Anda di halaman 1dari 27

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tanah adalah sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan
ketebalan beragam yang berbeda yang terdiri dari butiran kerikil kasar, pasir,
tanah lempung, tanah liat dan semua bahan lepas lainnya termasuk lapisan
tanah paling atas sampai pada tanah keras. Ada 5 faktor yang mempengaruhi
proses pembentukan tanah, yaitu iklim, makhluk hidup, bentuk wilayah,
bahan induk dan waktu. Iklim, cuaca dan makhluk hidup merupakan faktor
pembentuk tanah yang bersifat aktif, sedangkan bentuk wilayah, bahan induk,
dan waktu merupakan faktor pembentuk tanah yang bersifat pasif.
Jenis-jenis tanah mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda.
Sifat dan karakteristik tanah dapat berupa sifat fisika, sifat kimia, dan sifat
biologi tanah yang dapat diamati pada bagian terkecil tanah. Pedon adalah
satuan individu terkecil tanah yang terbentuk dalam tiga dimensi. Pada bagian
pedon dapat diamati lapisan-lapisan tanah yang terdiri dari solum tanah dan
bahan induk tanah yang disebut dengan profil tanah.
Tanah dapat bermanfaat bagi manusia jika manusia dapat
memeliharanya dengan baik. Namun tanah akan menjadi tidak bermanfaat
bagi manusia, bahkan sering menimbulkan ketidaktentraman jika manusia
memperlakukannya tidak baik dengan memberikan tindakan dan
perlakuan yang keliru. Mahasiswa perlu mengetahui secara benar mengenai
halhal seperti yang telah disebutkan di atas yang mempengaruhi sifatsifat
kimia maupun fisika tanah dan keadaaan tanah serta perkembangan
tanaman. Masingmasing sifat yang berbedabeda antara tanah satu dengan
tanah yang lainnya sehingga cara penanganan dan pelaksanaan dari tanah
tersebut dalam hal penggarapannya berbeda pula. Praktikum ini diharapkan
kita dapat mengerti jenis tanah beserta sifatnya sehingga dalam hal
penggarapannya diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal.

11
11
2

B. Tujuan praktikum
Praktikum kesuburan tanah bertujuan untuk :
1. Mahasiswa dapat melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengelolaan tanah terhadap pertumbuhan hasil tanaman.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum kesuburan tanah ini dilaksanakan di dua tempat yaitu Acara
Percobaan Penanaman di Lahan dilaksanakan di Jumantono, Kecamatan
Karanganyar, Kabupaten Karanganyar satu minggu sekali pada hari Sabtu
pukul 07.00 sampai selesai dimulai dari tanggal 08 Maret 2014 sampai dengan
17 mei 2014 dan Acara Analisis di Laboratorium (Tanah dan Jaringan)
Universitas Sebelas Maret sesuai dengan shift kelompok
3

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tanah Alfisols
Tanah Alfisol adalah tanah yang terdapat di horizon penimbunan
bawah (argilik). Mempunyai kejenuhan basa (berdasarkan jumlah kation)
yang tertinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 150 cm dari permukaan
tanah. Tanah liat yang tertimbun dari horison bawah ini berasal dari horison
diatasnya dan tercuci (leaching) ke bawah bersama dengan gerakan air
(Hardjowigeno 2004).
Tanah Alfisol memiliki pH yang berubah dengan meningkatnya
kedalaman dengan cenderung lebih tinggi pada bagian bawah profil dan pada
sejumlah bahan-bahan glacial sampai ke suatu zona karbonat bebas dengan
pH 8,0 atau lebih tinggi. Hal ini menyebabkan berubahnya mobilitas
elektroporetik koloid-koloid hasil pelapukan. Koloid ini akan bergerak lambat
pada pH yang lebih tinggi dibanding di bagian atas horizon B yang secara
umum mempunyai pH sangat rendah (Lopulisa 2004).
Pada Alfisol kadar liat dan C-organik berkontribusi terhadap KTK
tanah. Kadar C-organik dan KTK berperan dalam mengendalikan daya sangga
tanah yang ditunjukkan oleh adanya korelasi positif sangat nyata antar dua
peubah tersebut dengan daya sangga tanah. Selain itu, konstanta energi ikatan
juga berkorelasi positif nyata dengan daya sangga tanah
(Nursyamsi et al 2007).
Tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horison argilik
dibedakan menjadi Afisol (pelapukan belum lanjut) dan Ultisol (pelapukan
lanjut). Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim sedang, tetapi dapat
pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama di tempat-tempat
dengan tingkat pelapukan sedang. Tanah alfisol ditemukan di daerah-daerah
datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol memerlukan waktu yang
lama karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk horison
argilik (Muklis 2007).

13
4

Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat


tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga
menentukan besarnya KTK tanah, misalnya tanah dengan mineral liat
montmorillonit mempunyai KTK yang lebih besar daripada tanah dengan
mineral liat kaolinit. Tanah-tanah yang tua seperti tanah Alfisol mempunyai
KTK rendah karena koloidnya banyak terdiri dan seskuioksida. Besarnya
KTK digunakan sebagai penciri untuk klasifikasi tanah misalnya Alfisol harus
mempunyai KTK < 16 cmol (Hardjowigeno 2004).

B. Pupuk KCL, Urea, Zn, SP36


Pupuk (KCl) mengandung 45 % K2O dan khor, bereaksi agak asam,
dan bersifat higrokopis. Khor berpengaruh negative pada tanaman yang tidak
membutuhkannya misalnya kentang, wortel, dan tembakau. Pupuk KCl
memiliki rumus kimia KCl, kadar K2O 52-55 %, reaksi fisiologis masam
lemah, agak higroskopis, hanya digunakan untuk tanaman yang tahan akan
Clorida (Hadisuwito 2012).
Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit
K) yang kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan
untuk menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu
jenis pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya
kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah
sebagai aktivator berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan tambang
kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya
tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan
terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 %. Pupuk
Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat
batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan
karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan
5

hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses


pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya
mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat
menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Kadang-kadang
menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas fotosintesa terganggu
(Hadisuwito 2012).
Pupuk urea adalah pupuk kimia yang banyak mengandung unsur
Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat
diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih,
dengan rumus kimia NH2(CONH)2, merupakan pupuk yang mudah larut
dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu
sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea
mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea
mengandung 46 kg Nitrogen. Unsur hara nitrogen yang terkandung dalam
pupuk urea memiliki kegunaannya bagi tanaman yaitu, membuat daun lebih
banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl), dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman, dapat menambah kandungan protein tanaman dan
dapat dipakai untuk semua jenis tanaman, baik tanaman pangan, holtikultura,
tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan
(Muhfandi 2011).
Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang
mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK
merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum
digunakan. Pupuk NPK mempunyai berbagai bentuk, yang paling khas adalah
pupuk padat yang berbentuk granul atau bubuk. Ada juga pupuk NPK yang
berbentuk cair, beberapa keuntungan dari pupuk cair adalah efek langsung dan
jangkauannya yang luas. Pupuk NPK adalah suatu jenis pupuk majemuk yang
mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah
kesuburan tanah. Pupuk majemuk yang sering digunakan adalah pupuk NPK
6

karena mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium


dihidrogenfosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCl). Kadar unsur hara N,
P, dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu.
Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti bahwa dalam pupuk itu terdapat 10%
nitrogen, 20% fosfor (sebagai P2O5) dan 15% kalium (sebagai K2O)
(Abdillah 2008).
Pupuk SP atau SP36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan
fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk
P2O5 SP36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika
ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh
tanaman. Kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman
menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah
(Situmorang dan Untung 2004).

C. Jagung (Jagung Manis)


Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan
generatif.Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
7

Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
(Samuel 2008).
Energi matahari yang tertangkap oleh tanaman jagung diubah menjadi
energi potensial, selanjutnya digunakan untuk Mengabsorpsi unsur hara,
mineral dan air, mensistesa bahan-bahan organic, mengkatalis bahan-bahan
organik yang terbentuk melalui proses respirasi dan transpirasi dan
melaksanakan pertumbuhan dan melengkapi siklus perkembangan
(Munawar 2007).
Jagung manis mempunyai ciri-ciri yaitu biji yang masih muda
bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca, sedangkan biji yang telah masak
dan kering akan menjadi kering dan berkeriput. Kandungan protein dan lemak
di dalam biji jagung manis lebih tinggi daripada jagung biasa. Untuk
membedakan jagung manis dan jagung biasa, pada umumnya jagung manis
berambut putih sedangkan jagung biasa berambut merah. Umur jagung manis
antara 60-70 hari, namun pada dataran tinggi yaitu 400 meter di atas
permukaan laut atau lebih, biasanya bisa mencapai 80 hari (Aak 2010).
Hampir semua bagian dari tanaman jagung manis memiliki nilai
ekonomis. Beberapa bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan diantaranya
adalah batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua
(setelah panen) untuk pupuk hijau / kompos, batang dan daun kering sebagai
kayu bakar, buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan dan berbagai
macam olahan makanan lainnya (Purwono dan Hartono 2006).
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan
hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua
terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia,
jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di daerah Madura,
jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini
tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak
8

sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan


untuk berbagai macam keperluan (Warisno 2005).

D. N, P dan K dalam Jaringan Tanaman


Bersama unsur fosfor (P) dan kalium (K), nitogen (N) merupakan
unsur hara yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman. Bahan tanaman kering
mengandung sekitar 2 sampai 4 % N, jauh lebih rendah dari kandungan C
yang berkisar 40%. Hara N merupakan komponen protein (asam amino) dan
khlorofil. Bentuk ion yang diserap oleh tanaman umumnya dalam bentuk
NO3- dan NH4+ bagi tanaman padi sawah (Kemas 2005).
Nitrogen akan meningkatkan kadar protein, sehingga N
akan menaikkan kualitas biji dan menaikkan produksinya walaupun sedikit.
Pemupukan N setelah berbunga merangsang penyusunan protein. Pemupukan
N yang terlambat sering menaikkan kadar protein kasar biji dan juga glutelin
serta promalin. Pemupukan N pada tanaman jagung terutama untuk
menaikkan kadar prolamin yaitu zein dari biji jagung. Pada tanaman padi,
pengaruh pupuk N agak berbeda karena pemupukan N yang tinggi atau
pemupukan terlambat akan meningkatkan kadar glutelin yaitu protein dengan
lisin yang tinggi. Tanaman padi, pemupukan N ini menaikkan protein biji padi
tanpa menurunkan nilai kualitasnya (Siradz 2007).
Aspek penting kesuburan tanah dalam hubungannya dengan P adalah
serapan P oleh tanaman selama periode kekuranagn (stress) air, karena
sebagian besar P yang diserap oleh tanaman melalui proses difusi
menunjukkan bahwa serapan P oleh kecambah jagung berkurang sesuai
dengan penurunan kadar air tanah atau peningkatan stress/kekurangan air.
Pengaruh kekurangan air terhadap serapan P tanaman dapat dikurangi dengan
pemberian P yang tinggi (Lopulisa 2004).
Masingmasing metode pemberian pupuk K ada kelebihannya dengan
pertimbangan makin menyebar menyebabkan K makin banyak kontak dengan
9

bahan-bahan tanah, dan kondisi ini sangat merugikan apabila pada tanah-
tanah yang mempunyai kemampuan menfiksasi K tinggi. Sedangkan apabila
pemberian pada tempat tertentu (tugal atau alur) maka konsentrasi pada
bagian-bagian tertentu tinggi sebaliknya bagian lain sedikit. Terlalu banyak
konsentrasi K dapat merusak tanaman muda atau perakaran, yang akhirnya
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Suwarno 2006).
Nitrogen dapat dikatakan sebagai salah satu unsur hara yang
bermuatan. selain sangat mutlak di butuhkan, ia dengan
mudah tidak dapat menyersediakan bagi tanaman. Ketidaktersediaan N dari
dalam tanah dapat melalui proses pencucian/terlindi (leaching) NO3-,
denitrifikasi NO3- menjadi N2, volatilisasi NH4+ menjadi NH3-, terfiksasi oleh
mineral liat atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Larutan hara
yang ada di dalam tanah bergerak melalui proses difusi dan aliran massa
(konveksi). Walaupun mekanismenya berbeda, namun berlangsung secara
bersama-sama. Pergerakan N di dalam tanah sulit untuk diamati, karena
adanya proses transformasi yang tidak dapat dikendalikan, seperti amonifikasi
dan nitrifikasi (Sulaiman dan Eviati 2005).
E. N, P dan K Tanah
Petani mendapatkan hasil yang optimal dari suatu lahan bila ditanami
tanaman, kita harus tahu sampai sejauh mana kesuburan tanahnya. Dengan
mengetahui kesuburan tanahnya tersebut maka kita dapat menentukan dosis
pupuk yang dibutuhkan bagi tanaman yang ditanam. Kalsium dijumpai pada
tiap-tiap sel tanaman, kebanyakan unsur ini dijumpai dalam tanaman sebagai
kalsium pektat pada dinding sel-sel daun dan batang. Sehingga kalsium akan
memperkuat bagian-bagian ini. Kalsium begitu kuat menyatu dengan dinding
sel, sehingga ia tidak dapat dipindahkan dari sel-sel tua untuk membentuk sel-
sel baru. Tanaman yang kekurangan kalsium tumbuh kerdil karena sel-sel
yang baru kecil-kecil dan jumlahnya sedikit, dan mempunyai batang lemah,
karena dinding-dinding selnya tipis tidak setebal dengan dinding sel normal.
10

Kalsium relatif tidak mobil di dalam tanaman, oleh karena itu tidak
ditranslokasikan dari bagian-bagian tua ke bagian yang lebih muda
(Siradz et al 2007).
Fosfor memainkan peranan yang sangat diperlukan seperti satu bahan
bakar yang universal untuk semua aktifitas biokimia dalam sel hidup. Ikatan
adenosin trifosfat (ATP) yang berenergi tinggi melepaskan energi untuk kerja
bila diubah menjadi adenosin difosfat (ADP). Fosfor merupakan unsur yang
penting dalam tulang dan gigi. Hubungan fosfor dalam tanah dan tanaman
untuk kesehatan hewan dan makin meluaskan kejadian defisiensi fosfor pada
hewan yang digembalakan diketahui dengan baik (Muklis 2007).
Calsium (Ca) merupakan hara makro bagi tanaman disamping
Nitrogen, Fosfor, Kalium, Magnesium dan Belerang. Unsur ini biasanya tidak
dianggap sebagai unsur pupuk, oleh karena itu relatif kurang mendapat
perhatian dibandingkan dengan unsur N, P dan K. Pemakaian N, P dan K
secara besar-besaran serta penggunaan varietas-varietas tanaman yang
konsumtif terhadap unsur hara mengakibatkan unsur kalsium (Ca) terangkut
dari Tanah secara terus-menerus, sehingga ketersedian di dalam tanah sangat
kecil. Kalsium juga merupakan salah satu kation utama pada komplek
pertukaran, sehingga biasa dihubungkan dengan masalah kemasaman tanah
dan pengapuran, karena merupakan kation yang paling cocok untuk
mengurangi kemasaman atau menaikan pH tanah (Nursyamsi 2006).

F. Bahan Organik, Kapasitas Tukar Kation(KTK) dan Kadar Lengas


Tanah
Bahan organik adalah seluruh fraksi organik dalam tanah yang
meliputi sisa tanaman dan hewan pada berbagai tingkat dekomposisi, sel-sel
dan jaringan biota tanah beserta metabolitnya. Bahan organik tanah
merupakan komponen utama untuk memelihara dan meningkatkan
keberlanjutan produtifitas tanah karena berpengaruh langsung atau tidak
11

langsung terhadap sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik tanah
inni digunakan sebagai indikator kualitas dan kesehatan tanah karena
mempengaruhi kapasitas menahan air, pembentukan agregat, berat volume,
pH, kapasitas penyanggan, kapasitas tukar kation, infiltrasi, aerasi, daur hara,
mineralisasi, jerapan pestisida, serta keragaman dan aktivitas biota tanah
(Dick and Gregorich 2004).
Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi,
baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik
hasil mineralisasi (disebut biotik), termasuk mikrobia heterotrofik dan
ototrofik yang terlibat (biotik). Sumber primer bahan organik tanah maupun
seluruh fauna dan mikroflora adalah jaringan organiki tanah, baik berupa akar,
daun, batang atau ranting, buah sedangkan sumber sekunder bahan organik
berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta mikroflora. Dalam
pengelolaan bahan organic tanah, sumbernya juga berasal dari pemberian
pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos, serta pupuk
hayati (inokulan). Bahan organik berperan secara fisik, kimia, dan biologi
( Hanafiah 2005).
Bahan Organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, di
daur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat
digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah
merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian
telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik
demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad
mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap
sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman
atau binatang (Utami dan Handayani 2004).
Upaya untuk menselaraskan antara kemampuan serapan hara oleh
tanaman, dengan pelepasan hara pada saat yang sama, adalah hal yang sulit
12

dicapai di lapangan. Namun, efisiensi pemanfaatan hara pada tanaman dapat


ditingkatkan apabila pupuk mineral dan BO digunakan bersamaan dalam
budidaya tanaman. Pemilihan dan pencamouran berbagai jenis kualitas
seresah sebelum diaplikasikan juga dapat diterapkan untuk mengatur saat
pelepasan hara agar lebih selaras dengan jumlah dan saat dibutuhkan tanaman
dan mengurangi hilangnya hara akibat pelindian. (Murphy et al., 2003;
Purwanto et al., 2007).
Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan satu dengan
yang lain. Sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk
aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik,
meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah
untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah
menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah
penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung
meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun
intensitasnya meningkat (Hanafiah 2005).
Pertukaran kation adalah pertukaran antara satu kation dalam suatu
larutan dan kation lain pada permukaan dari setiap permukaan bahan yang
aktif. Semua komponen tanah mendukung untuk perluasan tempat pertukaran
kation, tetapi pertukaran kation pada sebagian besar tanah dipusatkan sesuai
dengan liat dan bahan organik. Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-
koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation
lain yang terdapat dalam larutan tanah (Tejoyuwono 2008).
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu
menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK
13

rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa Ca, Mg,
K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah tetapi bila didominasi oleh kation
asam Al, H dapat mengurangi kesuburan tanah. Karena unsur hara terdapat
dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah
hilang tercuci oleh air (Hanafiah 2005).
Kemampuan tukar ion adalah kapasitas tanah menjerap dan
mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya disebut
kemampuan tukar kation (KTK) atau berupa anion yang besarnya disebut
kemampuan tukar anion (KTA). KTK dan KTA masing-masing diukur
menurut jumlah maksimum katioan dan anion yang dapat dijerap oleh tanah,
dinyatakan dalam cmol (+)/kg dan cmol (-)/kg (Tejoyuwono 2008).
Kapasitas tukar kation adalah kapasitas lempung untuk menyerap dan
menukar kation. Ion bermuatan positif dinetralisir oleh ion bermuatan negatif
disebut dengan electric double layer. Kation yang tertukar disebut
exchangeable cations, sedang proses pertukaran disebut cation exchange.
Partikel tanah yang bertanggung jawab terhadap penyerapan dan pertukaran
kation disebut exchange complex (Sutanto 2005).
Kebanyakan tanah tropika yang didominasi oleh koloid bermuatan
terubahkan (variabel charge coloid) mempunyai kapasitas tukar kation
bervariasi. Pengukuran kapasitas tukar kation sangat tergantung pada kondisi
pH larutan. Sehingga ada perbedaan antara kapasitas tukar kation potensial (
maksimum) yang diukur pada pH larutan yang dibuffer dan kapasitas tukar
kation efektif (aktual) yang diukur dengan larutan yang tidak tercampur sesuai
dengan kondisi pH tanah asli. Pengukuran yang umum dilakukan adalah
kapasitar tukar kation potensial (Sutanto 2005).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture)
yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah
dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air
dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil
14

moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air
tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan
kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu
yang berada ditanah bagian dalam (Utami dan Handayani 2004).
Kadar lengas merupakan salah satu sifat fisik tanah untuk mengetahui
kemampuan menyerap air dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman.
Pola curah hujan maret umumnya diatas rata-rata dan lengas tanah yang di
pengaruhi selama awal april, ketika pertumbuhan tanaman penutup tanah
terbesar. Curah hujan Maret dan April adalah terutama penting di dalam
sistem tanaman penutup tanah karena guna air tanaman penutup tanah boleh
menghabiskan lengasan tanah kepada kerusakan dari panen. Efisiensi guna air
tanaman penutup tanah sudah di laporkan untuk mencakup dari 20 juta Mg-1.
Curah hujan pada bulan Mei sampai Agustus mempengaruhi karena
konservasi air yang potensi bermanfaat bagi yang disediakan oleh residu
penutup tanah (Tono 2012)
15

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Percobaan Penanaman di Lahan


1. Bahan
a. Benih jagung.
b. Pupuk SP3.
c. Pupuk Za
d. Pupuk KCl
2. Alat
a. Cangkul
b. Cetok
c. Penggaris/meteran
d. Rafia
e. Tugal
3. Cara Kerja
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah pada
kedalaman olah, kemudian menggemburkan dan meratakannya serta
dibersihkan dari sisa-sisa tanaman pengganggu.
b. Pembuatan Petak
Pembuatan petak dengan ukuran 2 X 2 meter.
c. Penanaman
Menanaman biji jagung manis 2 biji per lubang tanam dengan jarak
tanam 50 X 50 cm.
d. Pemupukan
1) Pemupukan dilakukan sesuai perlakuan. Untuk setiap kelompok sesuai
groupnya masing-masing.

115
16

e. Pengamatan
1) Setiap praktikan (kelompok praktikum) wajib membawa peralatan
untuk pengukuran dan hasil pengamatan harus disetujui asisten.
2) Cara pengukuran / pengamatan tanaman :
a) Tinggi tanaman
Tanaman Jagung ;
Mengukur pada pangkal batang tanaman (batas antara akar dan
batang) hingga ujung daun tertinggi (helaian daun ditangkupkan),
melakukannya 1 minggu sekali.
b) Berat Brangkasan Segar
Brangkasan segar meliputi seluruh daun yang telah di panen untuk
tanaman jagung dan bagian tanaman ( daun dan batang ), untuk
tanaman kacang tanah. Seluruh bagian tanaman dibersihkan dan
ditimbang berat brangkasan segarnya.
c) Berat Brangkasan Kering
Berat Brangkasan yang sudah dioven pada suhu 700C hingga bobot
menjadi konstan ( 48 jam ).
f. Pemanenan Saat Vegetatif Maksimum
1) Setelah tanaman mencapai pertumbuhan maksimum yang ditandai
dengan keluarnya bunga ( kira-kira berumur 45 hari ) dilakukan
pengambilan sampel daun ke 4/5 ( daun yang telah membuka
sempurna ), sebanyak 4 sampel per petak untuk tanaman jagung dan 2
tanaman untuk tanaman kacang tanah dengan cara memotong bagian
diatas tanah. Pada saat yang sama juga dilakukan pengambilan sampel
tanah untuk analisis beberapa sifat kimia tanah di laboratorium.
2) Sampel tanah maupun tanaman selanjutnya dibawa ke laboratorium, di
proses untuk analisis lebih lanjut.
g. Pengambilan Sampel Tanah
1) Tanaman kacang tanah dan daun jagung dibersihkan dari tanah, lalu
17

diangin-anginkan sampai layu. Selanjutnya di potong agak kecil lalu


dimasukkan dalam oven dengan suhu 600 C sampai kering. Setelah
kering, sampel ditimbang lalu di grinding dan disimpan dalam kantong
plastik, memberi label sesuai dengan kode perlakuannya dan siap
untuk dianalisis. Analisis jaringan meliputi N, P, K jaringan tanaman
dengan metode Kjeldahl untuk jaringan N, sedangkan untuk jaringan P
dan K dengan metode Ekstraksi HNO3 pekat dan HClO4 pekat.
2) Tanah yang telah diambil dari lapang, dibersihkan dari perakaran lalu
dikering anginkan. Selanjutnya setelah kering angin, ditumbuk dan
disaring dengan saringan berdiameter 0.5 mm, kemudian menyimpan
hasil saringan kedalam kantong plastik diberi label dan selanjutnya
menganalisisnya.
h. Pemanenan Hasil
Pemanenan dilakukan apabila Jagung sudah siap di panen dan kacang
tanah sudah tua, dengan cara memetik tongkol jagung, dan mencabut
kacang tanah dengan hati-hati agar polongnya tidak tertinggal.
B. Analisis di Laboratorium
1. Kadar Lengas
a. Bahan
1) CTKA
2) Botol / flakon
3) Alat Penggojog
4) Aquades
5) Labu ukur
b. Alat
1) pH meter
2) Tissue
3) Botol semprong
18

c. Cara Kerja
1) Menimbang botol timbang kosong ... (a)
2) Menimbang contoh tanah 5 gram dan memasukkannyake dalam botol
timbang.
3) Menimbang botol timbang dan contoh tanah ... (b)
4) Mengoven selama 4 jam pada suhu 1050 C.
5) Mendinginkan dalam eksikator lalu menimbang botol timbang ... (c)
6) Menghitung kadar lengas tanah

Kadar lengas ( KL ) = b c 100 0 0


ca
2. KTK Tanah
a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Amonium acetate 1 N
3) Alkohol 95 %
4) NaCl 10 %
5) NaOH 45 %
6) HCl 0.1 N
7) Asam Borat 2 %
8) Indikator campuran ( BCG dan MR )
9) Aquadest
10) Butir Zn
b. Alat
1) Erlenmeyer
2) Alat penggojog
3) Kertas saring
4) Corong
5) Pipet ukur labu destilasi
6) Destilator
19

7) Buret dan statif


8) Timbangan
c. Cara Kerja
1) Menimbangkan Ctka 0,5 mm 10 g, lalu memasukkannya ke dalam
erlenmeyer.
2) Menambahkan amonium acetat dan menggojok selama 10 menit.
3) Mencuci dengan amonium acetat 8 kali dan mencuci ctka lagi dengan
alkohol 10 cc sebanyak 5 kali kemudian membuang filtrat.
4) Mencuci dengan HCl 10 % 10 cc sebanyak 8 kali dan memindahkan
filtrat ke dalam labu destilasi.
5) Mengencerkan dengan aquades sampai volume 150 cc.
6) Melakukan destilasi dengan penampung 10 cc Asam Borat 2 % dan
menambahkan indikator campuran sebanyak 2 tetes.
7) Menunggu hasil destilasi sampai volume 40 cc.
8) Mentitrasi hasil destilasi dengan HCl 0,1 N sampai warna kehijauan.
9) Mencatat jumlah HCl ( ml/cc ) yang digunakan untuk titrasi.
Perhitungan
ccHCl NHCl
KTK = 100cmol() / kg
berat tan ah
Keterangan : hasil destilasi hanya bisa diambil 10 cc tetapi hasil titrasi
dikalikan empat.
3. Bahan Organik Tanah
a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) K2Cr2O7 1 N
3) Asam Sulfat pekat
4) Asam fosfat 85 %
5) FeSO4 1 N
6) Indikator DPA
20

7) Aquadest
b. Alat
1) Labu takar 50 ml
2) Gelas piala 50 ml
3) Gelas ukur 25 ml
4) Pipet drop
5) Pipet ukur
c. Cara Kerja
1) Menimbang ctka 0,5 mm seberat 0,5 gram dan memasukkan ke dalam
labu takar 50 ml.
2) Menambahkan K2Cr2O7 1 N sebanyak 10 ml.
3) Menambahkan dengan dati-hati lewat dinding 10 cc Asam Sulfat pekat
setetes demi setetes, hingga menjadi berwarna jingga. Apabila muncul
warna kehijauan, menambah lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat dengan
volume diketahui. Melakukan hal yang sama untuk blangko ( tanpa tanah
).
4) Menggojok dengan memutar dan mendatar selama 1 menit, lalu
mendiamkannya selama 30 menit.
5) Menambah 5 ml Asam Fosfat 85% dan mengencerkannya dengan
aquadest hingga tanda tera ( volume 50 ml ) dan menggojok hingga
homogen.
6) Mengambil 5 ml larutan bening dan menambah 15 ml aquadest serta
indikator DPA sebanyak 2 tetes, kemudian mengocoknya bolak-balik
sampai homogen.
7) Menitrasi dengan FeSO4 1 N hingga warna hijau cerah.
Perhitungan
21

( B A) nFeSO 4 3 100
Kadar C = 10 100 0 0
100 77
berat tan ah(mg )
100 KL

4. N Total Tanah
a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) H2SO4 pekat
3) CuSO4 dan K2SO4 ( perbandingan 20 : 1 )
4) Aquadest
5) H2SO4 0,1 N atau H2BO4 10 %
6) Indicator Methyl red
7) NaOH 0,1 N atau NCl 0,1 N
8) Butir Zn
b. Alat
1) Gelas arloji
2) Timbangan analitik
3) Tabung Kjeldahl
4) Erlenmeyer
5) Buret
6) Labu destilasi
c. Cara Kerja
1) Destruksi
a) Menimbang dengan gelas arloji bersih atau kertas contoh tanah
kering angin berdiameter 0,5 mm 1 gram.
b) Memasukkan ke tabung Kjeldahl dan menambahkan 6 ml H2SO4
pekat.
c) Menambahkan campuran serbuk K2SO4 dan CuSO4 1 sendok kecil.
d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang
dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna.
22

2) Destilasi
a) Setelah larutan dalam tabung Kjeldahl dingin, menambahkan aquades
30 ml dan menuangkan dalam tabung destilasi (tanah tidak ikut),
menambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat.
b) Mengambil larutan penampung 10 ml (merupakan campuran H2SO4
0.1 N dan 2 tetes metyl red ) pada beker gelas atau erlenmenyer
(larutan penampung sudah dibuatkan).
c) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml.
3) Titrasi
a) Mengambil larutan penampung 10 ml dan melakukan titrasi pada
larutan dalam bekerglass hasil destilasi, dengan NaOH 0.1 N sampai
warna hampir hilang atau kuning bening.
b) Melakukan prosedur di atas tanah blanko.
c) Menghitung nilai N total tanah.

N total tanah =

5. P Tersedia Tanah
a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Larutan HCl 0,025 N
3) Larutan NH4F 0,03 N
4) Amonium Molibdat
5) Larutan SnCl2
6) Larutan standard P
b. Alat
1) Gelas ukur
2) Timbangan analitik
23

3) Tabung reaksi
4) Corong
5) Kertas Saring Whatman
6) Erlenmeyer
7) Pipet ukur
8) Spektrofotometer
c. Cara Kerja
1) Mengencerkan larutan standar P (dilakukan co-ass).
2) Menimbang 0,5 gram tanah kering angin kemudian memasukkanya ke
dalam flankon.
3) Menambah 7 ml larutan Bray 1 ( 0.025 N HCl + 0.03 N NH4F ) lalu
menggojognya selama 1 menit.
4) Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih.
5) Mengambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquades.
6) Menambah 2ml amonium molybat hingga homogen.
7) Menambah 1 ml SnCl2 dan menggojognya (sebelum ditembak)
8) Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.

ppmPLaru tan Tanah 35


ppm P =
100
BeratTanah( g )
100 KL

6. K Tersedia Tanah
a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Lithium klorida ( LiCl2 ) 0,05 N
3) Ammonium acetatate 1 N pH 7
24

b. Alat
1) Gelas ukur
2) Tabung reaksi
3) Timbangan analitik
4) Corong
5) Flame Photometer
c. Cara Kerja
1) Menimbang contoh tanah 2.5 gram.
2) Menambah amonium asetat 25 ml dan menggojog selama 30 menit.
3) Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml.
4) Menambah 5 ml LiCl2dan menjadikan volume 50 ml dengan aquades.
5) Menembak dengan flamefotometer.

K Tersedia Tanah
=

7. N Jaringan Tanaman
a. Bahan
1) Asam sulfat pekat
2) Natrium Hidroksida
3) Asam Borat
4) Petunjuk Conwey
5) Batu didih
b. Alat
1) Neraca analitik tiga digital
2) Tabung digestion
3) Alat destilasi
4) Labu didih 250 ml
5) Erlenmeyer 100 ml
25

6) Tabung reaksi
c. Cara Kerja
1) Destruksi
a) Menimbang sampel tanaman dengan kertas bersih dan kering
sebanyak 0,1 gram.
b) Memasukkan ke dalam tabung Kjeldahl dan menambahkan 3 ml
H2SO4 pekat.
c) Menambahkan campuran serbuk CuSO4 dan K2SO4 1 sendok kecil.
d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang
dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna.
2) Destilasi
a) Menambahkan aquadest 30 ml, setelah larutan dalam tabung Kjeldahl
dingin dan menuangkan dalam tabung destilasi, menambahkan 2
butir Zn dan 20 ml NaOH pekat.
b) Membuat larutan penampung 10 ml campuran H3BO3 4 % +
indikator campuran pada gelas piala ( sudah dibuatkan ).
c) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml.
3) Titrasi
a) Mengambil larutan hasil destilasi 10 ml dan melakukan titrasi dengan
HCl 0,1 N ( sampai warna menjadi kuning ).
b) Melakukan prosedur di atas untuk blangko.
c) Menghitung nilai N jaringan.

N pupuk
8. P Jaringan Tanaman =
a. Bahan
1) Asam Nitrat Pekat
2) HCLO4 pekat ( 60 % )
3) Pereaksi P
26

b. Alat
1) Tabung reaksi
2) Penggojog tabung
3) Spektrofotometer
4) Timbangan analitik
c. Cara Kerja
1) Membuat larutan standar P.
2) Menimbang 0,2 gram sampel jaringan dan memasukkannya dalam
tabung reaksi.
3) Menambahkan 2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml.
4) Memanaskan di atas pemanas sampai larutan jernih dan jangan sampai
kering lalu mendinginkannya.
5) Menambahkan aquadest sampai volume menjadi 10 ml.
6) Menyaring larutan dengan kertas Whatman.
7) Mengambil 1 ml filtrat dan mengencerkan larutan sampai 10 ml.
8) Mengambil 2 ml HNO3 2 N.
9) Menambahkan 1 ml vanadium molybdat, menggojognya, dan
mendiamkannya selama 30 menit.
10) Menembak dengan spektrofotometer dan menghitung kadar P.
ppm P = y x pengenceran

Keterangan :

y = perhitungan dari hasil pembacaan setelah dimasukkan dalam


persamaan regresi.

9. K Jaringan Tanaman
a. Bahan
1) Sampel jaringan
2) HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml
27

3) Kertas Whatman
b. Alat
1) Tabung reaksi
2) Timbangan
3) Pemanas
4) Flamefotometer
c. Cara Kerja
1) Membuat larutan standar K.
2) Menimbang 0,2 gram sampel jaringan dan memasukkannya dalam
tabung reaksi.
3) Menambahkan 2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml.
4) Memanaskan di atas pemanas sampai larutan jernih dan jangan sampai
kering lalu mendinginkannya.
5) Menambahkan aquadest sampai volume menjadi 10 ml.
6) Menyaring larutan dengan kertas Whatman.
7) Mengambil 2 ml filtrat dan mengencerkan hingga 10 ml.
8) Mengamati dengan flamefotometer dan menghitung K jaringan tanaman.
Catatan : analisis K dengan mengambil 1 ml filtrat dari ekstrak P,
diencerkan hingga 10 ml ( bebas/volume yang diketahui ), dibaca dengan
Flamefotometer dan bandingkan dengan standar.
K jaringan tanaman ( ppm ) hasil pembacaan x pengenceran

Anda mungkin juga menyukai