Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang ke arah

kematangan seorang perempuan yang mencakup kematangan mental,

emosional, sosial, dan fisik terhadap masa peralihan dari pubertas ke dewasa

(Wong, D,dkk dalam Deby shinta 2014).

Janiwarty & Pieter (2013), Masa pubertas merupakan suatu tahap

perkembangan yang ditandai dengan kematangan organ seksual dan

tercapainya kemampuan untuk bereproduksi, ciri dari tanda pubertas seorang

perempuan adalah pada saat pertama mengalami menstruasi (menarche).

Menstruasi merupakan perdarahan vagina yang terjadi secara berkala

akibat terlepasnya lapisan endometrium di uterus. Menstruasi atau datang

bulan merupakan salah satu ciri perempuan yang sudah memasuki tingkat

kedewasaannya, hal ini biasanya dimulai pada usia remaja 9-12 tahun, dan

ada sebagian juga yang mengalami lebih lambat dari itu 13-15 tahun. Datang

bulan atau haid akan terus akan terus dialami oleh perempuan sepanjang

hidupnya, setiap bulan hingga mencapai usia 45-55 tahun atau biasa disebut

menopouse. Siklus haid rata-rata perempuan selama 28 hari dengan masa

rata-rata haid antara 3-8 hari, siklus rata-rata dan masa rata-rata antara satu

perempuan dengan perempuan yang lain itu berbeda-beda dan sangat

bervariasi (Anurogo, 2011).

1
2

Beberapa wanita mengalami gejala pada saat ovulasi atau selama fase

postovulatory yang lebih konsiten dan berat pengelompokan kedalam

sindrom premenstruasi (PMS) Beberapa gejalanya adalah payudara terasa

padat atau nyeri tekan, penambahan berat badan, mudah tersinggung, nyeri

abdomen bagian bawah atau Dismenorrhea (Andarmoyo, 2013).

Dismenorrhoea merupakan keluhan yang sudah sering dialami oleh

perempuan pada bagian perut bawah. Pada saat haid ini, nyeri biasanya

dirasakan pada bagian-bagian tertentu seperti pada simphisis pubis atau

bagian perut bawah, namun ada pula beberapa remaja perempuan yang

merasakan rasa sakit pada punggung bagian bawah, pinggang, panggul, otot

paha atas, hingga betis. Rasa nyeri dapat disebabkan oleh kontraksi otot perut

yang terjadi secara terus menerus saat mengeluarkan darah. Apabila terjadi

kontraksi yang sangat sering ini kemudian akan menyebabkan otot menegang

(Laila, 2011).

Dismenorrhea atau nyeri haid dapat menyebabkan kegagalan wanita

untuk menjalankan fungsinya, biasanya saat menstruasi membuat mereka

tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari seperti tidak masuk kerja atau

sekolah, sehingga apabila masalah ini tidak segera di atasi akan sangat

merugikan (Rahnama et al., 2012). Menurut Chia et al. (2013) dalam

penelitiannya dampak yang paling umum dari dismenorrhea pada kehidupan

sehari-hari yaitu mengurangi kemampuan untuk berkonsentrasi dan gangguan

dengan studi (75%) dan perubahan dalam aktivitas fisik yang normal (60%).

Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk dunia adalah

remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di Negara berkembang (Kusmiran,


3

2012). Berdasarkan kriteria WHO umur remaja berkisar antara 10-19 tahun.

Nyeri menstruasi di dunia angka kejadiannya cukup besar, dimana disetiap

Negara perempuan yang mengalami nyeri menstruasi rata-rata lebih dari 50%

(WHO, 2012).

Studi di Amerika menunjukkan prevalensi nyeri menstruasi tertinggi

terjadi pada wanita remaja, yaitu antara 2090%. Sekitar 15% dari remaja

melaporkan nyeri menstruasi pada derajat berat dan menyebabkan tidak

masuk sekolah. Sedangkan studi di Swedia menemukan prevalensi

dismenorrhea terjadi pada 90% dari wanita berusia 19 tahun, 67% dari wanita

berusia 24 tahun dan 10% dari wanita berusia 24 tahun yang mengalami

dismenorrhea tersebut melaporkan rasa nyeri yang mengganggu fungsi

sehari-hari (French, 2014).

Di Indonesia angkanya di perkirakan 55% perempuan usia reproduktif

yang menderita karena nyeri saat menstruasi. Prevalensi nyeri haid

(Dismenorrhea) di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 64,25% yang terdiri

dari 54,89% dismenorrhea primer dan 9,36% dismenorrhea sekunder

(Puji,2011). Ini dapat dibuktikan dari berbagai penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya menunjukkan prevalensi disminorrhea yang sangat

tinggi terhadap remaja dimana dalam jurnal deby shinta pada tahun 2014

menyatakan bahwa hasil penelitian Novia pada tahun 2012 menunjukkan

84,4% remaja di SMA St. Thomas 1 Medan mengalami dismenorrhea,

sedangkan angka kejadian di Provinsi Sulawesi Selatan dalam hasil penelitian

Andi pada tahun 2012 menunjukkan 87,1% remaja putri di SMAN 1 Kahu

Kabupaten Bone mengalami dismenorrhea (Shinta, 2014).


4

Nyeri pada saat menstruasi menimbulkan ketidaknyamanan pada wanita.

Rasa nyeri yang tidak tertahankan di sekitar bagian bawah menyebabkan

kesulitan berjalan, tidak nafsu makan, mual, muntah dan bahkan sampai

pingsan. Wanita yang mengalami nyeri saat menstruasi ini sampai tidak bisa

mengerjakan aktifitas rutinnya, sehingga harus istirahat dan membolos dari

sekolah (Reeder, 2011).

Puncak insiden dismenorrhea primer terjadi pada saat remaja dan di awal

usia 20 tahun, hasil penelitian bahwa sebesar 30-70% remaja wanita

mengobati nyeri haidnya dengan obat anti nyeri yang dijual bebas (Khayat et

al., 2014). Hal ini sangatlah berisiko bagi penggunaan obat-obatan, karena

efek samping dari obat-obatan tersebut jika digunakan secara bebas dan

berulang tanpa pengawasan dokter. Berbagai penelitian dilakukan untuk

menemukan terapi pengganti ataupun terapi pelengkap yang lebih aman jika

dibandingkan terapi dengan NSAID, seperti terapi herbal, terapi suplemen,

terapi akupuntur, terapi tingkah laku, kompres air hangat dan aroma terapi

(Suciani et al.,2004;.Rigi et al., 2012).

Menurut Riyanto, Novia (2007) dalam Purwati (2015) angka kejadian

dismenorrhea didapatkan dari hasil penelitian, diantaranya adalah penelitian

yang diikuti oleh 376 siswi Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta. Prevalensi

dismenorrhea sebanyak 81,9% dimana 18,6% mengalami nyeri yang berat.

Gejala yang sering menyertai dismenore yaitu sakit kepala (10,6%), sakit

punggung (25%), gangguan mood (73,1%), dan lelah (36,4%). Dismenorrhea

telah menyebabkan 5,9% siswi tidak dapat masuk sekolah. Kebanyakan dari

siswi tidak berkonsultasi ke dokter, 79,3% siswi mengatasinya dengan


5

beristirahat. Pada penelitian Febrianti (2011) di SMUN 7 Pekanbaru tahun

2008. Populasi 439 orang dan sampel 110 orang, hasil penelitian

menunjukkan siswi yang mempunyai pengetahuan cukup tentang

dismenorrhea 56 orang (50,9%) dan 87 orang (79,1%) menunjukkan tindakan

yang kurang baik dalam mengatasi disminorrhea.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30

Januari 2017 data awal yang di dapatkan oleh peneliti bahwa jumlah siswi di

SMK YPKK Limbung sebanyak 300 orang rata rata umur siswi 16 18

tahun yang dipilih secara accidental sampling. Dari 300 siswi di lakukan

wawancara kepada 40 orang siswi SMK YPKK Limbung, didapatkan data

bahwa sebanyak 37 orang siswi mengalami dismenorrhea dan rata-rata siswi

mengalami nyeri haid (Dismenorrhea) pada hari ke-1 sampai hari ke-4.

Dimana terdapat 7 orang siswi yang mangalami dismenorrhea ringan, 21

orang siswi yang mengalami disminorrhea sedang, 8 orang siswi yang

mengalami nyeri haid (dismenorrhea) berat, 1 orang siswi yang mengalami

nyeri haid (dismenorrhea) yang sangat berat dan 3 orang siswi yang tidak

mengalami dismenorrhea. Dari 37 siswi mengatakan tidak melakukan

pengobatan untuk menghilangankan nyeri haid (dismenorrhea) yang

dialaminya, mereka hanya istirahat dikelas sampai nyerinya sembuh sendiri,

serta berdasarkan keterangan guru BK di SMK YPKK Limbung, beliau

menyatakan bahwa rata-rata siswi banyak yang mengeluh nyeri pada saat

haid dan siswi yang mengalami nyeri haid tidak dilakukan penanganan awal

disekolah karena tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang

penanganan apa yang harus diberikan pada siswi tersebut biasanya siswi yang
6

mengalami nyeri haid yang sangat berat diizinkan untuk pulang kerumahnya

dan UKS yang ada belum dikelola dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa

penanganan pada siswi yang mengalami dismenorea di SMK YPKK

Limbung kurang baik.

Dismenorrhea merupakan keluhan yang umum tetapi tidak banyak

tertangani, maka sangat penting untuk menemukan dan memilih metode yang

efektif dan mudah digunakan. Ada beberapa metode Nonfarmakologis yang

cukup efektif untuk mengurangi nyeri haid (Dismenorrhea) antara lain yaitu

terapi kompres air hangat dan pemberian minyak herbal aromatherapi.

Minyak Aromaterapi adalah terapi menggunakan minyak esensial dari

tanaman yang disebut minyak atsiri untuk membantu memperbaiki kesehatan,

membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan, menenangkan jiwa, dan

merangsang proses penyembuhan (Sun-Hee Han dalam Purwati 2015).

Minyak esensial Aromaterapi diduga menjadi adrenocortical stimulan yang

merangsang inhalasi dan sirkulasi menstruasi dan memiliki sifat

anticonvulsive. Dijelaskan pada Nursing Intervention Classification (NIC)

bahwa aromaterapi merupakan minyak esensial yang digunakan untuk

menenangkan, mengatasi nyeri, meningkatkan relaksasi dan kenyamanan

yang dapat diberikan melalui pemijatan/ massage effurage, pengolesan,

mandi, dihirup, pemberian melalui vagina maupun kompres dengan tehnik

panas atau dingin (Purwati, 2015).

Kompres air hangat adalah memberikan rasa hangat untuk

memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,

mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada
7

daerah tertentu (Uliyah & Hidayat, 2008). Kompres hangat dapat dilakukan

dengan menempelkan buli-buli yang telah diisi air hangat, ke bagian tubuh

yang nyeri. Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan. Air

hangat (46,5-51,5oC) memiliki dampak fisiologis bagi tubuh yaitu pelunakan

jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau

menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah (Kompas, 2009).

Aromaterapi dan terapi kompres air hangat merupakan bagian dari terapi

pengobatan komplementer yang dapat diberikan oleh perawat secara mandiri.

Hal ini telah diatur dalam PERMENKES RI No. HK

02.02/MENKES/148/I/2010 pada pasal 8 ayat 3 yaitu penyelenggaraan

praktik keperawatan yang dilaksanakan melalui tindakan keperawatan

komplementer. Para remaja yang mengalami disminorrhea merasa khawatir

pada masalah pada organ reproduksinya dan dapat bermanfaat pada fungsi

reproduksinya dengan adanya dismenorrhea yang dialami setiap siklus

menstruasi. Pada praktiknya perempuan yang mengalami dismenorrhea tidak

tahu tehnik perawatan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan dengan lebih

aman. Perempuan dismenorrhea lebih cenderung memanfaatkan terapi

farmakologis dalam upaya mengurangi nyeri (Purwati, 2015).

Sebagai perawat maternitas dalam hal ini mempunyai peranan penting

dalam memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri pada masalah

wanita dengan dismenorrhea, melalui pemanfaatan aromaterapi melalui

tehnik inhalasi/ penghirupan dan terapi kompres air panas dalam mengurangi

dismenorrhea.
8

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Perbedaan Efektivitas Terapi Kompres Air Hangat

dengan Pemberian Minyak Herbal Aromatherapi terhadap Penurunan Nyeri

Haid (Dismenorrhea) Pada Siswi SMK YPKK Limbung Kabupaten Gowa

Tahun 2017.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian berdasarkan latar belakang diatas adalah

Bagaimanakah pengaruh Pemberian Terapi Kompres Air hangat dengan

Pemberian Minyak Herbal Aromatherapi terhadap Penurunan Nyeri Haid

(Dismenorhea) pada siswi SMK YPKK Limbung Kabupaten Gowa Tahun

2017? .

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh pemberian Terapi Kompres Air Hangat

dengan Pemberian Minyak Herbal Aromatherapi terhadap Penurunan

nyeri Haid (Dismenorhea) Pada Siswi SMK YPKK Limbung

Kabupaten Gowa tahun 2017.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Diketahuinya perbedaan efektivitas sebelum dan sesudah pemberian

terapi kompres air hangat terhadap Penurunan nyeri haid

(Dismenorrhea) pada siswi SMK YPKK Limbung

2. Diketahuinya perbedaan efektivitas sebelum dan sesudah pemberian

minyak herbal aromatherapi terhadap penurunan nyeri haid

(Dismenorrhea) pada siswi SMK YPKK Limbung


9

3. Diketahuinya Perbedaan Efektivitas Terapi Kompres Air hangat

dengan Pemberian Minyak Herbal Aromatherapi terhadap

penurunan nyeri haid (dismenorhea) pada siswi YPKK Limbung.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi institusi pendidikan

Dapat menjadi salah satu bahan bacaan atau sumber informasi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan masukan bagi para pembaca

khususnya pengetahuan tentang penanganan nyeri terutama Nyeri

Haid (Dismenorrhea).

1.4.2. Bagi siswi SMK YPKK Limbung

Sebagai masukan bagi siswi SMK YPKK Limbung tentang

penanganan nyeri haid (Dismenorhea) dengan menggunakan terapi

kompres air hangat atau penggunaan minyak herbal aromaterapi

sebagai terapi non farmakologi.

1.4.3. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian di bidang

kesehatan reproduksi khususnya tentang dismenorrhea.

1.4.4 Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan acuan peneliti selanjutnya untuk lebih dalam lagi

melihat durasi waktu dalam pengaruhnya terhadap penurunan nyeri

haid dengan pemberian terapi kompres air hangat maupun pemberian

minyak herbal aromaterapi.

Anda mungkin juga menyukai