Anda di halaman 1dari 10

4.

Autisme
Autisme yaitu penarikan diri yang ekstrem dari lingkungan sosialnya, gangguan
dalam berkomunikasi, serta tingkah laku yang terbatas dan berulang yang muncul
sebelum usia 3 tahun.
Seorang autis berinteraksi dengan cara sangat berbeda, jika gangguannya parah,
ia benar-benar menunjukkan sikap tidak tertarik pada orang lain. Gejala khas lain yang
sering terdapat pada autis adalah menghindar dari kontak mata dan kontak fisik.
Membenci suara keras, bau tertentu atau cahaya terlalu terang. Dalam interaksi sosial
sehari-hari begitu banyak pesan nonverbal saling ditukarkan dan pemaknaan secara
abstrak pada berbagai hal. Seorang autis tidak bisa memahami komponen komunikasi
tersebut diakibatkan terdapat semacam kegagalan neurobiologis dalam tubuh mereka.
Lebih mudah bagi mereka untuk mengerti sesuatu melalui gambar konkret dan memakai
asosiasi daripada berlogika.
Beberapa jenis ASD (Autism Spectrum Disorder) yang paling umum dialami,
yaitu:
a. Autisme. Pengertian dan gejalanya telah dipaparkan di atas. Sebagai informasi
tambahan, gejala-gejala tersebut muncul sebelum usia 3 tahun dan prevelansinya 4 kali
lebih banyak menimpa anak laki-laki daripada perempuan.
b. Asperger Sindrom. Ini juga lebih besar menimpa anak laki-laki daripada perempuan.
Jika anda melihat seseorang yang disebut autis tetapi ia tidak tampak kesulitan dalam
berbahasa dan berkomunikasi namun hanya sekedar terkesan canggung bergaul, kikuk
atau kasar/tak sopan, mungkin ia menyandang sindrom asperger. Rata-rata nilai
intelektual seorang asperger adalah normal bahkan tinggi, begitu juga kemampuan
verbalnya. Permasalahan utama asperger terletak pada gangguan dalam memahami
petunjuk sosial, oleh karena itu kerap mereka disalahmengertikan sebagai individu yang
tidak menghargai etika bersosial. Asperger dapat disebut autis ringan namun tetap
membutuhkan perlakuan dan pendidikan khusus agar di masa dewasa ia bisa mengatasi
hambatan dalam interaksi sosial dalam lingkungannya.
c. Rett Sindrom. Banyak dialami anak perempuan di usia 7-24 bulan. Sebelumnya anak
mengalami perkembangan normal, tetapi kemudian mengalami kemunduran yang
mencakup keterampilan motorik yang telah dikuasai, kemampuan berbahasa, gerakan
stereotipik seperti sedang mencuri tangan dan membahasi tangan dengan air liur,
hambatan mengunyah makanan.
d. Childhood Disintegrative Disorder. Pada usia 2-10 tahun, anak berkembang normal
sebelum mengalami kemunduran signifikan pada keterampilan yang telah dikuasai daan
terjadi gangguan pada fungsi sosial, komunikasi serta perilaku. Pada beberapa kasus,
penderitanya terus mengalami kemunduruan hingga tiba di kondisi retardasi mental berat.
e. Pervasive Developmental Disorder not Otherwise Specified (PDD-NOS), individu
mengalami gejala autisme setelah usia 3 tahun atau lebih.
Sebagian besar ilmuwan mengemukakan pendapat terdapat faktor
herediter penyebab autisme pada seseorang. Anak yang didiagnosis autis apabila
ditelusuri garis keturunannya, maka ada salah satu anggota keluarga yang mengalami
gangguan sejenis, meski tidak selalu sama-sama autis. Peneliti lainnya memilih
memperluas penyebab autisme adalah akibat faktor lingkungan selama kehamilan.
Apakah itu diakibatkan infeksi virus, bakteri tertentu, kontaminasi udara atau kontak
dengan zat kimia berbahaya seperti pestisida.
Pada penyandang autisme, disebabkan oleh suatu hal, beberapa sel dan
koneksinya tidak berkembang baik bahkan mengalami kerusakan. Gangguan koneksi ini
terutama terjadi pada neuron-neuron yang bertanggung jawab di are komunikasi, emosi
dan kesadaran.

5. ADHD, Gangguan Atensi dan Hiperaktif, Bukan Nakal Biasa


Attention Defisit and Hyperactive Disorder.Gangguan Hiperaktif dan Minimnya
Rentang Perhatian.Attention Defisit and Hyperactive Disorder merupakan kondisi kronis
yang terus berlangsung sampai seseorang dewasa. Yang menjadi gejala utamanya adalah
ketidakmampuan berkonsentrasi atau memperhatikan sebuah objek pada rentang waktu
minimal dan juga hiperaktivitas disertai impusifitas dalam perilaku sehari-hari.
Seorang anak dicurigai ADHD apabila tindakan-tindakan di atas terus
berlangsung lebih dari 6 bulan, bertindak demikian hampir di setiap lingkungan di mana
ia berada, (banyak anak yang tampak sering lepas kendali aktivitasnya bila di rumah tetapi
menjadi lebih pendiam jika di sekolah), tindakannya tersebut menimbulkan masalah
hubungan dengan anak lain atau juga dewasa dan masalah dalam tugas sekolah serta
kesehariannya.
Apabila discan, citra otak seorang ADHD memang memiliki perbedaan cukup
nyata dengan otak yang tidak mengalami ADHD. Pada seorang yang didiagnosis ADHD
terdapat tanda kurang aktifnya area otak yang mengontrol tingkat aktivitas dan perhatian.

7. Tunalaras
Pernah disebut sebagai emotionally disturbed, tetapi lalu dinilai kurang pas dan
diubah jadi seriously behavioral disabled, ini pun lalu dipersingkat menjadi behavioral
disabled saja. Belakangan dilakukan penggabungan menjadi emotional or behavioral
disorder.
Karakteristik sosial dan emosional anak dengan gangguan emosional tingkah laku
adalah :
a. Tingkah laku yang tidak terarah (tidak patuh, perkelahian, perusakan, pengucapan
kata-kata kotor dan tidak senonoh, senang memerintah, kurang ajar).
b. Gangguan kepribadian (merasa rendah diri, cemas, pemalu, depresi, kesedihan
yang mendalam, menarik diri dari pergaulan).
c. Tidak matang dalam sikap, cepat bingung, perhatian terbatas, senang melamun,
berkhayal, senang bergaul dengan yang lebih muda.
d. Pelanggaran sosial (terlibat dalam aktivitas geng, mencuri, membolos, begadang).
Tunalaras karena gangguan emosional atau tingkah laku terdiri dari faktor-faktor
gangguan biologis, hubungan keluarga yang tidak sehat, serta faktor eksternal seperti
pengalaman di sekolah yang tidak diharapkan dan pengaruh masyarakat yang buruk.

9. Tunaganda
Seseorang yang memiliki kerusakan, kekhususan dan ketidakmampuan dalam
beberapa hal sekaligus. Penyebab seseorang menjadi tunaganda dapat disebabkan trauma
pada otak, luka waktu lahir (kelahiran sukar), hydrocephalus, penyakit infeksi, misalnya
TBC, cacar, meningitis, dan faktor keturunan antara lain kerusakan pada benih plasma,
dan hasil perkawinan dari ayah dan ibu yang rendah intelegensi dapat diturunkan pada
anak.
10. Kesulitan Belajar
Anak-anak berkebutuhan khusus yang termasuk dalam kategori ini sebenarnya
tidak mengalami permasalahan dengan daya inteligensia hanya saja diperlukan strategi
belajar tersendiri yang dapat mengakomodir potensi mereka yang terhambat karena
gangguan-gangguan motorik, persepsi- motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan
orientasi arah dan ruang serta keterlambatan konsep.
Mereka memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis
yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang
disebabkan karena gangguan persepsi seperti dyslexia (gangguan bahasa), discalculia
(gangguan matematika) dan dysgraphia (gangguan menulis).
Penyebab kesulitan belajar terbagi dalam beberapa bagian antara lain disfungsi
minimal otak, tidak adanya dominasi lateralitas, adanya penyimpangan visual, adanya
perkembangan yang tidak normal, penyimpangan psikologis, adanya penyebab yang
bersifat genetik, pengaruh/kesalahan dalam cara mengajar dan deprivasi dalam proses
berpikir.

11.
A N A K D E N G A N G A N G G U A N E M O S I D A N PERILAKU
Tidak ada definisi yang baku mengenai gangguan emosi dan perilaku,
tetapicirri-ciri umum menggambarkan adanya 4 dimensi ( Hallahan dan Kauffman,
1991 )sebagai berikut.
b.Anak yang mengalami gangguan perilaku, memiliki ciri-ciri antaralain
suka berkelahi, memukul, menyerang, bersifat pemarah,
tidak penurut/melawan peraturan, suka merusak baik baik milik
diri sendirim a u p u n o r a n g l a i n , k a s a r , t i d a k s o p a n , t i d a k m a u k e r
j a s a m a , penentang, kurang perhatian pada orang lain,
suka mengganggu, sukaribut, mudah marah, suka mendominasi orang lain, suka
mengancama t a u m e n g g e r t a k , i r i h a t i , c e m b u r u , s u k a b
e r t e n g k a r , t i d a k bertanggung jawab, ceroboh, mencuri, mengacau, menola
k kesalahandan menyalahkan orang lain, murung, cemberut, mementinkan
dirisendiri.
c . A n a k ya n g m e n g a l a m i k e c e m a s a n d a n m e n ye n d i r i , m e m i l i k i c i r i -
c i r i antara lain tegang, rasa takut bersalah, cemas, pemalu,
menyendiri,m e n g a s i n g k a n d i r i , t i d a k p u n ya t e m a n , p e r a s a a n t e r t e k a n
, s e d i h , sensitive, mudah merasa disakiti hatinya, merasa rendah diri, merasatidak
berharga, mudah frustasi, kurang keyakinan, pendiam.
d.Anak yang agresif sosia ciri-
c i r i n y a a n t a r a l a i n a d a l a h m e m i l i k i perkumpulan yang tidak baik, beran
i mencuri, loyal terhadap temany a n g s u k a m e l a n g g a r h u k u m , s u k a b e g a d a n
g sampai larut malam
melarikan diri dari sekolah, melarikan dari
rumah.e . I n d i v i d u y a n g t i d a k p e r n a h d e w a s a c i r i -
c i r i n y a a n t a r a l a i n a d a l a h perhatiannya terbatas, kurang konsentrasi,
melamun, kaku, canggung, pasif, kurang inisiatif, mudah digerakkan, lamban, ceroboh,
mudah bosan, kurang tabah, kurang rapi.Dengan melihat gejala-gejala tersebut, guru
dapat melakukan identifikasi
dank e m u d i a n m e m b e r i k a n l a ya n a n ya n g s e s u a i d e n g a n k e b u t u h a n d a
n k e m a m p u a n mereka sehingga tidak menjadi berkesulitan belajar

A. CARA MEMBANTU ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (IMPLEMENTATIF)

1) Cara membantu anak retardasi mental


Upaya yang dapat dilakukan pada anak retardasi mental antara lain :
a. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Pendidikan kesehatan pada masyarakat
Perbaikan keadaan sosio-ekonomi
Perawatan pre-natal
Pertolongan persalinan yang baik
Mengurangi kehamilan pada wanita di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun

b. Latihan
Mengajarkan keterampilan hidup (seperti makan, berpakaian, menjaga kebersihan
badan)
Melibatkan anak dalam pergaulan sosial dengan teman sebaya atau orang yang
lebih tua
Memberi kegiatan sesuai minat dan kebutuhan anak
Memperkenalkan hal-hal yang baik dan tidak baik sejak usia dini

2) Cara membantu anak dengan kelainan fisik


Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu anak dengan kelainan fisik,
antara lain :
a. Bina Mandiri :
Kenali kondisi anak. Kondisi anak dapat dikenali dengan melakukan diagnosa dan
perawatan yang tepat. Dengan mengenali kondisi anak, guru dapat menentukan
perlakuan yang tepat sesuai kekurangan pada fisik anak.

Bersikap positif. Selalu memberi dukungan dan pengertian pada anak tetapi tidak
memberi harapan palsu.

Selalu memberi cinta. Cinta dan kasih sayang orang di sekeliling menjadi
kekuatan terbesar bagi anak untuk mengatasi kekurangannya. Tunjukkan rasa
cinta tanpa pamrih melalui pelukan, ciuman, genggaman tangan, meluangkan
waktu untuk meberi bantuan.

Menghadirkan keadaan normal. Selalu menciptakan kegiatan yang normal.


Kegiatan yang disusun tidak terlalu memanjakan atau melindungi anak, karena
akan menghambat perkembangan anak.

Selalu menghargai anak melalui kata-kata maupun tindakan. Memberitahu


kelebihan anak yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahan anak.

Memberikan fasilitas berupa berbagai alat bantu untuk menambah dan


mempermudah anak beraktivitas.

Membantu anak berinteraksi. Bagaimana menghadapi dan menerima kehadiran


anak lain. Melibatkan anak secara aktif pada berbagai kegiatan.

b. Rehabilitasi medik :

Fisioterapi : relaksasi, terapi manipulasi, latihan keseimbangan, latihan


koordinasi, latihan mobilisasi, latihan ambulasi dan latihan Bobath dengan teknik
inhibisi, fasilitasi dan stimulasi latihan dapat diberikan ditempat tidur, di
gymnasium, di kolam renang.

Terapi Okupasi :

o Latihan diberikan dalam bentuk aktifitas permainan, dengan


menggunakan plastisin, manik-manik, puzzle; dengan berbagai bentuk
gerakan, ketepatan arah, permainan yang memerlukan keberanian.
o Aktifitas kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan minum, penggunaan
alat perkakas rumah tangga dan aktifitas belajar.
o Seni dan ketrampilan : menggunting, menusuk, melipat, menempel dan
mengamplas.
Terapi Wicara : pada anak dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan
dalam bahasa pasif : anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar rumah dan
disekolah dan dalam bahasa konsonan, suku kata, kata, kalimat. dengan
pengucapan huruf hidup/voval,
Terapi Musik : tujuannya menumbuhkembangkan potensi-potensi pada anak yang
berkelainan baik fisik, mental intelektual maupun sosial emosional sehingga
mereka akan berkembang menjadi percaya diri sendiri. Pelayanan tersebut dengan
cara melatih : ritme, nada dan irama, interfal, tarian, drama, cerita, senam,
pengenalan alat musik, pengenalan lagu, latihan baca sajak/puisi.
Psikolog : pemeriksaan kecerdasan, psikoterapi, edukasi pada orang tua dan
keluarga agar dapat menghadapi anak dengan kelainan tersebut.
Sosial Medik : memberikan pelayanan mencari data keluarga, sosial, ekonomi,
pendidikan, lingkungan tempat tinggal, dsb. Yang dapat bermanfaat bagi para
dokter dan terapis dalam menyusun program rehabilitasi. Selain itu pelayanan
yang berhubungan dengan Yayasan-yayasan sosial lainnya, Kantor Departemen
sosial, Rumah sakit, Sekolah, sehingga dapat terjalin hubungan erat dengan
berbagai instansi yang sangat penting untuk keberhasilan program rehabilitasi.
Ortotik Prostetik : memberikan pelayanan pembuatan alat-alat bantu; misal brace,
tongkat ketiak, kaki tiruan, kursi roda.

Cara menangani anak berkebutuhan khusus


1. Bagi orang tua, mereka akan berusaha setengah mati untuk memahami kondisi
anak dan memikirkan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka. Orang
tua harus bisa mempercayai pengajar dan merasa yakin bahwa mereka, sebagai
orang tua, akan diijinkan untuk terlibat dan kemajuan anak selama prasekolah.
2. Bagi para pengajar, langkah-langkah yang akan mereka lakukan adalah :
a. Menjalin kerjasama dengan orang tua, kerjasama antara pengajar dengan
orang tua sangat penting untuk mengetahui kebutuhan pembelajaran anak
dan memastikan adannya respons cepat pada setiap kesulitan. Oramg tua
dan keluarga merupakan tempat paling nyaman untuk anak, dan pengajar
harus mendukung hubungan penting ini dengan cara saling berbagi
informasi dan menawarkan dukungan pembelajaran di rumah.
b. Menjalin kerjasama dengan pihak lain, pengajar perlu bekerja sama
dengan pengajar dari pihak lain misalnya dinas kesehatan masyarakat
lokal, atau tempat anak tersebut dilindungi oleh Pemerintah Lokal, untuk
mengetahui dan memenuhi kebutuhan serta menggunakan pengetahuan
dan saran mereka guna memeberikan perlindungan sosial kepada anak
melalui kesempatan dan lingkungan belajar terbaik untuk anak.
c. Memberikan kesetaraan kesempatan, penyedia layanan pendidikan
bertanggungjawab menjamin sikap positif terhadap perbedaan dan
keragaman, tidak hanya supaya setiap anak bisa bergabung dan tidak
dirugikan, namun juga supaya mereka belajar sejak dini untuk menghargai
keragaman yang dimiliki orang lain dan tumbuh dengan memberikan
sumbangan positif untuk masyarakat.(Chris Dukes dan Maggie
Smith,2009:3-6).
Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan
anak usia dini adalah kegiatan bimbingan. Kegiatan bimbingan bagi anak dapat dijadikan
sebagai salah satu cara membantu guru dalam memantau proses, kemajuan dan perbaikan
hasil belajar anak secara berkesinambungan sehingga dapat memberikan umpan balik
bagiguru dalam menyempurnakan proses pembelajaran.

Terkait dengan permasalahan anak, berikut beberapa bentuk bimbingan yang


dapat dilakukan, baik oleh guru maupun orang tua dalam membantu mengatasi
permasalahan anak:

1. Periksa
Tidak semua tingkah laku yang bemasalah digolongkan gangguan. Oleh karena
itu, Perlu menambah pengetahuan tenytang gangguan mengenai perkembangan dan jenis
gangguan anak.

2. Pahami
Untuk bisa menangani anak yang mengalami gangguan, ada baiknya keluarga
mengikuti support group dan parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih
memhami sip dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis,
kognitif (intelektual) maupun fisiologis.
3. Telaten
Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran untuk menghadapi anak yang memilik
gangguan psikologis.
4. Membangkitkan kepercayaan diri
Jika mampu, ini juga bisa dipelajari, menggunakan tehnik-tehnik pengelolaan
perilaku, seperti menggunakan penguasa positif. Misalnya memberikan pujian apabila
anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu yang benar, memberikan
disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk
meningkatkan rasa percaya diri anak.
5. Mengenali arah minatnya
Jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana
sebenarnya tujuan dari keaktifannya. Jangan dilarang semuanya karena membuat anak
menjadi frustasi. Yang penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya
secara dini.
6. Meminimalisir stimulasi yang dapat mengacaukan pikiran dan konsentrasi.
Anak diupayakan tenang terkendali, gangguan dari luar minimal menggunakan
media penanganan yang menarik sesuai dengan modalitas anak (visual, auditori,
kinestik), praktik langsung, menyenangkan, variatif, sesuai dengan minat anak,
mengajarkan strategi meningkatkan memori, mnemoik, kata kunci, peta pikiran dan
insight.
7. Merancang lingkungan rumah kondusif
Menjauhkan benda berbahaya/tajam, lingkungan fisik nyaman, memfasilitasi anak yang
normal untuk menjadi role model, mempertahankan kontak mata, memberikan
pekerjaaan yang menantang, memastikan adanya sisi menarik pengajaran,
menyederhanakan instruksi, memperjelas instruksi, menjelaskan tujuan/target dengan
jelas, memberi contoh, monitoring perlu dilakukan untuk memberi masukan pada
penanganan lebih lanjut

DAFTAR PUSTAKA
Fanu, James Le. Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak. Alih Bahasa :
Irham Ali Saifuddin. Yogyakarta : Think (2007)
Smith, J. David. Inklusi, Sekolah Ramah untuk Semua. Alih Bahasa : Denis dan
Enrica. Jakarta : Nuansa (2006)
----. Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini Yang Berkebutuhan Khusus. Jakarta :
Dir. Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dir.Jend Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Depdiknas (2008)
Mangunsong, Frieda. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
(2009)
Pusponegoro, Hardiono D & Purboyo Solek. Apakah Anak Kita Autis, Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Anak. Bandung : Yayasan Suryakanti (2003)
\

Pandji, Dewi. 2013. Sudahkah Kita Ramah Anak Special Needs. PT. Gramedia : Jakarta.
Hadis, Abdul. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Alfabeta. 2006.
Smith, Chris Dukus. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Indeks.
2009.
Pohan, M.Imran. Masalah Anak dan Anak Bermasalah. Jakarta: CV Intermedia. 1986.
Baihaqi & Sugiarmin. Memahamni dan Membantu Anak ADHD. Bandung: Refika
Aditama. 2006.
Tiel, Julia Maria. Anakku Terlambta Bicara. Jakarta: Prenada. 2009
Sujanto, Agus, Lubis Halem, & Hadi, Taufik. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi
Aksara. 1980
Nurihsan, Juntika. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Refika
Aditama. 2011.
Chalke, S. Tips Menjadi Orang Tua Arif, Positif, dan Inspiratif. Jogjakarta: Garailmu.
2009

Anda mungkin juga menyukai