengan stressor.
Fase terakhir adalah stage of exhaustion. Fase ini dimulai ketika sistem imun
ekstrak kulit buah delima merah selama dan setelah paparan dengan dosis 50
dengan kelompok kontrol tetapi tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
Hasil uji t tidak berpasangan jumlah leukosit pada pada kelompok P1 dan
signifikan.
Hasil uji t tidak berpasangan jumlah leukosit pada pada kelompok P1 dan
ekstrak kulit buah delima merah selama dan sesudah paparan dengan dosis
dengan kelompok yang hanya diberi ekstrak delima selama pemaparan dan
elektromagnetik ponsel. Hal ini sesuai dengan pendapat Manian et al. (2000)
dan Negi et al. (2003) bahwa aktivitas penghambatan radikal bebas sangat
Kulit buah delima merah yang selama ini tidak pernah dimanfaatkan
yang dilakukan oleh Ricci et al. (2006) menunjukkan bahwa aktivitas ekstrak
ekstrak yang tidak memakai botol berwarna gelap yang steril dan kedap
udara, sehingga kualitas zat aktif ekstrak kulit buah delima merah kurang
terjaga dengan baik. Dan sebaiknya menggunakan pelarut non polar. Diduga
membantu dalam efek penghambatan proliferasi sel, karena zat aktif larut
pada etanol yang sifatnya polar. Pelarut air dan methanol, pelarut non polar,
proliferasi sel dibanding ekstrak dengan pelarut yang lain. Ini disebabkan
proliferasi sel diduga larut dalam pelarut polar dan sulit larut pada pelarut
ditunjukkan oleh ekstraksi dengan pelarut non polar mungkin disebabkan oleh
terhadap sel. Senyawa tersebut mungkin berupa senyawa fenolik yang selain
bersifat toksik yaitu dengan bereaksi dengan membran sel sehingga membran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
(Yuana, 1998).
Nafrialdi, 2007). Sel yang sedang berada pada tahap proliferasi lebih peka
antiproliferatif yang dimiliki oleh bahan pangan lain seperti anggur merah,
blueberry, cranberry, teh hijau, dan teh hitam (Seeram et al., 2008). Selain itu,
perlakuan ekstrak kulit delima merah ini mirip dengan efek penghambatan
mempunyai sifat toksik yaitu adanya kontak langsung sel dengan zat aktif
ekstrak. Zat aktif ekstrak tersebut akan masuk ke dalam sistem aliran darah
dan bertemu dengan sel yang sedang proliferasi sehingga dapat memberikan
al., 2008)
hasil Uji t tidak berpasangan untuk kelompok K dan P1 neutrofil dan Uji
menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak ada perbedaan bermakna. Selain
itu, neutrofil, eusinofil, limfosit, dan monosit yang ditemukan adalah sel-sel
dan monosit kelompok K dan P1. Hal ini bisa disebabkan karena sifat
dan P3. Namun, hasil Uji t tidak berpasangan untuk seluruh kelompok
neutrofil dan Uji Mann Whitney untuk seluruh kelompok limfosit, eusinofil,
dan monosit menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak ada perbedaan
bermakna.
terpapar tapi tidak diberi ekstrak dengan yang diberi ekstrak, hal ini diduga
terjadi karena limfosit adalah sel imun yang bekerja aktif ketika stres fisik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
A. Simpulan
Simpulan penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian ekstrak kulit buah Delima
Merah (Punica granatum) terhadap jumlah leukosit tikus putih (Rattus novergicus)
yang dipapar gelombang elektromagnetik ponsel dengan hasil bermakna (p < 0,05).
Namun, untuk hitung jenis leukosit, tidak ada perbedaan bermakna (p > 0,05).
B. Saran
antioksidan.
yaitu disimpan dalam botol berwarna gelap yang steril dan kedap udara.
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Z. dan Lusiyanti, Y. 2003. a. Efek Kesehatan Radiasi Non Pengion pada
Manusia. Cermin Dunia Kedokteran. 138 :34-40.
Alatas, Z. 2003. b. Indikator Biologik Kerusakan Tubuh Akibat Pajanan Radiasi. Cermin
Dunia Kedokteran. No. 138: 415.
Athena, A.T.T., dan Sujur, S. O.S. 2000. Kuat Medan Listrik dan Medan Magnet pada
Peralatan Rumah Tangga dan Kantor. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 27 No. 01 :
170-9
Darmawan, A., Sundowo, A., Fajriah, S., Artanti, N. 2004. Uji Aktivitas Antioksidan dan
Toksisitas Ekstrak Metanol Beberapa Jenis Benalu. Pusat Penelitian Kimia
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kawasan PUSPIPTEK, Serpong
Tangerang. pp: 7-8
commit
Gan, S. dan Nafrialdi. 2007. Antikanker dantoImunosupresan.
user Di dalam Gan, S (ed. 5)
Farmakologi dan Terapi., hal 732-756. FK-UI, Jakarta.
48
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th. pp:439-91.
Hoffbrand A. V., J.E. Pettit. 2006. Kapita Selekta Haematlogi. 2nd. Jakarta : EGC. pp
102-5
Kim, N.D.R., Mehta, W.Y.I., Neeman, T., Livney, A., Amichay, D., Poirier, P., Nicholls,
A., Kirby, W., Jiang, R., Mansel, C., Ramachandran, T., Rabi, B., Chalpan, E.,
Lansky. 2002. Chemopreventive and Adjuvant Therapeutic Potential of
Pomegranate (Punica Granatum) From Human Breast Cancer. Breast Cancer
Research and Treatment 71: 203-17.
Kolomytseva. 2002. Supression of Nonspesific Resistance f the Body under the Effect of
Extremely High Freuency Electromagnetic Radiation of Low Intensity. Biofizika.
47(1): 71-7
Kulkarni, A.P., Aradhya S.M., dan Divakar, S. 2004. Isolation and Identification of a
Radical Scavenging Antioxidant-Punicalagin from Pith and Carpellary Membran of
Pomegranate Fruit. Food Chemistry 87: 551-7.
Lansky E.P. dan Newman. 2007. Punica granatum (Pomegranat) and Its Potensial for
Prevention and Treatment If Iflammation and Cancer. J. Ethnofarmacol .
109(2):177-206.
Mailankot M., Kunnath A.P., Jayalekshmi H., Koduru B., Valsalan R. 2009.
Radiofrequency Electromagnetic Radiation (RF-EMR) from GSM (0.9/1.8 GHz)
Mobile Phones Induces Oxidative Stress and Reduce Sperm Motility In Rats.
Clinics. 64 (6): 561-5
Malik, A., F. Afaq, S. Safaraz, V.M. Adhami, D.N. Syed, dan H. Muckhtar. 2005.
Pomegranate Fruit Juice for Chemoprevention and Chemotherapy of Prostate
Cancer. PNAS, 102: 14813-818.
Manian, R., Nagarajan, A., Perumal, S., Sellamuthu, M. 2000. The Antioxidant Activity and Free
Radical Scavenging Potential of Two Different Solvent Extracts of Camellia sinensis (L.) O.
Kuntz, Ficus bengalensis L. and Ficus racemosa L. Food Chemistry 107: 10007.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
Maschevich, M., Dan, F., Amit, K., Alexander, B., Rafi, K., Eli, J., Lydia, A. 2003.
Exposure of Human Peripheral Blood Lymphocytes to Electromagnetic Fields
Associated with Cellular Phones Leads to Chromosomal Instability. 24: 82-90
Negi, P.S., Jayaprakasha, G.K, Jena, B.S. 2003. Antioxidant and Antimutagenic Activities of
Pomegranate Peel Extract. Food Chemistry 80: 393-7
Rahman, A. 2007. Analisis Kandungan Antioksidan dari Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) dan Uji Aktivitasnya pada Asam Oleat.
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=76579 (4 Maret 2010)
Rappaport, T.S., 2002. Wireless Communications: Principles and Practices, 2nd Ed.
Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. p: 554.
Ricci, D., Giamperi, L., Bucchini, A., Fraternale, D. 2006. Antioxidant Activity of
Punica granatum Fruits. Fitoterapia 77: 310-2
Sarafino, E. P. 1994. Health Psychology. USA. John Wiley and Sons Inc, pp: 73 81
Seeram, N.P., Aviram, M., Zhang, Y., Henning, S.M., Feng, L. Dreher, M., Heber, D.
2008. Comparison of Antioxidant Potency of Commonly Consumed Polyphenol-
Rich Beverages in the United States. Journal of Agriculture and Food Chemistry.
56: 1415-22
Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT. ARKANS
Entertaiment & Education in Harmony. pp : 60-5
Sugiyanto. 1995. Petunjuk Praktikum Farmasi Edisi IV. Laboratorium Farmasi dan
Taksonomi UGM. pp: 2-11
Supardi, A., dan Al Rosid, H. 2003. Pengaruh Perubahan Konfigurasi Saluran Transmisi
Terhadap Intensitas Magnet. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 3 (2). Pp 41-4.
Toklu H.Z., Seherli O., Ozyurt H., Mayadagli A.A., Eksioglu-Demiralp E., Cetinel S.,
Sahin H., Yegen, B.C., Dumlu M.U., Gokmen V., Sener, G. 2009. Punica Granatum
Peel Extract Protects Against Ionizing Radiation-Induced Enteritis And Leukocyte
Apoptosis In Rats. J Radiat Res. 50: 345-353.
Wiryawan, I.G.N.S. dan Wahyuniari, I.A.I. 2009. Ekstrak Biji Klabet Menurunkan
Jumlah Sel Spermatozoa Pada Kelinci. Jurnal Veteriner. 10 (2): 71-6
Wiryowidagdo, S. 2007. Delima (Punica granatum L.) Obat Tradisional Indonesia yang
Merupakan Sumber Antioksidan. http://www.isfinational.or.id/pt-isfi-
penerbitan/126/474-delima-punica-granatum-l-obat-tradisional-indonesia.html (25
Maret 2010)
Yasoubi P., Barzegarl, M., Sahari, M.A., Azizi, M.H. 2007. Total Phenolic Content and
Antioxidant Activity of Pomegranate (Punica granatum L) Peel Extracts. J.Agric.Sci.
Technol. 9: 35-42.
Yuana. 1998. Pengaruh Ekstrak Jahe Terhadap Proliferasi Sel Limfosit dan Beberapa
Alur Sel Kanker secara in vitro. Skripsi. Fateta. IPB Bogor. pp : 11-3.
Yurekli A.O.M., Kalkan T., Saybasili H. 2006. GSM Base Station Electromagnetic
Radiation and Oxidative Stress in Rats. Electromagnetic Biology and Medicine.
25:177-88.
commit to user