Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanah adalah sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan
ketebalan beragam yang berbeda yang terdiri dari butiran kerikil kasar, pasir,
tanah lempung, tanah liat dan semua bahan lepas lainnya termasuk lapisan
tanah paling atas sampai pada tanah keras. Ada 5 faktor yang mempengaruhi
proses pembentukan tanah, yaitu iklim, makhluk hidup, bentuk wilayah,
bahan induk dan waktu. Iklim, cuaca dan makhluk hidup merupakan faktor
pembentuk tanah yang bersifat aktif, sedangkan bentuk wilayah, bahan induk,
dan waktu merupakan faktor pembentuk tanah yang bersifat pasif.
Jenis-jenis tanah mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda.
Sifat dan karakteristik tanah dapat berupa sifat fisika, sifat kimia, dan sifat
biologi tanah yang dapat diamati pada bagian terkecil tanah. Pedon adalah
satuan individu terkecil tanah yang terbentuk dalam tiga dimensi. Pada bagian
pedon dapat diamati lapisan-lapisan tanah yang terdiri dari solum tanah dan
bahan induk tanah yang disebut dengan profil tanah.
Tanah dapat bermanfaat bagi manusia jika manusia dapat
memeliharanya dengan baik. Namun tanah akan menjadi tidak bermanfaat
bagi manusia, bahkan sering menimbulkan ketidaktentraman jika manusia
memperlakukannya tidak baik dengan memberikan tindakan dan
perlakuan yang keliru. Mahasiswa perlu mengetahui secara benar mengenai
halhal seperti yang telah disebutkan di atas yang mempengaruhi sifatsifat
kimia maupun fisika tanah dan keadaaan tanah serta perkembangan
tanaman. Masingmasing sifat yang berbedabeda antara tanah satu dengan
tanah yang lainnya sehingga cara penanganan dan pelaksanaan dari tanah
tersebut dalam hal penggarapannya berbeda pula. Praktikum ini diharapkan
kita dapat mengerti jenis tanah beserta sifatnya sehingga dalam hal
penggarapannya diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal.
11
11
2
B. Tujuan praktikum
Praktikum kesuburan tanah bertujuan untuk :
1. Mahasiswa dapat melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengelolaan tanah terhadap pertumbuhan hasil tanaman.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum kesuburan tanah ini dilaksanakan di dua tempat yaitu Acara
Percobaan Penanaman di Lahan dilaksanakan di Jumantono, Kecamatan
Karanganyar, Kabupaten Karanganyar satu minggu sekali pada hari Sabtu
pukul 07.00 sampai selesai dimulai dari tanggal 08 Maret 2014 sampai dengan
17 mei 2014 dan Acara Analisis di Laboratorium (Tanah dan Jaringan)
Universitas Sebelas Maret sesuai dengan shift kelompok
3
13
4
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
(Samuel 2008).
Energi matahari yang tertangkap oleh tanaman jagung diubah menjadi
energi potensial, selanjutnya digunakan untuk Mengabsorpsi unsur hara,
mineral dan air, mensistesa bahan-bahan organic, mengkatalis bahan-bahan
organik yang terbentuk melalui proses respirasi dan transpirasi dan
melaksanakan pertumbuhan dan melengkapi siklus perkembangan
(Munawar 2007).
Jagung manis mempunyai ciri-ciri yaitu biji yang masih muda
bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca, sedangkan biji yang telah masak
dan kering akan menjadi kering dan berkeriput. Kandungan protein dan lemak
di dalam biji jagung manis lebih tinggi daripada jagung biasa. Untuk
membedakan jagung manis dan jagung biasa, pada umumnya jagung manis
berambut putih sedangkan jagung biasa berambut merah. Umur jagung manis
antara 60-70 hari, namun pada dataran tinggi yaitu 400 meter di atas
permukaan laut atau lebih, biasanya bisa mencapai 80 hari (Aak 2010).
Hampir semua bagian dari tanaman jagung manis memiliki nilai
ekonomis. Beberapa bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan diantaranya
adalah batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua
(setelah panen) untuk pupuk hijau / kompos, batang dan daun kering sebagai
kayu bakar, buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan dan berbagai
macam olahan makanan lainnya (Purwono dan Hartono 2006).
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan
hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua
terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia,
jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di daerah Madura,
jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini
tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak
8
bahan-bahan tanah, dan kondisi ini sangat merugikan apabila pada tanah-
tanah yang mempunyai kemampuan menfiksasi K tinggi. Sedangkan apabila
pemberian pada tempat tertentu (tugal atau alur) maka konsentrasi pada
bagian-bagian tertentu tinggi sebaliknya bagian lain sedikit. Terlalu banyak
konsentrasi K dapat merusak tanaman muda atau perakaran, yang akhirnya
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Suwarno 2006).
Nitrogen dapat dikatakan sebagai salah satu unsur hara yang
bermuatan. selain sangat mutlak di butuhkan, ia dengan
mudah tidak dapat menyersediakan bagi tanaman. Ketidaktersediaan N dari
dalam tanah dapat melalui proses pencucian/terlindi (leaching) NO3-,
denitrifikasi NO3- menjadi N2, volatilisasi NH4+ menjadi NH3-, terfiksasi oleh
mineral liat atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Larutan hara
yang ada di dalam tanah bergerak melalui proses difusi dan aliran massa
(konveksi). Walaupun mekanismenya berbeda, namun berlangsung secara
bersama-sama. Pergerakan N di dalam tanah sulit untuk diamati, karena
adanya proses transformasi yang tidak dapat dikendalikan, seperti amonifikasi
dan nitrifikasi (Sulaiman dan Eviati 2005).
E. N, P dan K Tanah
Petani mendapatkan hasil yang optimal dari suatu lahan bila ditanami
tanaman, kita harus tahu sampai sejauh mana kesuburan tanahnya. Dengan
mengetahui kesuburan tanahnya tersebut maka kita dapat menentukan dosis
pupuk yang dibutuhkan bagi tanaman yang ditanam. Kalsium dijumpai pada
tiap-tiap sel tanaman, kebanyakan unsur ini dijumpai dalam tanaman sebagai
kalsium pektat pada dinding sel-sel daun dan batang. Sehingga kalsium akan
memperkuat bagian-bagian ini. Kalsium begitu kuat menyatu dengan dinding
sel, sehingga ia tidak dapat dipindahkan dari sel-sel tua untuk membentuk sel-
sel baru. Tanaman yang kekurangan kalsium tumbuh kerdil karena sel-sel
yang baru kecil-kecil dan jumlahnya sedikit, dan mempunyai batang lemah,
karena dinding-dinding selnya tipis tidak setebal dengan dinding sel normal.
10
Kalsium relatif tidak mobil di dalam tanaman, oleh karena itu tidak
ditranslokasikan dari bagian-bagian tua ke bagian yang lebih muda
(Siradz et al 2007).
Fosfor memainkan peranan yang sangat diperlukan seperti satu bahan
bakar yang universal untuk semua aktifitas biokimia dalam sel hidup. Ikatan
adenosin trifosfat (ATP) yang berenergi tinggi melepaskan energi untuk kerja
bila diubah menjadi adenosin difosfat (ADP). Fosfor merupakan unsur yang
penting dalam tulang dan gigi. Hubungan fosfor dalam tanah dan tanaman
untuk kesehatan hewan dan makin meluaskan kejadian defisiensi fosfor pada
hewan yang digembalakan diketahui dengan baik (Muklis 2007).
Calsium (Ca) merupakan hara makro bagi tanaman disamping
Nitrogen, Fosfor, Kalium, Magnesium dan Belerang. Unsur ini biasanya tidak
dianggap sebagai unsur pupuk, oleh karena itu relatif kurang mendapat
perhatian dibandingkan dengan unsur N, P dan K. Pemakaian N, P dan K
secara besar-besaran serta penggunaan varietas-varietas tanaman yang
konsumtif terhadap unsur hara mengakibatkan unsur kalsium (Ca) terangkut
dari Tanah secara terus-menerus, sehingga ketersedian di dalam tanah sangat
kecil. Kalsium juga merupakan salah satu kation utama pada komplek
pertukaran, sehingga biasa dihubungkan dengan masalah kemasaman tanah
dan pengapuran, karena merupakan kation yang paling cocok untuk
mengurangi kemasaman atau menaikan pH tanah (Nursyamsi 2006).
langsung terhadap sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Bahan organik tanah
inni digunakan sebagai indikator kualitas dan kesehatan tanah karena
mempengaruhi kapasitas menahan air, pembentukan agregat, berat volume,
pH, kapasitas penyanggan, kapasitas tukar kation, infiltrasi, aerasi, daur hara,
mineralisasi, jerapan pestisida, serta keragaman dan aktivitas biota tanah
(Dick and Gregorich 2004).
Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa
organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi,
baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik
hasil mineralisasi (disebut biotik), termasuk mikrobia heterotrofik dan
ototrofik yang terlibat (biotik). Sumber primer bahan organik tanah maupun
seluruh fauna dan mikroflora adalah jaringan organiki tanah, baik berupa akar,
daun, batang atau ranting, buah sedangkan sumber sekunder bahan organik
berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta mikroflora. Dalam
pengelolaan bahan organic tanah, sumbernya juga berasal dari pemberian
pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos, serta pupuk
hayati (inokulan). Bahan organik berperan secara fisik, kimia, dan biologi
( Hanafiah 2005).
Bahan Organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, di
daur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat
digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah
merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian
telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik
demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad
mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap
sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman
atau binatang (Utami dan Handayani 2004).
Upaya untuk menselaraskan antara kemampuan serapan hara oleh
tanaman, dengan pelepasan hara pada saat yang sama, adalah hal yang sulit
12
rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa Ca, Mg,
K, Na dapat meningkatkan kesuburan tanah tetapi bila didominasi oleh kation
asam Al, H dapat mengurangi kesuburan tanah. Karena unsur hara terdapat
dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah
hilang tercuci oleh air (Hanafiah 2005).
Kemampuan tukar ion adalah kapasitas tanah menjerap dan
mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya disebut
kemampuan tukar kation (KTK) atau berupa anion yang besarnya disebut
kemampuan tukar anion (KTA). KTK dan KTA masing-masing diukur
menurut jumlah maksimum katioan dan anion yang dapat dijerap oleh tanah,
dinyatakan dalam cmol (+)/kg dan cmol (-)/kg (Tejoyuwono 2008).
Kapasitas tukar kation adalah kapasitas lempung untuk menyerap dan
menukar kation. Ion bermuatan positif dinetralisir oleh ion bermuatan negatif
disebut dengan electric double layer. Kation yang tertukar disebut
exchangeable cations, sedang proses pertukaran disebut cation exchange.
Partikel tanah yang bertanggung jawab terhadap penyerapan dan pertukaran
kation disebut exchange complex (Sutanto 2005).
Kebanyakan tanah tropika yang didominasi oleh koloid bermuatan
terubahkan (variabel charge coloid) mempunyai kapasitas tukar kation
bervariasi. Pengukuran kapasitas tukar kation sangat tergantung pada kondisi
pH larutan. Sehingga ada perbedaan antara kapasitas tukar kation potensial (
maksimum) yang diukur pada pH larutan yang dibuffer dan kapasitas tukar
kation efektif (aktual) yang diukur dengan larutan yang tidak tercampur sesuai
dengan kondisi pH tanah asli. Pengukuran yang umum dilakukan adalah
kapasitar tukar kation potensial (Sutanto 2005).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture)
yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah
dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air
dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil
14
moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air
tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan
kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu
yang berada ditanah bagian dalam (Utami dan Handayani 2004).
Kadar lengas merupakan salah satu sifat fisik tanah untuk mengetahui
kemampuan menyerap air dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman.
Pola curah hujan maret umumnya diatas rata-rata dan lengas tanah yang di
pengaruhi selama awal april, ketika pertumbuhan tanaman penutup tanah
terbesar. Curah hujan Maret dan April adalah terutama penting di dalam
sistem tanaman penutup tanah karena guna air tanaman penutup tanah boleh
menghabiskan lengasan tanah kepada kerusakan dari panen. Efisiensi guna air
tanaman penutup tanah sudah di laporkan untuk mencakup dari 20 juta Mg-1.
Curah hujan pada bulan Mei sampai Agustus mempengaruhi karena
konservasi air yang potensi bermanfaat bagi yang disediakan oleh residu
penutup tanah (Tono 2012)
15
115
16
e. Pengamatan
1) Setiap praktikan (kelompok praktikum) wajib membawa peralatan
untuk pengukuran dan hasil pengamatan harus disetujui asisten.
2) Cara pengukuran / pengamatan tanaman :
a) Tinggi tanaman
Tanaman Jagung ;
Mengukur pada pangkal batang tanaman (batas antara akar dan
batang) hingga ujung daun tertinggi (helaian daun ditangkupkan),
melakukannya 1 minggu sekali.
b) Berat Brangkasan Segar
Brangkasan segar meliputi seluruh daun yang telah di panen untuk
tanaman jagung dan bagian tanaman ( daun dan batang ), untuk
tanaman kacang tanah. Seluruh bagian tanaman dibersihkan dan
ditimbang berat brangkasan segarnya.
c) Berat Brangkasan Kering
Berat Brangkasan yang sudah dioven pada suhu 700C hingga bobot
menjadi konstan ( 48 jam ).
f. Pemanenan Saat Vegetatif Maksimum
1) Setelah tanaman mencapai pertumbuhan maksimum yang ditandai
dengan keluarnya bunga ( kira-kira berumur 45 hari ) dilakukan
pengambilan sampel daun ke 4/5 ( daun yang telah membuka
sempurna ), sebanyak 4 sampel per petak untuk tanaman jagung dan 2
tanaman untuk tanaman kacang tanah dengan cara memotong bagian
diatas tanah. Pada saat yang sama juga dilakukan pengambilan sampel
tanah untuk analisis beberapa sifat kimia tanah di laboratorium.
2) Sampel tanah maupun tanaman selanjutnya dibawa ke laboratorium, di
proses untuk analisis lebih lanjut.
g. Pengambilan Sampel Tanah
1) Tanaman kacang tanah dan daun jagung dibersihkan dari tanah, lalu
17
c. Cara Kerja
1) Menimbang botol timbang kosong ... (a)
2) Menimbang contoh tanah 5 gram dan memasukkannyake dalam botol
timbang.
3) Menimbang botol timbang dan contoh tanah ... (b)
4) Mengoven selama 4 jam pada suhu 1050 C.
5) Mendinginkan dalam eksikator lalu menimbang botol timbang ... (c)
6) Menghitung kadar lengas tanah
7) Aquadest
b. Alat
1) Labu takar 50 ml
2) Gelas piala 50 ml
3) Gelas ukur 25 ml
4) Pipet drop
5) Pipet ukur
c. Cara Kerja
1) Menimbang ctka 0,5 mm seberat 0,5 gram dan memasukkan ke dalam
labu takar 50 ml.
2) Menambahkan K2Cr2O7 1 N sebanyak 10 ml.
3) Menambahkan dengan dati-hati lewat dinding 10 cc Asam Sulfat pekat
setetes demi setetes, hingga menjadi berwarna jingga. Apabila muncul
warna kehijauan, menambah lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat dengan
volume diketahui. Melakukan hal yang sama untuk blangko ( tanpa tanah
).
4) Menggojok dengan memutar dan mendatar selama 1 menit, lalu
mendiamkannya selama 30 menit.
5) Menambah 5 ml Asam Fosfat 85% dan mengencerkannya dengan
aquadest hingga tanda tera ( volume 50 ml ) dan menggojok hingga
homogen.
6) Mengambil 5 ml larutan bening dan menambah 15 ml aquadest serta
indikator DPA sebanyak 2 tetes, kemudian mengocoknya bolak-balik
sampai homogen.
7) Menitrasi dengan FeSO4 1 N hingga warna hijau cerah.
Perhitungan
21
( B A) nFeSO 4 3 100
Kadar C = 10 100 0 0
100 77
berat tan ah(mg )
100 KL
4. N Total Tanah
a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) H2SO4 pekat
3) CuSO4 dan K2SO4 ( perbandingan 20 : 1 )
4) Aquadest
5) H2SO4 0,1 N atau H2BO4 10 %
6) Indicator Methyl red
7) NaOH 0,1 N atau NCl 0,1 N
8) Butir Zn
b. Alat
1) Gelas arloji
2) Timbangan analitik
3) Tabung Kjeldahl
4) Erlenmeyer
5) Buret
6) Labu destilasi
c. Cara Kerja
1) Destruksi
a) Menimbang dengan gelas arloji bersih atau kertas contoh tanah
kering angin berdiameter 0,5 mm 1 gram.
b) Memasukkan ke tabung Kjeldahl dan menambahkan 6 ml H2SO4
pekat.
c) Menambahkan campuran serbuk K2SO4 dan CuSO4 1 sendok kecil.
d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang
dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna.
22
2) Destilasi
a) Setelah larutan dalam tabung Kjeldahl dingin, menambahkan aquades
30 ml dan menuangkan dalam tabung destilasi (tanah tidak ikut),
menambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat.
b) Mengambil larutan penampung 10 ml (merupakan campuran H2SO4
0.1 N dan 2 tetes metyl red ) pada beker gelas atau erlenmenyer
(larutan penampung sudah dibuatkan).
c) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml.
3) Titrasi
a) Mengambil larutan penampung 10 ml dan melakukan titrasi pada
larutan dalam bekerglass hasil destilasi, dengan NaOH 0.1 N sampai
warna hampir hilang atau kuning bening.
b) Melakukan prosedur di atas tanah blanko.
c) Menghitung nilai N total tanah.
N total tanah =
5. P Tersedia Tanah
a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Larutan HCl 0,025 N
3) Larutan NH4F 0,03 N
4) Amonium Molibdat
5) Larutan SnCl2
6) Larutan standard P
b. Alat
1) Gelas ukur
2) Timbangan analitik
23
3) Tabung reaksi
4) Corong
5) Kertas Saring Whatman
6) Erlenmeyer
7) Pipet ukur
8) Spektrofotometer
c. Cara Kerja
1) Mengencerkan larutan standar P (dilakukan co-ass).
2) Menimbang 0,5 gram tanah kering angin kemudian memasukkanya ke
dalam flankon.
3) Menambah 7 ml larutan Bray 1 ( 0.025 N HCl + 0.03 N NH4F ) lalu
menggojognya selama 1 menit.
4) Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih.
5) Mengambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquades.
6) Menambah 2ml amonium molybat hingga homogen.
7) Menambah 1 ml SnCl2 dan menggojognya (sebelum ditembak)
8) Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.
6. K Tersedia Tanah
a. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Lithium klorida ( LiCl2 ) 0,05 N
3) Ammonium acetatate 1 N pH 7
24
b. Alat
1) Gelas ukur
2) Tabung reaksi
3) Timbangan analitik
4) Corong
5) Flame Photometer
c. Cara Kerja
1) Menimbang contoh tanah 2.5 gram.
2) Menambah amonium asetat 25 ml dan menggojog selama 30 menit.
3) Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml.
4) Menambah 5 ml LiCl2dan menjadikan volume 50 ml dengan aquades.
5) Menembak dengan flamefotometer.
K Tersedia Tanah
=
7. N Jaringan Tanaman
a. Bahan
1) Asam sulfat pekat
2) Natrium Hidroksida
3) Asam Borat
4) Petunjuk Conwey
5) Batu didih
b. Alat
1) Neraca analitik tiga digital
2) Tabung digestion
3) Alat destilasi
4) Labu didih 250 ml
5) Erlenmeyer 100 ml
25
6) Tabung reaksi
c. Cara Kerja
1) Destruksi
a) Menimbang sampel tanaman dengan kertas bersih dan kering
sebanyak 0,1 gram.
b) Memasukkan ke dalam tabung Kjeldahl dan menambahkan 3 ml
H2SO4 pekat.
c) Menambahkan campuran serbuk CuSO4 dan K2SO4 1 sendok kecil.
d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang
dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna.
2) Destilasi
a) Menambahkan aquadest 30 ml, setelah larutan dalam tabung Kjeldahl
dingin dan menuangkan dalam tabung destilasi, menambahkan 2
butir Zn dan 20 ml NaOH pekat.
b) Membuat larutan penampung 10 ml campuran H3BO3 4 % +
indikator campuran pada gelas piala ( sudah dibuatkan ).
c) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml.
3) Titrasi
a) Mengambil larutan hasil destilasi 10 ml dan melakukan titrasi dengan
HCl 0,1 N ( sampai warna menjadi kuning ).
b) Melakukan prosedur di atas untuk blangko.
c) Menghitung nilai N jaringan.
N pupuk
8. P Jaringan Tanaman =
a. Bahan
1) Asam Nitrat Pekat
2) HCLO4 pekat ( 60 % )
3) Pereaksi P
26
b. Alat
1) Tabung reaksi
2) Penggojog tabung
3) Spektrofotometer
4) Timbangan analitik
c. Cara Kerja
1) Membuat larutan standar P.
2) Menimbang 0,2 gram sampel jaringan dan memasukkannya dalam
tabung reaksi.
3) Menambahkan 2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml.
4) Memanaskan di atas pemanas sampai larutan jernih dan jangan sampai
kering lalu mendinginkannya.
5) Menambahkan aquadest sampai volume menjadi 10 ml.
6) Menyaring larutan dengan kertas Whatman.
7) Mengambil 1 ml filtrat dan mengencerkan larutan sampai 10 ml.
8) Mengambil 2 ml HNO3 2 N.
9) Menambahkan 1 ml vanadium molybdat, menggojognya, dan
mendiamkannya selama 30 menit.
10) Menembak dengan spektrofotometer dan menghitung kadar P.
ppm P = y x pengenceran
Keterangan :
9. K Jaringan Tanaman
a. Bahan
1) Sampel jaringan
2) HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml
27
3) Kertas Whatman
b. Alat
1) Tabung reaksi
2) Timbangan
3) Pemanas
4) Flamefotometer
c. Cara Kerja
1) Membuat larutan standar K.
2) Menimbang 0,2 gram sampel jaringan dan memasukkannya dalam
tabung reaksi.
3) Menambahkan 2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml.
4) Memanaskan di atas pemanas sampai larutan jernih dan jangan sampai
kering lalu mendinginkannya.
5) Menambahkan aquadest sampai volume menjadi 10 ml.
6) Menyaring larutan dengan kertas Whatman.
7) Mengambil 2 ml filtrat dan mengencerkan hingga 10 ml.
8) Mengamati dengan flamefotometer dan menghitung K jaringan tanaman.
Catatan : analisis K dengan mengambil 1 ml filtrat dari ekstrak P,
diencerkan hingga 10 ml ( bebas/volume yang diketahui ), dibaca dengan
Flamefotometer dan bandingkan dengan standar.
K jaringan tanaman ( ppm ) hasil pembacaan x pengenceran