Landasan Psikologis Pendidikan
Landasan Psikologis Pendidikan
KURIKULUM
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD BUDI UTMO
201610060311139
GHINA MARWA QANITAH
201610060311159
i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
KAJIAN TEORI................................................................................................................3
3.1 A. LANDASAN PENDIDIKAN......................................................................3
3.2 B. ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN........................................................6
BAB III..............................................................................................................................8
PEMBAHASAN................................................................................................................8
3.1 Teori psikologi menurut para ahli.......................................................................8
3.2 Pengertian landasan psikologi pendidikan........................................................11
3.3 Bentuk psikologis pendidikan...........................................................................12
3.4 Kontribusi psikologi pendidikan dalam proses belajar.....................................15
BAB IV............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan......................................................................................................19
4.2 Saran................................................................................................................19
Daftar pustaka..............................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari latar belakan diatas dapat dirumuskan beberapa masalah yang kami
bahas. Diantaranya adalah:
1. Bagaimana pendapat para ahli tentang teori psikologi?
2. Apakah arti psikologi pendidikan?
3. Apa saja bentuk psikologi dalam pendidikan?
4. Apa kontribusi landasan psikologi pendidikan dalam proses belajar?
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Landasan Filosofis
a) Esensialisme
b) Perenialisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai
kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
d) Rekonstruksionisme
3
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
2. Landasan Sosiologis
2. Hubungan kemanusiaan.
3. Landasan Kultural
4
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui
upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan
bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan
kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4. Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk
memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat
dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga
pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi
dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya hasil
perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan
informasi maupun cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi
masyarakat.
5
3.2 B. ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
semangat)
3. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari
sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang
dapat merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi
yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari
sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang
dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu
dimensi vertikal dan horisontal.
1. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
6
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan
peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA
(Cara Belajar Siwa Aktif).
7
BAB III
PEMBAHASAN
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan
penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila penyajiannya
mengiringi suatu tingkah laku siswa yang cenderung dapat meningkatkan
terjadinya pengulangan tingkah laku itu, dalam hal ini berarti tingkah laku
8
tersebut diperkuat. Sedangkan penguatan negatif adalah stimulus yang
dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung menguatkan tingkah laku.
Gagne membagi belajar dalam delapan tipe secara berurtan, yaitu: belajar
sinyal (isyarat), stimulus-respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal,
memperbedakan, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.Gagne
berpendapat bahwa proses belajar pada setiap tipe belajar tersebut terjadi dalam
empat tahap secara berurutan yaitu tahap: pemahaman, penguasaan, ingatan, dan
pengungkapan kembali.
9
tertentu yang dianggap sesuai untuk belajar topic matematika yang akan
diajarkan.
10
2. Tahap Ikonik, anak memahami dunia melalui gambaran-gambaran
dan visualisasi verbal.
3.Tahap simbolik,anak telah memilikigagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi oleh bahasa dan logika.
11
berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan
aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan
suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi
tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
A. Psikologis Perkembangan
12
perkembangan seseorang secara individual.
B. Psikologi Belajar
13
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan
perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini
berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan
hasil belajar.
1. Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk
menghapal perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori
Naturalis bisa dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan
seumur hidup.
2. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-
perilaku nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan
sebagainya.
3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang
rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan
untuk mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).
C. Psikologi Sosial
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu.
1. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu
sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama
tentang kepribadiannya.
2. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan,
maka hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
14
3. Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan
situasi pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah
kesan pertama tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik
akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga
merupakan aspek psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit
untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya
kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka
dengan senang hati belajar di sekolah.
15
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan
kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metodepenyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum
yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada
intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus
memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi,
kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa
melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3)
hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa
16
3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan
dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga
baginya.
4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil
sambilan.
6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7) Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek
intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan
sebagainya.
8) Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-
benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas
secara verbalistis.
10) Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang
sering mengejar tujuan-tujuan lain.
11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang
menyenangkan.
12) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh
pemahaman.
13) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk
belajar.
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna
memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian
psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata
dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik,
terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur
tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal
17
sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur
potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial
Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya
melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan
proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat
dicapai perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi
kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan
usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan.
Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di
dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan
yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya.
Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari
pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan
psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian
keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah pendidik diwajibkan menerapkan nilai-nilai
landasan psikologis pendidikan dalam proses belajar mengajar. Landasan
psikologis kurikulum juga harus sesuai pada tempatnya karena pendidik lebih
memperhatikan landasan psikologi pendidikan yang sesuai dengan peserta didik.
Daftar pustaka
19
Sudrajat, A. 2002. Kontribusi Psikologi Pendidikan, (online),
http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/09/landasan-pengembangan-
kurikulum.html
20