Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Walang sangit (L. oratorius L) adalah hama yang menyerang

tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi

menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna.

Penyebaran hama ini cukup luas. Di Indonesia walang sangit merupakan

hama potensial yang pada waktu-waktu tertentu menjadi hama penting dan

dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50%. Diduga bahwa

populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai 25%.

Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9 rumpun

padi akan menurunkan hasil 15%. Hubungan antara kepadatan populasi

walang sangit dengan penurunan hasil menunjukkan bahwa serangan satu

ekor walang sangit per malai dalam satu minggu dapat menurunkan hasil

27% Kwalitas gabah (beras) sangat dipengaruhi serangan walang sangit.

Diantaranya menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration. Sehingga

serangan walang sangit disamping secara langsung menurunkan hasil,

secara tidak langsung juga sangat menurunkan kwalitas gabah (Baeheki,

1992).
Hasil pengamatan dilapang menunjukkan bahwa pengendalian

dengan menggunakan perangkap bau busuk cukup efektif dibandingkan

pengendalian lainnya dalam mengendalikan hama walang sangit. Adapun

fungsi dari penggunakan perangkap dari bahan yang dibusukkan tersebut

adalah untuk mengalihkan perhatian dari walang sangit tersebut karena

dengan perangkap tersebut walang sangit

lebih tertarik berkunjung ketempat perangkap tersebut dibandingkan

pada bulir padi. Pengandalian hama walang sangit dengan cara perangkap

busuk tersebut yang dipasang ditepi-tepi sawah dengan jarak antar

perangkap 10-15 m tersebut cukup efektif perangkap bau busuk tersebut

untuk makan dan mengisap cairannya. Walang sangit lebih tertarik kepada

bau-bauan tersebut dibandingkan makan pada padi yang sedang berbunga

sampai matang susu (Borror, 1992).

Menurut Sunjaya (1970) banyak diantara jenis-jenis serangga

tertarik oleh bau-bauan dipancarkan oleh bagian tanaman yaitu bunga, buah

atau benda lainnya. Zat yang berbau tersebut pada hakekatnya adalah

senyawa kimia yang mudah menguap seperti pada perangkan bau busuk

tersebut. Dengan demikian intensitas kerusakan bulir/biji padi

dapat dihindari dengan cara perangkap bau tersebut. Dilihat dari

lingkungan tidak mempengaruhi terutama keberadaan musuh alami

(predator dan parasitoid) di lahan lebak tersebut. Dari hasil pengamatan

terhadap musuh alami populasi predator jenis laba-laba, kumbang karabit

dan belalang minyak dan jenis parasitoid lainnya populasi cukup tinggi. Dan
ada pula cara lain yaitu dengan menggunakan obor dan asap tetapi

hasilnya kurang memuaskan, karena cara tersebut selain dapat menarik

walang sangit tetapi juga dapat menarik serangga-serangga lain terutama

jenis musuh alaminya ikut terbunuh. Adapun cara perangkap bau busuk

tersebut bukan mematikan hama walang sangit tetapi, hanya mengalihkan

perhatian sehingga dapat menghindari serangan hama tersebut pada padi.

Pengendalian Serangan walang sangit dapat dikendalikan dengan berbagai

cara misalnya melakukan penanaman serempak pada suatu daerah yang

luas sehingga koloni walang sangit tidak terkonsentrasi di satu tempat

sekaligus menghindari kerusakan yang berat. Pada awal fase generstif

dianjurkan untuk menanggulangi walang sangit dengan perangkap dari

tumbuhan rawa Limnophila sp., Ceratophyllum sp., Lycopodium sp. dan

bangkai hewan : kodok, kepiting, udang dan sebagainya. Walang sangit

yang tertangkap lalu dibakar. Parasit telur walang sangit yang utama adalah

Gryon nixoni dan parasit telur lainnya adalah Ooencyrtus malayensis

(Baeheki, 1992).

Walang sangit dapat tertarik pada bau-bau tertentu seperti

bangkai dan kotoran binatang, beberapa jenis rumput seperti Ceratophyllum

dermesum L, C. Submersum L, Lycopodium carinatum D, dan Limnophila

spp. Apabila walang sangit sudah terpusat pada tanaman perangkap,

selanjutnya dapat diberantas secara mekanik atau kimiawi (Natawigena,

1990).
Pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida yang

dianjurkan dan aplikasinya didasarkan pada hasil pengamatan. Apabila

terdapat dua ekor walang sangit per meter persegi (16 rumpun) saat padi

berbunga serempak sampai masaka susu, saat itulah dilakukan

penyemprotan. Walang sangit dewasa dapat dikendalikan dengan

insektisida monokrotofos. Insektisida yang efektif terhadap walang sangit

adalah BPMC dan MICP. Pengendalian secara biologi dengan beberapa

penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih

skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalah

O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria sp dan

Metharizum sp (Harahap dan Tjahyono, 1997).

Menurut Baeheki (1992) Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapa

langkah, yaitu:

Mengendalikan gulma, baik yang ada di sawah maupun yang ada

disekitar pertanaman.

Meratakan lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata agar

tanaman tumbuh seragam.

Menangkap walang sangit dengan menggunakan jarring sebelum stadia

pembungaan.

Mengumpan walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging yang

sudah rusak, atau dengan kotoran ayam.

Menggunakan insektisida bila diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada

pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.


2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh

perangkap terhadap strategi pengendalian hama pada tanaman padi dan

dapat mengetahui jumlah hama yang terperangkap


BAB II

METODELOGI PRAKTIKUM

1. Tempat dan Waktu Praktikum


a. Tempat :
b. Waktu : 8 dan 9 oktober 2016 dan 7 dan 8 januari 2017
2. Alat dan Bahan
a. Alat : kayu, papan, gergaji, tali, kamera
b. Bahan : terasi, bangkai kepala ayam, bangkai kepiting, bangkai ikan
3. Cara Kerja
a. Siapkan alat dan bahan ( kayu, papan).
b. Potong kayu dan papan sesuai dengan ukuran yang telah di tetapkan.
c. Tempelkan papan pada ujung kayu menggunakan paku.
d. Tancapkan kayu tadi pada area persawahan.
e. Letakkan bahan perangkap diatas papan kemudian ikat dengan tali.
f. Amati apakah hama walang sangit terperangkap selama 2 kali
pengamatan pada pagi hari.
g. Catat hasilnya lalu bandingkan antara pengamatan pertama dan kedua.

Anda mungkin juga menyukai