PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mengetahui pengelolaan dan pengendalian
limbah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) paiton unit 5 dan 6, sehingga dampak negatif dari
limbah tersebut dapat dikurangi, serta mengetahui perubahan-perubahan yang perlu dilakukan
untuk meningkatkan kinerja lingkungan
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
PT Jawa Power merupakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan bahan bakar
batu bara dengan kapasitas 1,220 MW yang berlokasi di Paiton, Jawa Timur. Jawa power
merupakan salah satu industri pembangkit listrik terbesar di Indonesia. Pembangkit ini
menyuplai listrik dan didistribusikan melalui SUTET 500 kilo Volt sistem interkoneksi Jawa-Bali,
yang dioperasikan dan dimiliki oleh Pembangkit Listrik Negara (PLN)sesuai dengan PPA (Power
Purchase Agreement) yang ditandatangani dengan PT. PLN (Persero) pada tanggal 3 April 1995.
Pembangunan PLTU ini dimulai pada tahun 1996 dan memasuki pengoperasian komersil
(Commercial Operation Date/ COD) pada tahun 2000.
Jawa Power dimiliki oleh Siemens dari Jerman (50%), YTL Power International dan
Marubeni Corporation dari Malaysia (35%), dan PT Bumipertiwi Tatapradipta dari Indonesia
(15%).
Jawa Power memiliki kantor pusat yang beralamat di Summitmas Tower II, lantai 20 Jalan
Jenderal Sudirman Kav. 61-62 Jakarta. Sedangkan pembangkit listriknya terletak di pesisir pantai
Paiton Kabupaten Probolinggo, Jawa timur.
Stasiun pembangkit di paiton itu sendiri didesain untuk kapasitas 4,000 MW. Tempat
tersebut menampung delapan unit pembangkit listrik. Unit 1 dan 2 (2x400 MW) dimiliki oleh PT
Pembangkitan Jawa Bali, Unit 3 dan 4 ditempati oleh unit tunggal (800MW) yang dimiliki oleh
Paiton Energy, Unit 5 dan 6 (2x610 MW) dimiliki oleh PT Jawa Power, dan unit 7 dan 8 ( 2x610
MW) dimiliki oleh Paiton Energy.
BAB III
SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH
3.1 Source Reduction
3.1.a Electrostatic Precipitators
Jawa Power memiliki suatu alat yang bernama Electrostatic Precipitators(ESP). Alat
tersebut dipasang pada setiap boiler untuk menangkap partikel debu fly ash yang dihasilkan dari
proses pembakaran batu bara sehingga limbah yang dihasilkan sedikit. Dalam kondisi operasi
normal konsentrasi partikulat yang keluar dari cerobong tidak melampaui 50 mg/ (limit
standar KLH 150 mg/Nm3).
KALOR
Boiler +
BATU BARA Electrostatic
Precipitators
Limbah,partikulat< 50 mg/
Setelah melalui ESP, gas setelah melewati boiler memasuki FGD dimana Sulfur Dioksida
(SO2) yang dikandungnya dikurangi hingga tingkat yang aman bagi lingkungan. Sistem FGD
didasarkan pada proses scrubbing dengan media air laut serta dirancang untuk mencapai
efisiensi pelepasan SO2 hingga 95%. Dengan FGD tersebut, emisi SOx dari pembangkit dijaga
dalam kondisi operasi normal yaitu pada maksimum 130 mg/ .
KALOR
Batu Bara
Boiler + FGD
Limbah, SOx<130 mg/N
Emisi Gas Buang Standar Indonesia th. 2000 Jumlah yang dikeluarkan Perbedaan
NOx 850 mg/N 370 mg/N -56%
SOx 750 mg/N 130 mg/N -83%
Debu partikulat 150 mg/N 50 mg/N -67%
Waste water treatment plant (WWTP) dibuat untuk menampung, mengolah dan
membuang limbah cair yang dihasilkan oleh pembangkit maupun air limpasan dari area
penyimpanan batu bara. Proses pengolahan diantaranya berlangsung melalui tahapan
penambahan zat koagulan dilanjutkan pengadukan secara cepat, pengadukan lambat dan
pengendapan, penyaringan, serta penyesuaian akhir kadar pH. Proses tersebut dilaksanakan
untuk memperoleh mutu limbah cair yang memenuhi peraturan yang berlaku.
Hasil pemantauan suhu air pada inlet dan outlet WWTP pada periode Mei 2013 berturt-
turut menunjukkan 34,2C dan 32,0C. Kondisi suhu air pada inlet maupun outletmemenuhi
Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002, yang mempersyaratkan bahwa suhu air
limbah tidak melebihi 38,0C. Pemantauan pH air pada inlet WWTP pada periode Mei 2013
menunjukkan 8,58 dan pada outlet WWTP 7,46. Kondisi ini telah memenuhi persyaratan KEP-
MEN LH: 364/2008, Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut PT Jawa Power, yang mempersyaratkan
bahwa pH air limbah berada pada kisaran 6 9.
Pemantauan BOD pada inlet dan outlet WWTP pada periode Mei 2013 menunjukkan
berturut-turut 20,8 mg/L dan 8,3 mg/L. Diketahui bahwa rerata BOD pada inlet adalah 108,8
mg/L dan pada outlet adalah 18,6 mg/L. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi hasil
pengolahan air limbah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yaitu Keputusan Gubernur
Jawa Timur No. 45 Tahun 2002, yang mempersyaratkan bahwa BOD tidak melebihi 50 mg/L.
Hasil pemantauan COD pada inlet dan outlet WWTP pada periode Mei 2013 menunjukkan
berturut-turut 79,8 mg/L dan 24,2 mg/L. Diketahui bahwa rerata COD pada inlet adalah 276,0
mg/L dan pada outlet adalah 55,9 mg/L. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi air limbah
memenuhi peraturan yang telah ditentukan, yaitu Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45
Tahun 2002, yang mempersyaratkan bahwa COD tidak melebihi 100 mg/L.
Hasil pemantauan Total padatan tersuspensi (TSS) menunjukan inlet dan outlet Waste
Water Treatment Plant pada periode mei 2013 yaitu berturut-turut 13,3 mg/L dan 3.3 mg/L.
Kondisi ini menunjukan bahwa TSS telah memenuhi peraturan yang ditentukan yaitu KEP-MEN
LH: 364/2008, Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut PT Jawa Power, yang mempersyaratkan
bahwa TSS tidak melebihi 100 mg/L.
Sedangkan hasil pemantauan Total padatan terlarut (TDS) pemantauan empat periode
terakhir, diketahui bahwa rerata TDS pada inlet adalah 677 mg/L dan pada outlet adalah 576
mg/L. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi air limbah memenuhi peraturan yang telah
ditentukan, yaitu KEP-MEN LH: 364/2008, Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut PT Jawa Power,
yang mempersyaratkan bahwa. TDS tidak melebihi 2000 mg/L.
PENDINGIN
LIMBAH CAIR
KALOR
BATU BARA BOILER
Jawa Power telah melakukan pengelolaan lingkungan untuk aspek kualitas air maupun
udara dengan hasil yang memuaskan. Hal tersebut ditunjukan dengan beberapa perolehan
penghargaan salah satunya yaitu PROPER tingkat emas.
Pengelolaan dan pengendalian limbah yang dilakukan oleh Jawa Power yaitu :
Batu CEROBONG
BOILER ESP
Bara ASAP
REHEATER
LAUT
Limbahdibuang WWTP LIMBAH
CAIR