Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian krim
Beberapa pengertian krim menurut literatur
Krim adalah sediaan semi padat utamanya memperlihatkan
sifat aliran pseuodoplastik ketika digunakan, krim mempunyai
nilai yield yang sangat tinggi tapi tidak mengalir di bawah
pengaruh gravitasi (DOM Martin,)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau secara tradisonal telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi tipe A/M
atau M/A (Fatmawati,dkk,2012).
Krim merupakan salah satu sediaan padat berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang dari 60% air yang dimaksudkan
untuk pemakaian luar yang pemakaiannya dengan cara
dioleskan pada bagian kulit yang sakit (Sharon,dkk,2013).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa krim adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat berupa emulsi kental yang mengandung tidak
kurang dari 60% air, dimana emulsinya berupa tipe A/M atau M/A
yang ditujukan untuk pemakaian luar.
Berdasarkan tujuan penggunaanya sediaan krim dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu krim ditujukan sebagai kosmetik dan
krim ditujukan sebagai kosmetik medis. Menurut PERMENKES RI
No.445 tahun 1998 Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan
yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga
mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati
atau menyembuhkan suatu penyakit. Sedangkan kosmetik medis
adalah bahan, zat, atau benda yang dipakai untuk diagnose,
pengobatan, dan pencegahan suatu penyakit atau yang dapat
mempengaruhi struktur dan faal tubuh (Trenggono dkk,2007).
II.2 Kelebihan dan kekurangan sediaan krim
II.2.1 Kelebihan sediaan krim
Menurut Voight,1994 yaitu :
1. Kemampuan penyebarannya yang baik pada kulit
2. Memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada
kulit
3. Mudah dicuci dengan air terutama tipe a/m
4. Serta pelepasan obat yang baik
5. Selain itu mudah berpenetrasi dan tidak terjadi penyumbatan
dikulit dan krimnya tampak putih dan bersifat lembut kecuali krim
asam stearat
II.2.2 Kekurangan sediaan krim
1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena
terganggu system campuran terutama disebabkan karena
perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan
penambahan salah satu fase secara berlebihan atau
pencampuran 2 tipe krim yang tidak sesuai.
2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus
dalam keadaan panas.
3. Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak
pas.
II.3 Penggolongan krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse
mikrokristal asamasam lemak atau alkohol berantai panjang dalam
air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakain
kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian
obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu
1. krim tipe minyak dalam air (M/A)
contoh pengemulsi yang digunakan:sabun polivalen, span, adeps
lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A
digunakan
2. dan krim tipe air dalam minyak (A/M).
contoh pengemulsi yang digunakan sabun monovalen, seperti
trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium
stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning
telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.
(Anief,)
Kestabilan krim akan terganggu/ rusak jika sistem
campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu
dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu
fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan
satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika
diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik
aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka
waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan
metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau
propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%.
Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube
ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus juga tertera obat luar.

II.4 Komposisi sediaan krim (Fatmawaty,dkk,2012)

1. Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat
menetukan cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat,
apakah tipe minyak dalam air atau tipe air dalam minyak
2. Bahan Pembawa
3. Bahan pengemulsi
Umumnya berupa surfaktan anion, kation dan nonion. Pemilihan
surfaktan didasarkan atas jenis dan sifat krim yang dikehendaki.
4. Pelembab (Humektan)
Pelembab ditambahkan dalam sediaan topikal dimaksudkan
untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan
jaringan menjadi lunak, mengembang dan tidak berkeriput
sehingga penetrasi zat atau lebih efektif.
Contoh; gliserin, PEG, sorbitol.
5. Pengawet
Pengawet yang dimaksud adalah zat yang ditambahkan dan
dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan
mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme.
6. Antioksidan

II.5 Proses pembuatan sediaan krim


Krim dibuat pada alat vacum homogenizer cream mixer dengan
mencamprukan fase minyak yang telah dipanaskan dengan steam
dalam melting vesel pada suhu 700c dengan fase air ( air
demineralisata dengan pH antara 5,0-7,0) yang telah dipanaskan di
yang dilengkapi dengan setam double jacket) pada suhu 70 0c.
Kedua fase dicampur dengan mixer dan sistem homogenizer yang
mengalirkan krim dari bawah keatas. Setelah krim jadi, krim dorong
kleuar dengan bantuan compresed air yang diasring dengan filter 0,2
mikron untuk dioindahkan ke vessel. Krim didinginkan hingga 25 0c
selam beberapa jam dan mencapai konsistensi yang sesuai.
Pemeriksaan selama proses antara lain uji terhadap pH dan
spreadbility dengan alat spreadbility test, sedngkan untuk
suppositoria yang diperiksa hanya berat dan bentuknya saja.
II.6 Evaluasi sediaan krim
1. Pengujian Organoleptis
Pemeriksaaan organoleptis meliputi bau, warna dan
homogenitas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara sediaan
ditimbang 0,1 g kemudiaan dioleskan secara merata dan tipis
pada kaca arloji. Krim harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya bintik-bintik (Depkes RI,
1985).
2. Pemeriksaan pH
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
tersebut dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Kalibrasi
dilakukan dengan menggunakan larutan dapar pH 4 dan pH 10.
Pemeriksaan dilakukan denga mencelupkan elektroda ke dalam
1 gram sediaan krimyang diencerkan dengan air suling hingga
10 mL (Depkes RI, 1985)
3. Pemeriksaan daya sebar
Sediaan sebanyak 0,5 g diletakkan dengan ahti-hati di atas kaca
transparan yang dilapisi kertas grafik, dibiarkan sesaat (15 detik)
dan dihitung luas daerah yang diberikan oleh basis, lalu ditutup
dengan plastik transparan. Kemudian diberi beban tertentu
diatasnya (1,3,5 dan 7 gram) dan dibiarkan selama 60 detik. Lalu
dihitung pertambahan luas yang diberikan oleh basis (Voight,
1995).
4. Pemeriksaan tipe krim
Pemeriksaan tipe krim dilakukan dengan cara memberikan satu
tetes larutan metilen biru pada 0,1 gram krim, kemudian diamati
penyebaranwarna metilen biru dalam sediaan dibawah
mikroskop. Jika warna menyebar secara merata pada sediaan
krim, berarti tipe krim adalah minyak dalam air (M/A), tetapi jika
warna hanya berupa bintik-bintik, berarti tipe krim adalah air
dalam minyak (A/M) (Depkes RI, 1985).
II.7 Daun Mengkudu
II.7.1 Klasifikasi daun mengkudu (Dalimantha,1995)
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Subdivisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledone
Bangsa :Rubiales
Suku :Morinda
Spesies :Morinda citrifolia L
II.7.2 Morfologi tanaman
Tumbuhan ini berbentuk pohon dengan tinggi 4-8 m. Batang
berkayu bulat kulit kasar, percabangan monopoidal. Tumbuhan baik
didataran rendah sampai pada ketinggian tanah 1500 m diatas
permukaan laut. Mempunyai batang tidak terlalu besar dan daun
tersusun berhadapan dengan panjang 20-30 cm dan lebar 10-15
cm. Daun tunggal bulat telur, ujung dan pangkal runcing. Panjang
10-40 cm, bunga majemuk, bentuk bongkol. Buahnya merupakan
buah buni, berwarna hijau dengan variasi trotol-trotol. Biji
mengkudu berjumlah banyak dan terdapat dalam daging buah.
(BPOM RI.2007. Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat
Mengkudu.Badan POM RI;Jakarta).
II.7.3 Kandungan Kimia
Daun mengkudu mengandung 5 glikosida flavonol yaitu:
kuersetin-3-O--D-glukopiranosida, kaemperol-3-O--L-
ramnopirosil--D glukopiranosida, kuersetin-3-O--L-
ramnopirosil(16)--D-glukopiranosida, kuersetin-3-O--D-
glukopiranosil-(12)-[-L-ramnopiranosil-(16)--D
glukopiranosida dan kaemperol-3-O--D-glukopiranosil,
ramnopiranosil-(16)-Dgalakopiranosida Senyawa-senyawa
polifenol seperti senyawa-senyawa flavonoid (termasuk flavonol)
mampu menghambat autooksidasi melalui mekanisme
penangkapan radikal (radical scavenging) dengan cara
menyumbangkan satu elektron dari elektron yang tidak
berpasangan dalam radikal bebas sehingga banyaknya radikal
bebas menjadi berkurang (Rohman.dkk,2007).
II.7.4 Efek Farmakologi
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat
reaksi radikal bebas dalam tubuh manusia. Adanya radikal bebas
dipercayai sebagai penyebab sejumlah penyakit seperti
kardiovaskuler, neurodegeneratif, dan kanker jenis tertentu. Dalam
tubuh, senyawa oksigen reaktif seperti radikal hidroksil, anion
superoksida, dan oksigen singlet akan menyerang asam lemak
tidak jenuh pada membran sel dan menyebabkan peroksidasi lipid
yang dikaitkan dengan proses penuaan dan karsiogenisis
(Rohman.dkk,2007).
II.8 Formula krim ekstrak daun mengkudu
Tiap 20 gram mengandung:
Ekstrak daun mengkudu 10%
Cetil alkohol 3%
Asam stearat 2%
Propilengglikol 10%
Tween 80 4,67%
Span 80 0,33%
Nipagin 0,18%
Nipasol 0,02%
Oleum menthae 0,001%
Tokoferol 0,001%
Aquadest ad 100%
II.9 Alasan pemilihan bentuk sediaan (Ansel,1989)
Mudah menyebar merata
Praktis dan cara kerja langsung pada jaringan setempat
Lebih mudah dicuci dengan air
Bisa meningkatkan rasa lembut dikulit dan tidak berminyak.
II.10 Alasan penggunaan bahan
II.10.1 Zat aktif
1. Tujuan farmakologi
Tujuan farmakologi yaitu sebagai antioksidan dan mengobati
jerawat.
2. Tujuan Farmasetika
Ditujukan untuk pemberian topikal khususnya bagian wajah.
Dalam pemakaian mudah menyebar merata dan zat aktif
langsung berpenetrasi pada jaringan setempat atau bekerja
lokal, tidak lengket dikulit dan mudah dibilas dengan air.
3. Indikasi
Senyawa polifenol, flavonoid dalam daun sukun bekerja
sebagai anti oksidan yang mengatasi prematur aging
(Rohman.dkk,2007)
Senyawa neoftadiena berfungsi menghambat infeksi dari
bakteri S.aureus (Sukandar.dkk,2014)
4. Mekanisme Kerja
Senyawa polifenol seperti senyawa flavonoid (termasuk
senyawa flavanol) dan tokoferol mampu menghambat
autooksidase melalui mekanisme penangkapan radikal dengan
cara menyumbangkan satu elektron dari elektron yang tidak
berpasangan dalam radikal bebas sehingga banyaknya radikal
bebas menjadi berkurang (Rohman.dkk,2007)
II.10.2 Alasan penambahan zat tambahan
1. Asam stearat
Tujuan penambahan sebagai agen pengemulsi pada
konsentrasi 1-20%. Untuk sediaan krim 20g digunakan asam
stearat dengan konsentrasi 2%. Kelebihannya aman, tidak
toksik dan tidak mengiritasi kulit. Asam stearat tidak
menyebabkan kulit kering dan berminyak. Tidak menyebabkan
krim mengalami perubahan warna pada krim.
2. Aquadest
Sebagai pembawa utama yang sering digunakan karena tidak
toksik dan aman dalam penyimpanan.
3. Cetil alkohol
Tujuan penambahan sebagai emolien pada konsentrasi 2-5%
dan anti ageng pada konsentrasi 2-5%. Kelebihan asam stearat
adalah stabil dalam penyimpanan, selain sebagai agen
pengemulsi dapat berfungsi bagai emolient.. bisa juga
digunakan untuk penyerapan air dalam emulsi tipe m/a.
Beradsarkan alasan tersebut digunakan untuk konsentrasi 3%
sebagai agen pengemulsi dan emolient.
4. Nipagin dan nipasol
Sebagai pengawet digunakan nipagin dan nipasol.
Penambahan pengawet merupakan hal yang penting
mengingat campuran minyak dan air yang bersentuhan
seringkali memungkinkan mikroorganisme menetap. Pemilihan
pengawet golongan paraben merupakan pengawet dengan
toksisitas rendah, tidak berbau, tidak menyebabkan kotor dan
menimbulkan iritasi.
5. Oleum menthae
Tujuan penambahan sebagai pengaroma. Oleum menthae
merupakan pengaroma alami karena diperoleh dari hasil
penyulingan uap pucuk bunga Menthae piperita L yang segar.
Selain sebagai pengaroma dapat memberikan efek terapi rasa
mint yang segar.
6. Propilengglikol
Tujuan penambahan sebagai humekten dalam melindungi
kelembaban sediaan karena sifatnya yang higroskopis dapat
menyerap air dari udara sehingga dapat menyebabkan kulit.
7. Tween 80 dan span 80
Kombinasi yang stabil dibandingkan tween 60 dan span 80.
Dipilih konsentrasi 5% karena evaluasi sediaan yang dihasilkan
baik dibandingkan tween 60 dan span 60 dapat berubah warna.
8. Tokoferol
Tujuan penambahan alfa tokoferol (vitamin E) sebagai
antioksidan untuk sediaan
BAB III
METODE KERJA
III.1 Formula yang disetujui
Tiap 20 gram mengandung :
Ekstrak daun mengkudu 10%
Cetil alkohol 3%
Asam stearat 2%
Propilenglikol 10%
Tween 80 4,67%
Span 80 0,33%
Nipagin 0,88%
Nipasol 0,09%
Oleum menthae 0,001%
Tokoferol 0,001%
Aquadest ad 100%

III.2 Tabel Formula


Nama Bahan Fungsi Jumlah Dosis Jumlah
Untuk 20 gram batch (100
batch)
Ekstrak daun Zat aktif 10% 2,2 220 g
mengkudu
Cetil alkohol Basis/ 3% 0,66 66 g
Asam stearat emolient 2% 0,44 g 44 g
Propilenglikol Basis 10% 2,2 g 220 g
Tween 80 Humektan 4,67% 1,0274 102,74 g
Span 80 Emulgator 0,33% g 7,26 g
Nipagin Emulgator 0,0396% 0,0396 3,96 g
Nipasol Pengawet 0,0044% g 0,44 g
Ol. Menthae Pengawet 0,001% 0,0396 0,02 ml
Tokoferol Pengaroma 0,001% g 0,02 g
Aquadest Antioksidan 100% 0,0044 13,36 ml
Pembawa air g
0,002
ml
0,0002
g
13,36
ml

III.3 Perhitungan bahan


1. Perhitungan HLB butuh A B
Cetil alkohol: 3% x 20g = 0,6 -15
Asam stearat:3% x 20g = 0,4 -17
1
AxB
Rumus =
Jumlah
A

0,6 x 15
Cetil alkohol= =9
1

Asam stearat= 0,6 x 15 = 6,8


1

HLB butuh= 9 + 6,8 =15,8


Perhitungan konsentrasi emulgator
Tween 80: 15 11,5
15,8
Span 80 : 4,3 0,8

Tween 80: 11,5/12,3 x 5% = 4,67%


Span 80 : 0,8/12,3 x 5% =0,33%
2. Perhitungan bahan yang digunakan untuk membuat sediaan.
Eks.daun mengkudu= 10% x 22 g=2,2 g
Cetil alkohol = 3% x 22 g = 0,66 g
Asam stearat = 2% x 22 g = 0,44 g
Propilengglikol = 10% x 22 g= 2,2 g
Tween 80 = 4,67% x 22 g= 1,0274 g
Span 80 = 0,33% x 22 g= 0,0726 g
Nipagin = 0,18% x 22 g= 0,0396 g
Nipasol = 0,02% x 22 g= 0,0044 g
III.4 Cara kerja
III.4.1 Cara kerja ekstraksi
1. Ditimbang simplisia daun mengkudu yang telah
dikeringkan sebanyak 150 g.
2. Dimasukkan dalam bejana kaca dan dibasahi etanol 96%
sebanyak 200 mL, dibiarkan selama 30 menit.
3. Ditambahkan etanol 96% sebanyak 550 mL sambil
diaduk mengunakan batang pengaduk sampai semua
simplisia dibasahi cairan penyari, ditutup menggunakan
penutup bejana yang telah dilapisi aluminium foil.
4. Disimpan dalam ruangan yang terlindung dari cahaya
selama 5 hari, sambil diaduk setiap 6 jam sekali.
5. Setelah 5 hari, disaring menggunakan kain halus,
kemudian residu diperas dan filtratnya diuapkan.
6. Residu diremaserasi dengan etanol 96% 300 mL,
dibiarkan selama 2 hari.
7. Disaring dan filtratnya duapkan.
8. Diperoleh ekstrak kental.
III.4.2 Cara pembuatan sediaan krim
3. Disiapkan alat dan bahan
4. Ditara/ di kalibrasi wadah
5. Dileburkan fase minyak ( cetil alkohol, asam stearat,
nipasol, tween 80, span 80) - campuran 1
6. Dilarutkan nipagin dalam aquadest panas campuran 2
7. Dicampurkan ekstrak kedalam propilenglikol caampuran
3
8. Dicamprukan ketiga campuran menjadi satu ad homogen
9. Ditambahkan tokoferol digerus ad homogen
10. Ditambahkan oleum menthae dicampur hingga
homogen
11. Diadkan aquadest hingga 20 gram lalu gerus ad
homogen
III.5 Evaluasi sediaan
1. Uji daya sebar
Sebanyak 0,5 gram sediaaan krim diletakkan dengan hati-hati
diaats kertas grafik yang dilapisi kaca, dibiarkan sesaat
(1menit). Luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung.
Kemudian ditutup lagi dengan kaca yang diberi bahan tertentu
masing-masing 50 gram, 100 gram, 150 gram, dibiarkN selama
60 detik. Lalu ditambhankan luas yang diberikan oleh sediaan
dapat dicatat.
2. Uji daya lekat
Sediaan krim 0,25 gram diletakkan diaats 2 gelas objek yang
telah ditentukan. Kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama
5 menit. Setelah itu beban diangkat dari gelas objek kemudian
gelas objek dipasang pada alat uji. Alat uji diberi beban 80 g
kemudian dicatat waktu pelepasannya sampel dari gelas objek.
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI OBAT BAHAN ALAM
KRIM EKSTRAK DAUN MENGKUDU

OLEH :
KELAS TRANSFER B 2016
KELOMPOK IV

RUTH M V TAHALELE 16.01.298


MARIA ANA FEBI 16.01.299
AHMAD KHAIRUL 16.01.300
HENDRA EKO SAMJANI 16.01.301
ANSYARULLAH 16.01.302
JANDRI LAYUK 16.01.304
MUH. RAMLI 16.01.303
JANUAR IBNU SUDRAJAT 16.01.305
ARIANTO D SYAHPUTRA 16.01.306
ISNAINA F.G.M 16.01.307

ASISTEN : ANDI HAMKA

PROGRAM STUDI STRATA SATU


LABORATORIUM FARMASETIKA
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
2016

Anda mungkin juga menyukai