Tgl Percobaan
PENGAWAS PRAKTIKUM
14 September 2009 ATOMIC ABSORBTION
SPECTROPHOTOMETRY
ACC, Tgl ( AAS)
Drs. Harjanto,MSc
2010 NIP. 19610629 199003 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Percobaan
sampel berupa larutan, sampel harus diuapkan terlebih dahulu dan diikuti
dengan dissosiasi molekul agar tercipta atom bebas. AAS dapat digunakan
untuk analisa logam-logam dalam sampel. AAS tidak dapat menganalisa unsur
nonlogam karena atom-atom logam cenderung menjadi ion ketika unsur
tersebut dibakar, sehingga absorbsi oleh cahaya terhadap atom tidak dapat
terjadi.
T=
Karena pada hukum Beer, abso rbansi berbanding lurus dengan konsentrasi
tetapi berbanding terbalik dengan transmitansi . Hubungan ini dapat dilihat dari
persamaan berikut:
T= = 10 bC
A = log = b C
intensitas radiasi yang terserap pada atom. Energi radiasi yang diserap oleh
atom menyebabkan elektron tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Jumlah atom yang tereksitasi sebanding dengan pengurangan dari intensitas
radiasi dari sumber cahaya.
1.3.3 Instrumentasi
Diagram optis alat AAS dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini:
Penguat arus
Pemotong searah
Tabung katoda cekung berputar Nyala Detektor Pencatat
Monokromator
Motor
Sumber tenaga
1. Sumber Cahaya
Ne or
Glass
Ar
shield
Sistem ini berfungsi untuk mengubah larutan me njadi butir -butir kabut
yang berukuran 15-20 m, dengan cara menarik larutan melalui kapiler
dengan penghisapan pancaran gas bahan bakar dan gas oksidan disemprotkan
ke ruang pengabut melaui penguranagan tekana dibawah tekanan udara
normal (P < 1 atm). Partikel-partikel kabut yang halus kemudian bersama -
sama aliran gas bahan bakar masuk ke dalam nyala ,sedang part ikel kabut
yang besar dialirkan melalui saluran pembuangan.
b) Burner system
Aeorosol
Bahan bakar
dan oksidan
Sampel analit
Saluran pembuangan
Dari gambar dapat dijelaskan bahwa, bahan bakar, udara dan sampel
diumpankan ke tempat campuran melalui sedereta buffle kemudian menuju ke
tempat pembakaran. Pemasangan buffle dimaksudkan untuk pencampuran
bahan bakar, oksidan dan sampel agar terjadi dengan sempurna. Sampel yang
masuk pada alat ini menghasilkan cairan bermacam -macam. Tetesan yang
besar akan menumbuk buffle sehingga sampai pada nyala api dengan ukuran
yang seragam.
Larutan sampel disedot melalui pipa kapi ler yang dilalui udara atau
oksigen lewat ujung yang diruncingkan dari pipa dalam nyala oleh gas -gas
yang berdesakan. Aerosol yang terbentuk melewati nyala, sebagian terionisasi,
tetapai sebagian besar tetap berada pada atom netral. Atom-atom ini kemudian
memancarkan energi dan dibaca oleh monokromator.
3. Monokromator
Monokromator adalah alat yan g berfungsi mengubah cahaya poli kromatik
menjadi cahaya monokromatik. Monokromator terdiri dari cermin dan
greating atau dikenal dengan monokromator Cerny Turner . Seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.4 dibawah ini (greating)
Ada tiga pengukuran yang biasa digunakan pada analisis sampel den gan
menggunakan AAS, yaitu :
a. Metode Satu Standar
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya (C x). Selanjutnya absorbansi larutan
standar (A x) dan absorbansi larutan sampel (A s) diukur dengan AAS
Kelemahan sistem ini, jika standar salah maka hasil analisa yang dilakukan
semua akan salah.
As = bcs
As = bcx cx=
cx = Konsentrasi sampel
As = Absorbansi larutan standar
Ax = Absorbansi sampel
Cs = Konsentrasi larutan standar
b. Metode Kurva Kalibrasi
Metode kurva kalibrasi/standar yaitu dengan membuat kurva antara
konsentrasi larutan standar (sebagai absis) lawan absorbansi (sebagai
ordinat) di mana kurva tersebut berupa garis lurus. Kemudian dengan cara
menginterpolasikan absorban si larutan sampel ke dalam kurva standar
tersebut dan akan diperoleh konsentrasi larutan sampel. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.5 dibawah ini
Absorbansi
sampel
y = a + bx
aaaabaaaa
y = Absorbansi
x = Konsentrsai
Absorbansi a = Intersep
larutan standar
b = Slope
Konsentrasi
sampel
Absorbansi y=
larutan standar
y = Absorbansi
x = Volume standar
Konsentrasi a = Intersep
cuplikan
b = Slope
Gangguan serapan latar dapat dikore ksi dengan cara sebagai berikut:
a. Dengan pengukuran yang lebih sederhana
Harga serapan yang diberikan pada pengukuran, memberikan
jumlah serapan atom yang dianalisis dengan serapan latar, serapan
latar ini dapat diukur pada panjang gelombang serapan atom y ang
dianalisi; maka harga serapan atom dapat ditentukan secara mudah
dengan pengurangan yang sederhana.
b. Koreksi dengan garis yang berdekatan
Pada cara ini serapan latar di ukur pada panjang gelombang + 50
dari garis serapan atom yang dianalis is. Metode ini mempunyai
kekurangan sebab lampu katoda rongga yang memancarkan sinar
kuat pada + 50 dari garis analisis unsur yang ditentukan tidak
selalu tersedia dan juga serapan atom dan serapan latar tidak diukur
pada panjang gelombang yang sama.
c. Koreksi dengan panjang gelombang sinar yang kontinu
Sinar yang intensitasnya hampir merata pada daerah 1900 -4300 A,
dapat digunakan secara efektif untuk koreksi serapan latar, yaitu
dapat digunakan lampu D 2/H2. Monokromato diatur pada panjang
gelombang garis analisis dan sinar dari lampu D 2 diatur selebar
beberapa di sekitar panjang gelombang dari unsurnya di analisi,
maka serapan latar dapat diukur. Dengan pengurangan serapan latar,
maka serapan atom dapat diukur langsung dengan mud ah.
2. Gangguan matriks, yaitu gangguan yang disebabkan oleh unsur -unsur atau
senyawa lain yang terkandung didalam cuplikan. Adanya matriks ini
menyebabkan perbedaan pada proses atomisasinya dan proses penyerapan
energi radiasi oleh atom yang dianalisa dengan standar murni. Gangguan
matriks ini dapat diatasi dengan metode penambahan standar.
3. Gangguan akibat pembentukan senyawa refraktori, gangguan ini dapat
diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan anion yang ada pada larutan
sampel sehingga terbentuk seny awa yang tahan panas (refraktori ).
(bila signal berada dalam pita spekturum dari sinar yang digunakan).
Gangguan dapat diatasi dengan melakukan beberapa cara, yaitu
mempersempit lebar celah, menaikkan arus lampu, mengenc erkan laruatan
atau menggunakan nyaka yang lebih rendah.
7. Gangguan fisik alat, yaitu semua parameter yang dapat mempengaruhi
kecepatan sampel sampai ke nyala dan sempurnanya atomisasi. Parameter -
parameter tersebut adalah kecepatan alir gas, berubahnya vis kositas sampel
akibat suhu nyala. Gangguan ini dapat diatasi dengan lebih sering membuat
kalibrasi atau standarisasi.
BAB II
METODOLOGI
5. Mengeprint data
Mengklik file, lalu close sehingga akan kembali pada menu awal
Mengklik report
Mengklik check data
Mengklik nama file percobaan yang dilakukan
Mengklik print, lalu ok .
6. Mematikan alat AAS
Mengklik exit pada menu awal
Mengklik start pada monitor kemudian shut down
Mematikan alat AAS
Menutup kran tabung gas
Mematikan sumber arus listrik.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
C Absorbansi
Larutan X SD % RSD
(mg/L) x1 X2 x3
% RSD =
= 3,63 10-3
% RSD =
Dengan cara yang sama untuk menentukan SD dan %RSD untuk standar
selanjutnya, larutan blanko dan sampel.
BAB IV
PEMBAHASAN
Tujuan kedua adalah mampu mengoperasikan alat AAS, hal ini dapat
dibuktikan pada bab 2 pada prosedur percobaan pengoperasiaan Spectra AA
220.
Pada tujuan praktikum selanjutnya, yaitu membuat kurva standar. Kurva
standar dibuat berdasarkan pada konsentrasi larutan standar melawan absorbansi
(penyerapan cahaya oleh atom atom dari larutan standar yang diatomkan). Dari
kurva standar diperoleh persamaan y = 0,0353x - 0,0054.
Untuk tujuan praktikum yang terakhir adalah menentukan konsentrasi sampel.
Terdapat 2 sampel yang harus diketahui konsentrasinya. Ma sing masing sampel
memiliki konsentrasi yang berbeda. Dalam hal ini terdapat 2 metode untuk
mengetahui konsentrasi larutan standar, yaitu pertama melalui interverensi
langsung dari alat AAS, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
o Sampel X1 = 13,79 mg/L
o Sampel X2 = 9,077 mg/L
Sedangkan metode kedua adalah menggunakan persamaan dari kurva standar,
yaitu dengan cara mengganti y dengan absorbansi sampel pada pembacaan alat.
Hasil yang diperoleh cukup berbeda daripada interverensi langsung dari alat , yaitu
o Sampel X1 = 14,323 mg/L
o Sampel X2 = 9,252 mg/L
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada prinsipnya alat AAS didasarkan pada banyaknya cahaya yang diserap
oleh atom-atom logam yang ada dalam sampel dimana banyaknya cahaya
yang diserap sebanding dengan banyaknya konsentrasi logam tersebut
dalam sampel.
2. Pembuatan kurva standar merupakan grafik yang dibuat dari Absorbansi
Vs Konsentrasi dari larutan standard dimana memperoleh p ersamaan garis
yaitu, y = 0,0353x - 0,0054.
3. Dari praktikum didapatk an konsentrasi Cu dengan 2 metode. Yang
pertama diperoleh dari pembacaan langsung oleh alat, yaitu :
o Sampel X1 = 13,79 mg/L
o Sampel X2 = 9,077 mg/L
Dan metode kedua dari perhitungan pada persamaaaan garis dimana x
adalah konsentrasi dan y adalah absorbansi, yaitu :
o Sampel X1 = 14,323 mg/L
o Sampel X2 = 9,252 mg/L
5.2 Saran
Underwood., AL., Day., RA., Jr. 2002, Analisa Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam, Jakarta: Erlangga.
0.6
0.5
0.4 Series1
0.3 Linear (Series1)
0.2
0.1
0
-0.1 0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (ppm)