Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM PENGENDALIAN KOROSI

SEMESTER GANJL TAHUN AJARAN 2016/2017

Modul : Proteksi Katodik


Pembimbing : Ir. Yunus Tanopa S MT.

Tanggal Praktikum : 11 September 2017


Tanggal Penyerahan Laporan : 18 September 2017

Oleh

Kelompok :4
Nama : Ilham Januari (151411045)
Latifa Dawa P (151411046)
Lora Trismigo P (151411047)
Miranti Agustina (151411048)
Kelas : 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem perpipaan merupakan salah satu aspek penting yang mendukung proses produksi
di dunia industri termasuk industri minyak dan gas bumi. Sistem perpipaan terdiri dari
beberapa jaringan pipa yang digunakan sebagai alat distribusi. Sesuai dengan standar teknik
perpipaan yang dipakai di Indonesia dan tertuang dalam Surat Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M-PE/1997, pipa penyalur minyak dan gas bumi
harus ditimbun di dalam tanah. Penempatan jaringan pipa dalam tanah dapat menyebabkan
korosi pada pipa, hal ini terjadi karena dalam tanah terdapat mineral-mineral yang dapat
menyebabkan atau bahkan memacu terjadinya korosi pada pipa. Untuk mengendalikan atau
memperlambat terjadinya korosi pada jaringan pipa tersebut maka sistem pengendalian yang
dapat dilakukan pada umumnya adalah pemasangan coating dan dilengkapi dengan penerapan
metode proteksi katodik.
Metode proteksi katodik terdiri dari dua jenis, yaitu metode proteksi anoda korban
(sacrificial anode) dan arus paksa (impressed current). Prinsip proteksi katodik adalah
membanjiri struktur yang dilindungi oleh arus eksternal. Sumber arus yang digunakan pada
metoda anoda korban berasal dari logam yang kurang mulia yang dihubungkan dengan
konduktor logam pada struktur yang dilindungi (untuk sacrificial anode).
Sistem proteksi katodik anoda korban adalah salah satu metode penanggulangan korosi
yang dapat dilakukan dengan menghubungkan anoda korban terhadap material yang akan
diproteksi. Material yang akan diproteksi diatur agar berperan sebagai katoda dalam suatu sel
korosi dan logam lain yang memiliki potensial yang lebih negatif berperan sebagai anoda.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum proteksi katodik kali ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.Adapun
tujuan umum dari praktikum proteksi katodik ini diantaranya sebagai berikut :
1) Mengetahui cara menginspeksi peralatan pengendalian korosi terhadap pipa yang
menggunakan metode sacrificial anode (anoda korban) dan menggunakan metode impressed
current (arus paksa).
2 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik
Adapun tujuan khusus dari praktikum proteksi katodik ini diantaranya sebagai berikut :
1) Mengerti cara membuat grafik sebagai representasi hasil pengukuran potensial.
2) Mengukur potensial pipa dengan metoda anoda korban dan arus paksa
3) Mengetahui analisis dasar karakteristik perlindungan korosi berdasarkan sifat grafik
potensial yang telah tergambar.

3 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Korosi


Material logam yang biasa dijumpai sehari-hari berasal dari proses pembentukan dari
bijihnya. Bijih logam digabungkan satu sama lain sehingga membentuk material logam yang
memiliki energi yang tinggi. Bijih-bijih tersebut biasanya berupa oksida logam seperti hematit
(Fe2O3) untuk besi atau bauksit (Al2O3.H2O) untuk aluminium. Menurut salah satu prinsip
termodinamika, sebuah material selalu mengarah pada keadaan energi yang paling rendah.
Begitu juga pada material logam, kebanyakan logam tidak stabil secara termodinamik dan
cenderung akan mencari keadaan energi yang lebih rendah, yang berupa oksida atau beberapa
senyawa lainnya. Proses yang melibatkan perubahan logam ke arah oksida dengan energi
rendah disebut korosi.
Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim
adalah perkaratan besi. Korosi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Korosi basah, yaitu proses korosi yang terjadi pada lingkungan berair.
2. Korosi dalam larutan garam.
3. Korosi kering, biasanya terjadi pada suhu tinggi.

2.1.1 Elektrokimia Korosi


Elektrokimia merupakan reaksi kimia yang melibatkan adanya transfer elektron antara
elektroda positif (anoda) dan elektroda negatif (katoda).
Proses korosi merupakan reaksi elektrokimia yang terjadi pada material logam. Reaksi
korosi melibatkan proses pelepasan elektron (oksidasi) dari logam [persamaan (1)] dan proses
penerimaan elektron oleh beberapa reaksi reduksi, seperti reduksi oksigen atau air [persamaan
(2) dan (3), secara berurutan].
2Fe 2Fe2+ + 2e- (1)
O2 + 2H2O + 4e- 4OH- (2)
2H2O + 2e- H2 + 2OH- (3)
Pada proses korosi, reaksi oksidasi sering disebut sebagai reaksi anodik dan reaksi
reduksi disebut sebagai reaksi katodik. Reaksi oksidasi menyebabkan hilangnya struktur

4 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


logam, dengan diikuti pelepasan electron yang selanjutnya diterima oleh reaksi reduksi untuk
mempertahankan kenetralan muatan. Apabila terdapat muatan negative dalam jumlah besar
diantara logam dan elektrolit, proses korosi dapat dicegah.
Reaksi elektrokimia (oksidasi dan reduksi) mengacu pada reaksi setengah sel. Kedua
reaksi tersebut dapat terjadi pada daerah yang sama atau terpisah. Reaksi elektrokimia yang
terjadi pada daerah terpisah disebut sebagai sel korosi diferensial. Skema sel korosi diferensial
dapat dilihat pada Gambar 2.1. Bagian logam yang mengalami oksidasi disebut sebagai
anoda atau bagian anodik. Pada bagian ini, arus listrik searah (diartikan sebagai aliran muatan
positif) mengalir dari permukaan logam menuju elektrolit disertai dengan pelepasan ion
logam. Arus ini mengalir dalam elektrolit ke bagian oksigen, air, atau beberapa jenis lainnya
mengalami reduksi. Bagian ini biasa disebut sebagai katoda atau bagian katodik. Berikut
adalah empat komponen penting dari sel korosi diferensial.
a. Anoda
Anoda merupakan bagian yang melepaskan elektron (oksidasi).
b. Katoda
Katoda merupakan bagian yang menerima elektron (reduksi).
c. Penghantar listrik
Penghantar listrik dapat berupa konduktor yang dapat menghubungkan arus listrik antara
anoda dan katoda.
d. Elektrolit
Elektrolit merupakan media yang dapat menghantarkan arus listrik, misalnya air dan tanah.

Gambar 2.1 Skema sel korosi diferensial.

5 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


Korosi dalam tanah yang dialami saluran pipa dan struktur lainnya sering disebabkan
oleh sel korosi diferensial. Sel korosi diferensial meliputi sel aerasi diferensial yang
melibatkan perbedaan jumlah konsentrasi oksigen dalam tanah. Sel tersebut dihasilkan oleh
perbedaan alami pada permukaan pipa atau zat kimia dalam tanah. Korosi galvanic merupakan
salah satu bentuk sel korosi diferensial yang terjadi karena dua logam berbeda terhubungkan
secara elektrik dan ditempatkan di lingkungan korosif.

2.1.2 Metode Penanggulangan Korosi


Berikut adalah lima metoda penanggulangan korosi yang biasa dilakukan.
1) Pemilihan material yang tepat
Pemilihan material disesuaikan dengan biaya, ketersediaan, dan karakteristik material.
2) Perancangan material yang tahan terhadap lingkungan tertentu
Perancangan material meliputi penambahan unsur paduan, pemurnian, perlakuan panas, dan
pendinginan
3) Pengubahan lingkungan yang korosif
Pengubahan lingkungan dapat dilakukan dengan penambahan inhibitor ke dalam media korosi
sehingga dapat menghambat reaksi anodik dan katodik.
4) Pemutusan interaksi antara material dengan lingkungan
Pemutusan interaksi antara material dengan lingkungan dapat dilakukan dengan penambahan
lapisan pada pipa sebagai isolator atau biasa disebut coating.
5) Pengubahan potensial logam dengan metode proteksi katodik dan anodik
Pemilihan metode penanggulangan korosi biasanya dipertimbangkan berdasarkan
beberapa aspek, yang meliputi aspek ekonomi, kualitas, lingkungan dan keamanan proteksi.

2.1.3 Sistem Proteksi Katodik


Sistem proteksi katodik banyak digunakan untuk memproteksi struktur baja yang berada
di dalam tanah dan lingkungan air laut, dan sedikit digunakan (pada kondisi tertentu) untuk
penempatan baja dalam air tawar.
Dalam banyak kasus, penerapan proteksi katodik sering dikombinasikan dengan
coating. Tujuannya adalah untuk melindungi baja pada saat coating mengalami kerusakan.

6 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


Pada saat ini, penerapan system proteksi katodik telah meningkat secara cepat dengan
banyaknya penerapan di area eksplorasi serta produksi minyak dan gas yang berada di
offshore. Metode proteksi ini merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk
memproteksi bagian material yang terendam oleh air, terutama air laut.
Prinsip utama system proteksi katodik adalah menekan arus eksternal ke dalam
material sehingga potensial material turun ke daerah imun. Dengan kata lain, material yang
digunakan sebagai katoda dalam sel elektrokimia terpolarisasi secara katodik seperti yang
digambarkan pada kurva E log I dalam Gambar 2.2.
Berdasarkan Gambar 2.2 terlihat bahwa i0 katoda lebih rendah daripada iA yang
dimiliki oleh anoda korban begitu juga dengan nilai potensialnya. Dengan adanya arus
eksternal yang dialirkan dari anoda ke katoda, katoda menjadi terproteksi dan rapat arus korosi
katoda menjadi lebih rendah daripada i0, yaitu ikor. Arus eksternal dapat dihasilkan dengan dua
cara yang berbeda, yaitu:
a) Menggunakan logam yang kurang mulia dalam bentuk anoda korban yang dihubungkan
dengan konduktor logam pada struktur yang dilindungi,
b) Menggunakan sumber arus eksternal, biasanya sebuah rectifier. Sebuah elektroda referensi
dapat digunakan untuk mengontrol rectifier.

anoda
E0

Ekor

katoda

log i
ikor i0 iA

Gambar 2.2 Prinsip proteksi katodik anoda korban berdasarkan diagram Evansi

7 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


2.1.4 Sistem Proteksi Katodik Metode Anoda Korban
Proteksi katodik metode anoda korban dapat dilakukan dengan menghubungkan
anoda korban terhadap material yang akan diproteksi. Material yang akan diproteksi diatur
agar berperan sebagai katoda dalam suatu sel korosi dan pasangan yang dihubungkan
adalah logam lain yang memiliki potensial yang lebih negatif sehingga berperan sebagai
anoda. Elektron akan mengalir dari anoda ke katoda melalui kabel penghubung sehingga
terjadi penerimaan elektron di katoda. Dengan adanya penerimaan elektron tersebut, katoda
mengalami reaksi reduksi dan terproteksi dari proses korosi.

Gambar 2.3 Proteksi katodik metode anoda korban

Sistem proteksi katodik anoda korban biasanya diterapkan pada perlindungan


tangki dalam tanah, jaringan pipa dalam tanah, jaringan kabel listrik dan komunikasi dalam
tanah, tangki air panas dan struktur kapal laut.

2.1.5 Anoda Korban


Penentuan material yang digunakan sebagai anoda korban dilakukan berdasarkan
kemampuan material tersebut dalam menurunkan potensial logam yang diproteksi
mencapai daerah imun dengan cara membanjiri struktur dengan arus searah melalui
lingkungan. Faktor lainnya yaitu biayanya murah, mampu dibentuk sesuai ukuran, dan
dapat terkorosi secara merata. Anoda korban yang biasa digunakan adalah magnesium
(Mg), seng (Zn), dan aluminium (Al).

8 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


Pemakaian anoda Mg digunakan untuk lingkungan yang mempunyai resistivitas
tinggi. Hal ini disebabkan pada lingkungan ini diperlukan anoda yang tinggi keluaran arus
per satuan berat dan potensial elektrodanya sangat negatif. Anoda Mg banyak digunakan
untuk memproteksi pipa dalam tanah.
Pemakaian anoda Al banyak digunakan di lingkungan air laut dan harganya relatif
murah dibandingkan anoda lain.

2.2 Arus Listrik


Arus listrik adalah mengalirnya elektron secara terus menerus dan berkesinambungan
pada konduktor akibat perbedaan jumlah elektron pada beberapa lokasi yang jumlah
elektronnya tidak sama, satuan arus listrik adalah Ampere. Gambar 2.1 menjelaskan arus
listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-), sedangkan aliran listrik dalam
suatu logam terdiri dari aliran elektron yang bergerak dari terminal negatif (-) ke terminal
positif(+), arah arus listrik dianggap berlawanan dengan arah gerakan elektron.

Gambar 2.4 Arah arus listrik dan arah gerakan elektron

2.2.1 Rapat Arus


Rapat arus adalah besarnya arus listrik tiap-tiap mm luas penampang kawat. Seperti gambar
yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.

9 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


Gambar 2.5 Kerapatan arus listrik
Arus listrik mengalir dalam kawat penghantar secara merata menurut luas
penampangnya. Arus listrik 12 A mengalir dalam kawat berpenampang 4mm, maka
kerapatan arusnya 3A/mm (12A/4 mm2), ketika penampang penghantar mengecil 1,5mm,
maka kerapatan arusnya menjadi 8A/mm2 (12A/1,5 mm). Kerapatan arus berpengaruh pada
kenaikan temperatur. Suhu penghantar dipertahankan sekitar 300C, dimana kemampuan
hantar arus kabel sudah ditetapkan dalam tabel Kemampuan Hantar Arus (KHA).

2.3 Metode Pengendalian Korosi Impressed Current


Pada metode impressed current struktur yang dilindung mendapat supply elektron
sehingga potensialnya menjadi lebih katodik. Sistem Impressed Current Cathodic Protection
(ICCP) menggunakan anoda yang dihubungkan dengan sumber arus searah (DC) yang
dinamakan cathodic protection rectifier, dimana arus negatif dihubungkan dengan logam
yang dilindungi sedang arus positif dihubungkan dengan anoda pembantu. Mekanisme
impressed current cathodic protection dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Arus yang dialirkan dapat diukur dengan mengetahui potensial logam sampai ke
daerah stabil. Anoda untuk sistem ICCP dapat berbentuk batangan tubular atau pita panjang
dari berbagai material khusus. Material ini dapat berupa high silikon cast iron (campuran besi
dan silikon), grafit, campuran logam oksida, platina dan niobium serta material lainnya.
Tipe sistem ICCP yang umum untuk jalur pipa terdiri dari rectifier bertenaga arus
bolak-balok (AC) dengan output arus DC maksimum antara 10 - 50 ampere dan 50 volt.
Terminal positif dari output DC tersebut dihubungkan melalui kabel ke anoda-anoda yang
ditanam di dalam tanah. Banyak aplikasi menanam anoda hingga kedalaman 60 m (200 kaki)
dengan diameter lubang 25 cm (10 inchi) serta ditimbun dengan conductive coke (material
yang dapat meningkatkan performa dan umur dari anoda). (Wikipedia,2010)
10 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik
Gambar 2.6 Impressed current cathodic protection
(sumber: Peabodys Control of Pipeline Corrosion, 2001)

Gambar 2.7 Proteksi katodik metode arus paksa


(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Proteksi_Katodik)

Metode ini juga mempunyai beberapa kekurangan, yaitu:


1. Dibutuhkan peralatan lain seperti trafo dan rectifier
2. Membutuhkan perawatan dan pemantauan secara berkala
3. kemungkinan terjadinya interferensi sangat besar
4. perlu perawatan yang baik
5. kemungkinan terjadinya overprotection sangat besar
6. adanya biaya tambahan untuk menjalankan energi eksternal

AC supply Transformat
or
11 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik

Rectifier
Gambar 2.8 rangkaian sistem arus paksa
(sumber: http://ilmu-elektronika.co.cc/index.php/arus-bolak-balik-ac/rangkaian-penyearah-
gelombang-rectifier-circuit.html)

Secara prinsip,besi akan melepaskan elektroda ke lingkungan,hal ini yang meyebabkan


korosi terjadi.Dengan metoda arus paksa elektron pada besi ditahan agar tidak dilepaskan oleh
besi, caranya dengan membanjiri permukaan besi dengan elektron. Elektron didapat dari sistem
arus paksa yang terpasang. Aliran elektron akan mengalir dari anoda ke katoda, anoda diwakili
dengan groundbed yang terhubung dengan rectifier, dan katoda menempel pada pipa dan juga
terhubung dengan rectifier. Sistem arus tanding ini membutuhkan rectifier atau penyearah
arus,groundbed, dan transformator atau trafo.

12 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Simulator Sistem Proteksi Katodik.
Elektoda CuSO4.
Rectifier
Voltmeter.
Avometer.
Anoda Korban
Pipa
Kabel.
Tang
Gunting

13 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


3.2 Rangkaian Alat
Rangkaian Alat
Men-cek potensial proteksi

Voltmeter
Kriteria proteksi :
V

Elektroda Potensial 850 mV (untuk


standar tanah biasa
Potensial 950 mV (untuk
tanah korosif) => resistifitas
500 mV
Anoda
korban
Pipa

Men-cek potensial anoda korban

Voltmeter

V
Elektroda
standar

Anoda
korban
Pipa

Men-cek potensial pipa

Voltmeter

Elektroda
standar

Anoda
korban
Pipa

Untuk impress current


Men-cek potensial pipa
14 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik
Voltmeter

Elektroda
standar T/R

Pipa

Men-cek potensial proteksi


Voltmeter

Elektroda
standar

Pipa

15 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


3.3 Skema kerja
A. Sacrificial Anode (Anoda Korban)

Merangkai Alat Simulator Proteksi Katodik

Alat Simulator terdiri dari pipa ,elektroda CuSO4 , Anoda Korban , dan Voltmeter

Kutub negative pada voltmeter dihibingkan ke elektroda CuSO4 dan kutub positif dihubungkan pipa

Setelah itu nilai potensial sel diukur (mengukur pipa tanpa terprokteksi)

Kutub negative pada voltmeter dihibingkan ke elektroda CuSO4 dan kutub positif dihubungkan
Anoda Korban

Setelah itu nilai potensial sel diukur (mengukur Anoda Korban)

Kutub negative pada voltmeter dihibingkan ke elektroda CuSO4 dan kutub positif dihubungkanke
sambungan antara Anoda Korbandan pipa

Setelah itu nilai potensial sel diukur (mengukur pipa terprokteksi)


B. Impressed Current

Alat Simulator terdiri dari pipa ,elektroda CuSO4 , Anoda Inert , dan Voltmeter dirangkai

Anoda inert dihubungkan ke kutub negatif pada rectifier sementara kutub positive pada rectifier
dihubungkan ke elektroda CuSO4

Kutub negatif pada voltmeter dihubungkan ke elektroda CuSO4 dan kutub positif dihubungkan
ke pipa

setelah itu nilai potensial diukur

Dilakukan pengubahan nilai arus pada rectifier hingga diperoleh nilai potensial yang sesuai
batas (tidak melebihi -1,22 volt

17 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1.1 Sacrificial Anode (Anoda Korban)


Tabel 4.1 Potensial pada Sacrificial Anode (Anoda Korban) pada Simulator
Kondisi Potensial (mV)
Pipa -265,8
Anoda -1680
Proteksi -1224

4.1.2 Impressed Current (Arus Paksa)


Tabel 4.2 Potensial pada Impressed Current (Arus Paksa)
Kondisi Potensial (mV)
Pipa Tanpa -2100
Proteksi
Pipa -6510
terproteksi
(I=0,58 A)
Pipa -1228
Terproteksi
(I=0,58 A)

18 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

19 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


BAB VI

KESIMPULAN

Melalui praktikum proteksi katodik ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

20 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik


DAFTAR PUSTAKA

Alkindi, Muhamad Iqbal. tt. Proteksi Katodik. https://id.scribd.com.

Ardra. tt. Pengendalian Korosi, Proteksi Katodik, Anoda Korban, /http://ardra.biz.

Yani, Desi Asri dkk. 2012. Laporan Praktikum Teknik Pencegahan Korosi : Korosi Galvanik.
Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

Wibowo, Haryadi dkk. 2014. Laporan Praktikum Teknik Pencegahan Korosi : Korosi Galvanik.
Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

21 Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Korosi Proteksi Katodik

Anda mungkin juga menyukai