Pemilihan Bentuk Usaha
Pemilihan Bentuk Usaha
Search
Home
School of Entrepreneur
Unit Usaha
Artikel
Berita
Kegiatan
Tokoh
Galeri Foto
Tentang Siddhi
Contact
Siddhi
Bisnis
Perencanaan Pajak Melalui Pemilihan Bentuk Usaha
Bentuk Usaha
Pilihan bentuk badan usaha yang tersedia secara umum adalah berbentuk Perseroan Terbatas
(PT), Perseroan Kommanditer (CV) atau Perorangan (Pribadi).
Perseroan Terbatas (PT) menurut undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas, bab 1 pasal 1 ayat 1 adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Masing-masing pemegang saham
(Pesero) tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama
PT dan tidak bertanggung jawab atas kerugian PT melebihi nilai saham yang telah
diambilnya.
Atas keuntungan PT dikenakan pajak penghasilan badan dengan tarif pasal 17 undang-
undang Pajak Penghasilan sebagai berikut :
Pembagian dividen kepada pemegang saham (pesero) tidak bisa dibebankan sebagai
biaya perusahaan, dikenakan pemotongan PPh pasal 23 sebesar 15% dan sebagai kredit
pajak bagi pihak yang dipotong (tidak final). Dengan demikian terdapat double
taxation.
3. Perorangan (Pribadi)
Usaha Perorangan adalah perorangan (pribadi) yang menjalankan suatu usaha dengan
tujuan untuk memperoleh laba. Peorangan tersebut bertanggung jawab penuh atas
jalannya usaha. Jika usaha tersebut pailit atau bangkurt, perorang ini bertanggungjawab
penuh atas seluruh harta-harta pribadinya terhadap hutang-hutang usahanya. Ini adalah
bentuk usaha yang paling sederhana dan tidak perlu pembuatan akte pendirian.
Walaupun masing-masing bentuk usaha tersebut di atas mempunyai karakter yang berbeda-
beda beserta keunggulan dan kelemahannya, penulis akan mencoba memberikan
perbandingan atas beban pajak untuk masing-masing bentuk usaha. Supaya perbandingan
beban pajak ini dapat dilakukan secara obyektif, penulis mencoba memberikan asumsi-
asumsi pendapatan, pembebanan biaya dan pembagian keuntungan yang sama untuk masing-
masing bentuk usaha tersebut, seperti yang ada di tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1: Perbandingan Beban Pajak Penghasilan untuk Penjualan Rp. 1,5 Miliar
Perorangan
Perorangan
Dgn Norma
No. Keterangan PT CV Dgn
Penghitungan
Pembukuan
*1)
Asumsi:
*1) Norma Penghitungan Untuk Pedagang Eceran 30% dari Peredaran Bruto
*2) Beban Usaha 80% dari Penjualan
*3) PTKP K/3 = Rp. 18.000.000
*4) Semua laba dibagikan dalam bentuk dividen, dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 15%
Dari Tabel 1 di atas, terlibat bahwa total beban pajak terkecil adalah usaha perorangan dengan
pembukuan sebesar Rp. 64.950.000, sedangkan total beban pajak terbesar adalah pada usaha
perorangan dengan Norma penghitungan sebesar Rp. 117.450.000. Hal ini terjadi karena secara
umum Norma Penghitungan menetapkan margin keuntungan usaha yang lebih besar (30%)
daripada keuntungan usaha sebenarnya (20% dengan pembukuan). Pada prakteknya, usaha
perorangan/orang pribadi mengalami dilemma, jika menggunakan Pencatatan peredaran bruto
(yang mudah/sederhana) dengan Norma penghitungan, Persentase keuntungan yang
sebenarnya masih jauh lebih kecil daripada % Keuntungan yang diterapkan dalam Norma
penghitungan. Sebaliknya, jika mau melakukan pembukuan, masih sulit dan membutuhkan
biaya yang cukup besar.
Secara umum (seperti ilustrasi di Tabel 1), total beban pajak PT akan selalu lebih besar dari
CV, karena adanya tambahan PPh pasal 23 yang harus dipotong dari dividen yang dibayarkan
oleh PT, sedangkan pembagian hasil untuk CV tidak dikenakan pajak (bukan obyek pajak).
Maka motivasi sesorang untuk lebih memilih bentuk usaha PT dari pada CV adalah factor-
faktor lain selain factor pajak.
Apakah total beban pajak penghasilan orang pribadi selalu lebih kecil dari pada PT atau CV
seperti yang ada di tabel 1 di atas? Kita coba kaji lebih dalam di Tabel 2 berkut ini:
Asumsi :
*a) Beban Usaha 80% dari Penjualan
*b) PTKP K/3 = Rp. 18.000.000
*c) Semua laba dibagikan dalam bentuk dividen
Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa total beban pajak penghasilan terkecil adalah CV sebesar
Rp. 522.500.000, diikuti Usaha Perorangan Rp. 589.950.000 dan yang terbesar adalah PT
sebesar Rp. 714.125.000. Dengan demikian perbedaan besarnya total beban pajak yang dibayar
oleh usaha perorangan dan PT/CV tergantung pada besarnya Penghasilan kena pajak (laba).
Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tariff PPh pasal 17 untuk badan (dengan tariff
maximum 30%) dan orang pribadi (dengan tariff maximum 35%).
PPh pasal 23 yang dipotong oleh PT atas dividen yang dibagikan sebesar 15% adalah tidak
final, sehingga besarnya tariff efektif akan tergantung pada besarnya penghasilan pemegang
saham (sebagai perorangan). Contoh: jika penghasilan kena pajak pemegang saham
(perorangan) diluar dividen ini sudah mencapai Rp. 200.000.000, maka tariff efektif atas
dividen ini menjadi 35% sehingga total beban pajak atas PT menjadi lebih besar lagi.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak bukanlah satu-satunya alasan dalam
pemilihan bentuk usaha, namun pemilihan bentuk usaha yang tepat dapat memberikan
penghematan pajak.
Share
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name:
Email:
URL:
Comment:
You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title="">
<acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime="">
<em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>
Social Network
Recent Posts
Hubungi Kami
SIDDHI
Jl. Dr. Muwardi 1 No. 7 Grogol, Jakarta Barat 11450 Indonesia
Tel - +62-21-5666-168. Mobile 08119873300
Fax - +62-21-5666-168
Email - sekretariat@siddhi.or.id
Social Media