Ketua Penyunting
Perminas Pangeran
Dewan Penyunting
Erni Ekawati (Universitas Kristen Duta Wacana)
I Putu Sugiartha Sanjaya (Universitas AtmaJaya)
Jogiyanto Hartono (Universitas Gadjah Mada)
Mahatma Kufepaksi (Universitas Lampung)
Murti Lestari (Universitas Kristen Duta Wacana)
Asisten Penyunting
Eka Adhi Wibowo
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan (JRAK) terbit sejak Februari 2005. Terbit dua kali setahun
pada bulan Februari dan Agustus. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, kajian analitis
kritis dan tinjauan buku dalam bidang Akuntansi dan Keuangan. Penyunting menerima tulisan
yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik dengan format seperti tercantum
pada Pedoman Penulisan Artikel yang terlampir di halaman belakang.
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.......(Pasaribu, Kowanda & Arief )
Dionysia Kowanda
(dion@staff.gunadarma.ac.id)
Akhmad Arief
Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma
ABSTRACT
The objectives of this study are examine the influence of environmental performance, good corporate
governance mechanism and earning management on Corporate Social Responsibility Disclosure. The
population used in this study was companies that listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2009-
2013. Samples were selected using purposive sampling method and there are 24 manufacture
companies were able to fulfil the criteria. The analysis method of this reaserch use multiple linear
regression. Data used are secondary data from Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market
Directory, and menlh.go.id. The result of this reasearch found that environmental performance,
public ownership and earning management have insignificant influence to Corporate Social
Responsibility Disclosure. board of commissioners, independence of commissioner, and managerial
ownership have significantly influence on the disclosure of Corporate Social Responsibility
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kinerja lingkungan, mekanisme tata kelola
perusahaan yang baik dan manajemen laba terhadappengungkapan tanggung jawab sosial
Perusahaan.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) di 2009-2013.Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling dan ada 24 perusahaan manufaktur yang mampu memenuhi kriteria.Teknik analisis yang
digunakan adalah regresi linier berganda.Data yang digunakan adalah data sekunder dari Bursa
Efek Indonesia, Direktori Pasar Modal Indonesia, dan menlh.go.id. Hasil penelitian menyatakan
bahwa kinerja lingkungan, kepemilikan publik dan manajemen laba memiliki pengaruh signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Secara parsial, dewan komisaris,
independensi komisaris, dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Kata kunci: tanggung jawab pengungkapan sosial, kinerja lingkungan, mekanisme good corporate
governance, manajemen laba.
1
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
lingkungan dan cara dalam mengatasi dampak- Corporate Social Responsibility menjadi salah
dampak tersebut. Tekanan dari berbagai pihak satu nilai tambah ataupun pertimbangan untuk
memaksa perusahaan untuk menerima para investor dalam mengambil keputusannya
tanggung jawab atas dampak aktivitas untuk berinvestasi.
bisnisnya terhadap masyarakat.Perusahaan Dewasa ini dunia usaha tidak lagi hanya
dihimbau untuk bertanggung jawab terhadap melihat nilai perusahaan yang dilihat dengan
pihak yang lebih luas dari pada kelompok kondisi keuangannya saja yang merupakan
pemegang saham dan kreditur saja (Permana tanggungjawab perusahaan yang sering
dan Raharja, 2012). Dalam merespon tuntutan dikenal dengan single bottom line namun
dari berbagai pihak tersebut maka perusahaan sudah mencakup kondisi keuangan, sosial dan
berusaha mengungkapkan segala bentuk aspek lingkungan yaitu tanggungjawab
pertanggung jawabannya terhadap sosial perusahaan lainnya yang disebut triple botom
maupun lingkungan dalam bentuk line. Di Indonesia penerapan CSR
pengungkapan tanggung jawab sosial atau mendapatkan respon baik dari pemerintah
Corporate Social Responsibility Disclosure Indonesia dengan dikeluarkannya undang-
(CSRD) dimana dalam pengungkapan tersebut undang no.40 tahun 2007 tentang Perseroan
diterangkan mengenai kegiatan apa saja yang Terbatas dan mewajibkan perseroan yang
telah perusahaan lakukan dalam upaya bidang usahanya dibidang atau terkait dengan
menganggulangi dampak sosial dari aktifitas bidang sumber daya alam untuk melaksanakan
yang dilakukan perusahaan. Untoro dan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Zulaikha (2013) mengartikan CSR merupakan Undang-undang tersebut diperkuat dengan
bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap kebijakan pemerintah yaitu Peraturan
lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47
tanggung jawab lingkungan dengan tidak Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial
mengabaikan kemampuan perusahaan. Alasan Dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam
perusahaan dalam mengungkapkan CSR-nya penelitian ini perusahaan yang menjadi sorotan
bukan hanya karena keadaan mendesak adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan
terhadap tanggungjawab pada lingkungan manufaktur dianggap sebagai perusahaan yang
sekitar namun pelaksanaan CSR telah kegiatannya mengolah bahan mentah menjadi
dijadikan strategi dalam menarik dukungan barang jadi sehingga dalam aktivitas
stakeholder dalam menjalankan usahnya pengolahannya tersebut selain menghasilkan
karena pelaksanaan CSR dapat meningkatkan produk tentunya akan menghasilkan limbah
nilai maupun image perusahaan. Disamping itu ataupun polusi sehingga perusahaan
Corporate Social Responsibility dapat manufaktur memiliki tanggung jawab yang
digunakan perusahaan untuk melegitimasi lebih besar dalam menjaga lingkungan dan
aktivitas perusahaan di kalangan masyarakat dalam melaksanakan tanggung jawab sosial
sekitar. Maksud dari melegitimasi adalah tersebut perusahaan harus menginformasikan
masyarakat akan menerima segala aktifitas segala upaya yang telah dilakukannnya dalam
perusahaan karena perusahaan telah menaati laporan tahunannya berupa pengungkapan
segala peraturan dan telah mengikuti nilai-nilai tanggung jawab sosial.
yang dipegang oleh masyarakat sekitar Perusahaan dalam mengungkapkan
sehingga masyarakat dapat menerima tanggung jawab sosial tidak terlepas dari
perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut pelaksanakan kinerja lingkungan yang baik.
penting dalam memperoleh kepercayaan dari Perusahaan biasanya akan mengungkapkan
masyarakat maupun para investor. Dalam kualitas kinerja lingkungan tersebut untuk
survei Reputation Institute (perusahaan memberikan bukti bahwa perusahaan telah
konsultan di New York) tahun 2012, diyatakan berkontribusi dalam hal sosial dan lingkungan.
bahwa sebesar 42% pandangan masyarakat Sejalan dengan teori legitimasi, menyatakan
terhadap suatu perusahaan didasari oleh bahwa teori legitimasi memfokuskan pada
persepsi mereka mengenai tanggung jawab interaksi antara perusahaan dengan
sosial perusahaan (Smith, 2012 dalam masyarakat. Dengan legitimasi yang diberikan
Yawenas, Tan dan Sutanto, 2013). Sehingga masyarakat maka dengan kata lain masyarakat
dapat dikatakan bahwa Pengungkapan telah merestui keberadaan perusahaan tersebut
2
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.......(Pasaribu, Kowanda & Arief )
karena telah menaati peraturan yang ada dan laba) akan mengungkapkan lebih banyak
berkontribusi kepada lingkungan sekitar. informasi kepada stakeholders. Sehingga
Untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia, perusahaan yang mengurangi praktik
kinerja lingkungan dapat dilihat dari Program manajemen laba akan lebih transparan atau
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam mengungkapkan informasi aktivitas
Pengelolaaan Lingkungan Hidup atau perusahaan sebaliknya perusahaan yang
PROPER. PROPER merupakan program yang melakukan manajemen laba akan mengurangi
dicetuskan oleh Kementrian Lingkungan pengungkapan informasi. Menurut Utama
Hidup sejak tahun 2002. Diharapkan dengan (2007) dalam Wahyu dan Apriwenni (2012),
program tersebut peran perusahaan dalam praktik dan pengungkapan Corporate Social
pelestarian lingkungan akan semakin terlihat. Responsibility (CSR) merupakan konsekuensi
Dalam PROPER kinerja lingkungan logis dari implementasi konsep serta prinsip
perusahaan diukur dengan menggunakan Good Corporate Governance, yang
warna mulai dari yang terbaik emas, hijau, menyatakan bahwa perusahaan perlu
biru, merah hingga yang terburuk hitam dan memperhatikan kepentingan stakeholders-nya,
akan diumumkan setiap periode oleh sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin
kementerian lingkungan hidup. kerja sama yang aktif dengan stakeholders-nya
Pengungkapan tanggung jawab sosial demi kelangsungan hidup jangka panjang
perusahaan digunakan sebagai alat komunikasi perusahaan. Adanya mekanisme struktur
perusahaan kepada stakeholder, yaitu corporate governance ini dapat mengurangi
mengenai keadaan perusahaan dan asimetri informasi karena adanya satu
kepentingan perusahaan.dalam suatu kepentingan antara pemilik perusahaan dan
perusahaan perlu adanya penyatuan manajemen.Good corporate governance itu
kepentingan antara pemilik perusahaan dan sendiri dianggap dapat mengatasi konflik
manajemen. Penyatuan kepentingan tersebut keagenan. Menurut Organization for
bertujuan untuk menghindari terjadinya Economic Cooperation ad Development
asimetri informasi antara pemilik perusahaan (OECD) dalam Paramita dan Marsono (2014),
dan manajemen sehingga informasi mengenai pengelolaan perusahaan yang sesuai dengan
data keuangan berupa laba dapat GCG adalah pengelolaan yang menerapkan
dipertanggungjawabkan.Asimetri informasi prinsip-prinsip GCG, yaitu kewajaran,
terjadi karena adanya konflik keagenan antara transparansi, akuntabilitas, pertanggung-
manajemen dengan pemilik perusa- jawaban. Dalam Pedoman Umum Good
haan.konflik keagenan merupakan pemisahan Corporate Governance Indonesia, khususnya
kepentingan antara pemilik perusahaan dan dalam prinsip responsibilitas, secara jelas
manajemen perusahaan (Tarzeghi, 2012). dinyatakan, Perusahaan harus mematuhi
Pemilik menginginkan pengembalian yang peraturan perundang-undangan serta
cepat dan besar atas investasi yang dilakukan. melaksanakan tanggungjawab terhadap
Manajemen menginginkan kompensasi masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
ataupun bonus dari para pemilik karena kinerja terpelihara kesinambungan usaha dalam
dalam meghasilkan laba. Sehingga pada suatu jangka panjang dan mendapat pengakuan
kondisi perusahaan dimana pengawasannya sebagai good corporate citizen. Hal tersebut
lemah bisa saja dimanfaatkan oleh pihak agen menunjukkan bahwa ada hubungan yang
untuk memanipulasi data mengenai laba terkait antara corporate governance dengan
perusahaan seolah-olah perusahaan mengalami corporate social responsibility (Paramita et.
keuntungan yang padahal rugi ataupun al. 2014). Dalam mekanisme good corporate
mengalami penurunan laba. Kegiatan yang governance dapat dilihat dari beberapa aspek
dilakukan agen tersebut sering disebut dengan diantaranya Ukuran dewan komisaris,
manajemen laba. Imhoff dan Thomas (1994) kepemilikan manajerial, saham publik, dewan
dalam djuitiningsih dan marsyah (2012) komisaris independen, pemilikan saham asing,
menyatakan bahwa perusahaan dengan metode kualitas audit dan lain sebagainya. Dalam
akuntansi yang lebih konservatif (dalam penelitian ini menitik beratkan pada
penelitian ini diproksikan dengan perusahaan kepemilikan perusahaan dan ukuran dewan
yang terlibat untuk mengurangi manajemen komisaris.Sehingga mekanisme corporate
3
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
governance yang dipilih adalah ukuran dewan atau perusahaan publik, tidak mempunyai
komisaris, dewan komisaris independen, saham baik langsung maupun tidak langsung
kepemilikan publik dan kepemilikan dengan emiten atau perusahaan publik, tidak
manajerial. mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten
Ukuran Dewan komisaris sebagai organ atau perusahaan publik, dan tidak memiliki
perusahaan bertugas dan bertanggung jawab hubungan usaha baik langsung maupun tidak
secara kolektif untuk melakukan pengawasan langsung yang berkaitan dengan kegiatan
dan memberikan nasihat kepada direksi serta usaha emiten atau perusahaan publik.
memastikan bahwa perusahaan melaksanakan Komisaris independen bertujuan meningkat-
Good Corporate Governance (KNKG, 2006) kan prinsip dewan komisaris dalam
dalam (Paramita et. al. 2014). Dalam bertugas pengawasan mekanisme good corporate
dewan komisaris bertanggung jawab terhdap governance yaitu menitik beratkan kepada
RUPS.Pertanggung jawaban Dewan Komisaris tujuan perusahaan diatas apapun. Komposisi
kepada RUPS merupakan perwujudan dewan komisaris independen yang semakin
akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan besar dapat mendorong dewan komisaris untuk
perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip- bertindak objektif dan mampu melindungi
prinsip GCG.Dewan komisaris dalam urutan seluruh stakeholders sehingga hal ini dapat
manajemen merupakan tingkatan tertinggi mendorong pengungkapan CSR lebih luas.
setelah pemegang saham. Paramita et. al. Kepemilikan publik menggambarkan
(2014), semakin besar ukuran dewan bahwa perusahaan telah siap dimonitori baik
komisaris, maka pengalaman dan kompetensi dari segi keuangan maupun non keuangan oleh
kolektif dewan komisaris akan bertambah, masyarakat. Semakin banyak pihak yang
sehingga informasi yang diungkapkan oleh membutuhkan informasi perusahaan maka
manajemen akan lebih luas, selain itu ukuran semakin banyak hal sekecil apapun yang
dewan komisaris yang besar dipandang dituntut untuk dibuka yang pada akhirnya
sebagai mekanisme corporate governance perusahaan melakukan pengungkapan yang
yang efektif. Dengan wewenang yang dimiliki, semakin luas. Khan et al. (2012) dalam
dewan komisaris dapat memberikan pengaruh Paramita et. al. (2014) menyebutkan bahwa
yang cukup kuat untuk menekan manajemen ketika suatu perusahaan mulai go public,
agar pengungkapkan informasi CSR lebih secara langsung akuntabilitasnya terhadap
transparan.Selain Dewan Komisaris sebagai publik yang merupakan pemegang saham akan
pengawas dalam suatu perusahaan, ada pula sangat diperlukan. Ada penekanan terhadap
komisaris independen sebagai kekuatan akuntabilitas akan menyebabkan perusahaan
penyeimbang dalam pengambilan keputusan mengungkapkan informasi-informasi tamba-
dari dewan komisaris.Peranan dewan han yang berkaitan dengan visibility dan
komisaris dan komisaris independen sangat accountability perusahaan terhadap sejumlah
penting dan diperlukan komitmen penuh dari besar stakeholder. Semakin besar volume
dua hal tersebut dalam menentukan kepemilikan publik, semakin besar pula
keberhasilan implementasi GCG (Effendi, tekanan dari publik terhadap transparansi
2009:19) dalam Ramdaningsih dan Utama informasi dari pihak perusahaan.sejalan
(2013). dengan hal tersebut seharusnya perusahaan
Ukuran dewan komisaris independen akan semakin luas dalam mengungkapkan
merupakan salah satu hal penentu keberhasilan kondisi perusahaan dan salah satunya
implementasi GCG.Keberadaan dewan tanggung jawabnya terhadap lingkungan sosial
komisaris independen di Indonesia diatur karena publik tidak hanya membutuhkan data
dengan ketentuan Bapepam dan Peraturan finansial semata namun publik pun berhak
Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli dalam mengetahui apa saja yang sudah
tahun 2004. Berdasarkan aturan tersebut, dilakukan oleh perusahaan dan dampak
jumlah dewan komisaris independen minimal sosialnya serta penanggulangan akibat dampak
adalah 30%. Peraturan Bapepam IX.I.5 dalam sosial tersebut. Untuk itu ukuran kepemillikan
Untoro dan Zulaikha (2013), mendefinisikan publik akan mendorong pengungkapan
dewan komisaris independen sebagai perusahaan kepada publik mengenai kondisi
komisaris yang berasal dari luar emiten
4
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.......(Pasaribu, Kowanda & Arief )
5
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
6
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.......(Pasaribu, Kowanda & Arief )
Dengan kata lain, semakin besar saham yang (2015). Sebaliknya, Yawenas, Tan dan Sutanto
dimiliki oleh publik, seharusnya pihak (2013), Laksmitaningrum dan Purwanto
perusahaan akan semakin luas dalam (2013), Tezaghi (2012), Djuitaningsih dan
mengungkapkan tanggung jawab sosial dan Marsyah (2012) justru menyatakan bahwa
berusaha sebaik-baiknya untuk mendapatkan kepemilikan manjerial tidak berpengaruh
dukungan dari publik (Khan et.al (2012) dalam terhadap pengungkapan corporate social
Perwira et.al (2013); serta Oktariani, 2013). responsibility sehingga hipotesis yang
Sebaliknya, Tumewu dan Rudiawarni (2014), diajukan adalah:
Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan (2015), H5: Kepemilikan manajerial berpengaruh
serta Yawenas, Tan dan Sutanto (2013) signifikan terhadap CSR Disclosure.
Perwira dan Hadiprajitno (2013), Paramita dan
Marsono (2014), Nur dan Priantinah (2012) Pengaruh Earning Management terhadap
menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak CSR Disclosure
berpengaruh terhadap corporate social
responsibility disclosure dengan penjelasan Manajemen Laba timbul karena adanya
bahwa kepemilikan publik relatif kecil karena konflik kepentingan antara pemilik perusahaan
kepemilikan publik tersebar ke berbagai dengan pihak manajemen perusahaan dimana
investor, sehingga kepemilikan masing-masing dalam konflik tersebut terdapat asimetri
investor menjadi sangat lemah untuk dapat informasi, asimetri informasi adalah informasi
mempengaruhi kebijakan perusahaan yang diketahui oleh salah satu pihak pada
termasuk dalam pengungkapan informasi. kasus ini adalah informasi dikuasai oleh pihak
H4: Kepemilikan Publik Berpengaruh manajemen atau pihak agen. Agen dapat
signifikan Terhadap CSR Disclosure mengutak-atik laba perusahaan yang akan
dipublikasikan kepada pihak pemilik atau
Pengaruh Kepemilikan Manajerial investor guna mendapatkan bonus ataupun
terhadap CSR Disclosure komisi dari pihak pemilik perusahaan. Yaitu
dengan memberikan informasi keungan, salah
Kepemilikan Manajerial adalah jumlah satunya menaikan laba yang seharusnya
saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak menurun atau rugi disinilah muncul
manajemen perusahaan. Meningkatkan manajemen laba. Perusahaan yang melakukan
kepemilikan manajerial digunakan sebagai manjemen laba lebih tertutup kepada
salah satu cara untuk mengatasi masalah yang stakeholder mengenai informasi perusahaan
ada di perusahaan. proporsi saham yang baik keuangan maunpun non keuangan.
dimiliki manajemen akan meningkatkan Sehingga perusahaan yang melakukan
motivasi para manajemen dalam manajemen laba akan mengurangi informasi
memaksimalkan kepentingan pemegang saham yang diungkap oleh perusahaan (Djuitaningsih
yang tidak lain adalah manajemen itu sendiri. dan Marsyah, 2012). Sebaliknya, Tezaghi
Sehingga Manajemen berusaha sebaik (2012) serta Pasaribu, Kowanda, dan
mungkin meningkatkan pengelolaan dalam Kurniawan (2015) justru menyatakan bahwa
perusahaan dan pengungkapan informasi pun earning management tidak berpengaruh
akan semakin terbuka. Asumsi dari teori signifikan terhadap pengungkapan corporate
tersebut adalah semakin banyak kepemilikan social responsibility. Dari uraian yang telah
manajerial maka pengungkapan informasi diutarakan hipotesis yang diungkapkan adalah:
salah satunya adalah informasi tanggung H6: Earning Management berpengaruh signifi-
jawab sosial. Asumsi ini didukung oleh hasil kan terhadap Corporate Social Responsi-
studi yang dilakukan Paramita dan Marsono bility Disclosure.
(2014), Priantana dan Yustian (2011),
Ramdhaningsih dan Utama (2013), Al Azhar Kerangka Pemikiran Penelitian
(2014), Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan
7
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Environmental Performance
Kepemilikan Publik
Kepemilikan Manajerial
Earning Management
8
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.......(Pasaribu, Kowanda & Arief )
Tabel 1.
Ringkasan Penjelasan Item-itemPengungkapan CSR
Ruang Detail
Penjelasan
Lingkup Pengungkapan
Berisi mengenai aspek lingkungan dalam
perusahaan, pengendalian polusi,
mencegah atau memperbaiki kerusakan
Lingkungan Butir 1 - Butir 13 lingkungan akibat kegiatan operasi
perusahaan, serta bagaimana upaya
perusahaan untuk menjaga lingkungan
sekitar dalam kegiatan operasi
Berisi mengenai penggunaan energi secara
efisien, dan meningkatkan efisiensi
Energi Butir 1 - Butir 7
konsumsi energi dari pemakaian produk
yang dihasilkan perusahaan.
Berisi mengenai penerapan peraturan
Kesehatan dan
standar mengenai kesehatan dan
Keselamatan Butir 1 - Butir 8
keselamatan pekerja yang ada
Tenaga Kerja
diperusahaan
9
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Tabel 1. (Lanjutan)
Ruang Detail
Penjelasan
Lingkup Pengungkapan
Berisi mengenai program-program yang
diadakan perusahaan yang
menguntungkan karyawan seperti
Lain-lain
Butir 1 - Butir 29 program pelatihan, program pendidikan,
Tenaga Kerja
kebijakan penggajian, hubungan
perusahaan dengan serikat buruh serta
kondisi kerja secara umum
Berisi mengenai informasi pengembangan
Produk Butir 1 - Butir 10 produk, kualitas produk dan keselamatan
produk
Berisi mengenai kegiatan perusahaan
untuk masyarakat sekitar seperti
Keterlibatan
Butir 1 - Butir 9 pelayanan kesehatan, pemberian beasiswa
Masyarakat
serta perencanaan dan perbaikan
masyarakat.
Environmental Performance
Dewan komisaris adalah organ
Menurut Verrecchia (1983) dalam perseroan yang bertugas melakukan
Wijaya (2012), dengan discretionary pengawasan secara umum dan atau khusus
disclosure teorinya mengatakan pelaku sesuai dengan anggaran dasar serta memberi
lingkungan yang baik percaya bahwa dengan nasihat kepada direksi. Dewan komisaris
mengungkapkan performance mereka berarti merupakan organ perusahaan yang
menggambarkan good news bagi pelaku memastikan bahwa pengelolaan perusahaan
pasar.Sehingga perusahaan yang memiliki yang dilakukan oleh manajemen dilakukan
kinerja lingkungan yang baik akan berupaya dengan baik. Ukuran dewan komisaris diukur
menginformasikan hal tersebut kepada pihak- dengan jumlah anggota dewan komisaris di
pihak yang berkepentingan. Pengukuran perusahaan (Nur, 2012 dalam Oktariani 2013).
kinerja lingkungan ini menggunakan
peringkat kinerja PROPER yang dikeluarkan Ukuran Dewan Komisaris = Dewan
oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Sistem Komisaris Perusahaan
Peringkat Kinerja PROPER mencakup
pemeringkatan perusahaan dalam lima (5) Ukuran Dewan Komisaris Independen
warna yakni : Komisaris independen adalah anggota
1. Emas : Sangat sangat baik; skor = 5 dewan komisaris yang berasal dari luar
2. Hijau : Sangat baik; skor = 4 perusahaan dan tidak memiliki hubungan
3. Biru : Baik skor = 3 bisnis dan kekeluargaan dengan para
4. Merah : Buruk; skor = 2 pemegang saham pengendali, anggota
5. Hitam : Sangat buruk , skor = 1 Direksi dan Dewan Komisaris lain. Menurut
Muntoro (2006) dalam Untoro et. Al. (2013),
Ukuran Dewan Komisaris komisaris independen diperlukan untuk
10
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.......(Pasaribu, Kowanda & Arief )
11
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Tabel 2.
Deskriptif Statistik
12
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.......(Pasaribu, Kowanda & Arief )
13
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Dari pengujian yang dilakukan, variabel informasi mengenai perusahaan akan lebih
ukuran dewan komisaris berpengaruh positif luas.
signifikan terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure (CSRD). Hal ini Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
menunjukan bahwa semakin besar ukuran Independen terhadap Corporate Social
dewan komisaris, maka akan semakin luas Responsibility Disclosure.
pula pengungkapan tanggung jawab sosial
yang dilakukan oleh perusahaan. hasil Berdasarkan hasil pengujian secara
penelitian ini sejalan dengan penelitiannya parsial pada penelitian ini antara variabel
Untoro dan Zulaikha (2013), Laksmitaningrum ukuran dewan komisaris independen terhadap
dan Purwanto (2013), Iswandika, Murtanto Corporate Social Responsibility Disclosure
dan Sipayung (2014), Oktariani (2013) dan yang disajikan dalam tabel 4 dapat diketahui
Terzaghi (2012). Namun hasil penelitian ini bahwa ukuran dewan komisaris independen
berseberangan dengan hasil penelitian yang berpengaruh signifikan dengan arah koefisien
dilakukan oleh Permana dan Raja (2012), negatif. Hasil penelitian ini mendukung
Paramita dan Marsono (2014), Wijaya (2012), penelitian yang dilakukan Azhar (2014),
Ramdhaningsih dan Utama (2013), Oktariani Priantina dan Yistian (2011), dan Nurkihin
(2013), Djuitaningsih dan Marsyah (2012) (2010). Sebaliknya penelitian ini tidak
yang menyatakan bahwa ukuran dewan mendukung studi yang dilakukan Perwira dan
komisaris tidak berpengaruh signifikan Hadiprajitno (2013), Yawenas, et,al.(2013),
terhadap corporate social responsibility Terzagi (2012), Djuitaningsih dan Marsyah
disclosure. (2012), Iswandika et,al.(2014), Untoro dan
Disamping itu hasil dalam penelitian ini Zulaikha (2013) yang menyatakan bahwa
mendukung teori agensi yang menyatakan ukuran dewan komisaris independen tidak
bahwa pada perekonomian yang modern berpengaruh signifikan terhadap corporate
seperti sekarang ini banyak perusahaan yang social responsibility disclosure.
memisahkan antara pengelolaan dan pemilikan Berdasarkan hasil yang didapatkan
perusahaan, dimana perusahaan melimpahkan mengindikasikan bahwa ukuran dewan
wewenang dalam pengelolaan perusahaan komisaris independen yang semakin banyak
kepada pihak profesional yang melaksanakan akan menurunkan luas pengungkapan
segala hal untuk kepentingan perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini
memiliki wewenang yang tinggi dalam diduga terjadi karena kurang aktifnya
menjalankan manajemen perusahaan yang komisaris independen dalam kegiatan
sering disebut agen. Agen dalam mengelola operasional perusahaan, komisaris independen
perusahaan diawasi oleh dewan komisaris merupakan komisaris yang tidak terafiliasi
dimana dalam teori agensi dianggap sebagai baik oleh perusahaan, manajemen dan
mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang sebagainya. Sehingga akses komisaris
bertanggung jawab untuk memonitor tindakan independen terhadap intern perusahaan minim,
manajemen puncak (Untoroet,al., 2013). semakin besar dewan komisaris independen
Menurut Akhtaruddin et al. (2009) dalam maka efektifitas pengawasan dewan komisaris
(paramita et. al. 2014) , semakin besar ukuran akan berkurang karena akses yang terbatas
dewan komisaris, maka pengalaman dan terhadap perusahaan.
kompetensi kolektif dewan komisaris akan Disamping itu menurut Muntoro (2006)
bertambah, sehingga informasi yang dalam Azhar L (2014) komisaris independen
diungkapkan oleh manajemen akan lebih luas, diperlukan untuk meningkatkan independensi
selain itu ukuran dewan komisaris yang besar dewan komisaris, namun disayangkan
dipandang sebagai mekanisme corporate adanya komisaris independen dan
governance yang efektif. Jadi semakin besar penunjukkannya hanyalah semata-mata
ukuran dewan komisaris pada perusahaan untuk memenuhi peraturan/ketentuan.
manufaktur pada bursa efek indonesia akan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
memberikan pengawasan yang lebih terhadap 33/POJK.04/2014 yang mewajibkan bahwa
pengelolaan perusahaan dan transparansi setiap perusahaan publik harus memiliki
minimal 30% dewan komisaris independen
14
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.......(Pasaribu, Kowanda & Arief )
dari total dewan komisaris yang ada belum tentu menigkatkan pengungkapan
menyebabkan perusahaan akan berusaha corporate social responsibility perusahaan
memenuhi peraturan tersebut tanpa karena dengan rata-rata kepemilikan publik
memperhatikan efektifitas pengawasan yang sebesar 27% yang dimiliki oleh sample
dilakukan oleh dewan komisaris. Sehingga penelitian ini, menyebar keberbagai investor
pemilihan dewan komisaris independen yang yang masing-masing kepemilikannya sangat
terkesan formalitas tanpa memperhatikan kecil sehingga tekanan yang diberikan tidak
kemampuan yang dimiliki komisaris sebesar kepemilikan saham lainnya.
independen menyebabkan pengawasan yang
tidak efektif yang berimbas pada kurangnya Pengaruh Kepemilikan Manajerial
tekanan terhadap manajemen dalam pelaporan terhadap Corporate Social Responsibility
tanggung jawab perusahaan. Disclosure
15
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
(2011) dapat diakibatkan karena pihak CSR hingga 0,5001 dengan indikasi earning
manajemen lebih mementingkan kepentingan management yang kecil yaitu 0,087 ini
pihak manajer dari pada pihak luar perusahaan membuktikan bahwa motivasi dalam
sehingga semakin tinggi kepemilikan pengungkapan tanggung jawab sosial bukan
manajerial maka laporan yang diungkapkan sebagai strategi yang dilancarkan untuk
perusahaan hanya sekedar laporan vital seperti menutupi pelaksaaan earning management
laporan keuangan perusahaan sedangkan melainkan sebagai kewajiban perusahaan
laporan mengenai tanggung jawab sosial dalam transparansi laporan tahunan
dianggap sebagai laporan tambahan yang telah perusahaan.
diketahui oleh pihak manajerial sebelumnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengaruh Earning Management terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian secara Berdasarkan data yang diolah, analisa dan
parsial pada penelitian ini antara variabel hasil pembahasan yang dilakukan dalam
earning management terhadap Corporate penelitian ini, maka dapat disimpulkan
Social Responsibility Disclosure yang sebagai berikut:
disajikan dalam tabel 4 dapat diketahui bahwa 1. Environmental performance (Ep) tidak
earning management tidak berpengaruh berpengaruh secara signifikan terhadap
signifikan dengan arah koefisien negatif. Hasil Corporate Social Responsibility
penelitian ini didukung oleh Terzaghi (2012) Disclosure (CSRD) pada perusahaan
dan penelitian Tumewu dan Rudiawarni manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
(2014).Namun hasil penelitian kali ini tidak 2009-2013.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh 2. Ukuran Dewan Komisaris (UDK)
Djuitaningsih dan Marsyah (2012) yang berpengaruh secara signifikan terhadap
menyatakan bahwa ada pengaruh yang corporatesocial responsibility disclosure
signifikan antara earning management (CSRD) pada perusahaan manufaktur
terhadap Corporate Social Responsibility yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013
Disclosure. Menurut prior (2007) dalam 3. Ukuran Dewan Komisaris Independen
tarzeghi (2012) kegiatan CSR diungkapkan (UDKI) berpengaruh secara signifikan
untuk dijadikan sebuah tameng dalam terhadap corporatesocial responsibility
melakukan hal-hal yang dilarang bagi disclosure (CSRD) pada perusahaan
manajemen, sehingga perusahaan yang manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
melakukan earning management menganggap 2009-2013.
CSRD sebagai strategi dalam menjaga 4. Kepemilikan Publik (KP) tidak
hubungan baik kepada stakeholder. Namun berpengaruh secara signifikan terhadap
dalam penelitian kali ini mendapatkan hasil corporatesocial responsibility disclosure
dan kesimpulan bahwa earning management (CSRD) pada perusahaan manufaktur
tidak memiliki pengaruh yang signifikan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013
terhadap Corporate Social Responsibility 5. Kepemilikan Manajerial (KM)
Disclosure, Menurut Sukarmi (2008) dalam berpengaruh secara signifikan
Terzaghi (2012) kegiatan CSR masih baru terhadapcorporatesocial responsibility
dikalangan pelaku usahan nasional dimana disclosure(CSRD)pada perusahaan
baru dimulai beberapa tahun belakangan. manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
Dalam perkembangannya terdapat pro dan 2009-2013.
kontra atau pandangan yang beragam 6. Earning Management (EM) tidak
terhadap kegiatan CSR terutama sejak berpengaruh secara signifikan terhadap
keluarnya peraturan mengenai CSR yang corporate social responsibility disclosure
mendorong pengungkapan CSR. ini (CSRD) pada perusahaan manufaktur
dibuktikan dari perusahaan manufaktur yang yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013.
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia 2009-
2013 yang memiliki tingkat pengungkapan
16
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.......(Pasaribu, Kowanda & Arief )
17
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
18