Ipi 135211
Ipi 135211
2 - Juli 2011
ABSTRAK ABSTRAK
There are many historical events in this country Banyak peristiwa sejarah di negeri ini yang ma-
that is still laden with controversy, some of them sih sarat dengan kontroversi, untuk menyebut
are; G 30 S, the events surrounding Surat Perin- beberapa diantaranya; peristiwa G 30 S,
tah Sebelas maret, General Offensive March 1, peristiwa seputar Surat Perintah Sebelas Maret
1949, the birth of Pancasila, the birth of the New (Supersemar), Serangan Umum 1 Maret 1949,
Order, and integration of East Timor. Based on lahirnya Pancasila, lahirnya Orde Baru, dan
these facts, history learning should not only limit Integrasi Timor-Timur. Berdasarkan fakta terse-
to narrative that is "metanarative", history but di atas, maka hendaknya pembelajaran se-
should be a narrative history that historicist jarah jangan hanya sebatas narasi yang bersifat
which relies on this day in the life of students. metanaratif, sejarah harus menjadi narasi
The method is by telling story about the past and yang historistik yang bertumpu pada hari ini
projecting into the future, because the dimension dalam kehidupan siswa. Metodenya adalah den-
of time in history is not just a while ago. There- gan berkisah tentang masa lalu dan berproyeksi
fore, the lessons of history should be directed at ke masa depan, sebab dimensi waktu dalam se-
learning by doing and learning how to learn jarah adalah bukan hanya waktu lalu. Oleh sebab
that, in turn that a wise teacher of history should itu, pembelajaran sejarah harus diarahkan pada
make history as the teacher of life. learning by doing dan learning how to learn
yang pada gilirannya bahwa seorang guru se-
Keywords: controversial history, history jarah yang bijak harus menjadikan sejarah seba-
learning gai guru kehidupan.
239
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011
jian, pesantren, sekolah-sekolah atau print) yang siap pakai efisiensi, kaku,
institut-institut keagamaan. Sumber- dan serba pasti yang tidak memiliki
sumber bahan ajar mengenai norma- landasan falsafah seperti visi pendidi-
norma kehidupan lainnya yang diang- kan nasional yang mencerdaskan ke-
gap standar oleh guru adalah sebagai- hidupan bangsa. Lebih terasa lagi
mana mereka terima secara mewaris adanya polarisasi dalam sistem ujian di
dari para pendahulu, baik dari mulut ke sekolah dasar sampai sekolah menen-
mulut (cerita) maupun yang sudah gah, ada ujian nasional dan ujian non
dibukukan oleh penulis. Norma lainnya nasional (ujian sekolah), sehingga mela-
biasanya sarat dengan muatan politik, hirkan arogansi mata pelajaran; ada
yang antara lain meng-ejawantah dalam mata pelajaran penting, kurang penting,
bentuk lembaga sekolah sampai ke per- bahkan tidak penting. Akar persoalan
guruan tinggi yang cenderung lebih dasar yang menjadi biang keladi dari
mengandalkan pelembagaan kekuatan semua bentuk impotensi, pemasungan,
administratif dari pada kekuatan pengkerdilan, dan penjajahan manu-
akademik (Danim, 2003: 184-185). Ada sia-manusia Indonesia oleh bangsa
tendensi, sebagian dari norma-norma sendiri (khususnya penguasa dan elit
kehidupan keluarga yang dibangun politik Orde Baru). Inilah yang ke-
oleh orang tua dan generasi terdahulu mudian ditengarai munculnya berbagai
mensubordinasikan posisi anak. Hal bentuk kontroversi sejarah.
demikian teraksentuasi di sekolah-
sekolah, ditandai dengan sikap guru
yang cenderung mensubordinasikan AKAR-AKAR PEMIKIRAN
potensi mereka yang sesungguhnya,
misalnya potensi rasa ingin tahu men- Dalam skala lebih luas pelak-
genai fenomena kehidupan sosial, ter- sanaan pembelajaran selama ini malah
masuk fenomena kehidupan anak seusia menjadi sumber masalah daripada po-
mereka. Guru tak lagi mampu menerje- tensi pemecah masalah. Di sisi yang lain
mahkan pendekatan multiple intelligences dari tahun ke tahun perubahan yang
dalam aspek pembelajaran kepada dilakukan oleh pemerintah hanyalah
siswanya. Dan ini lah yang menjadi berupa kosmetik, atau sekadar di-obok-
pertanda awal ketersesatan dalam obok. Padahal yang dibutuhkan justru
dunia pembelajaran kita. perubahan mendasar yaitu pada lan-
Sebab utama ketersesatan dasan falsafah pendidikan itu sendiri
pembelajaran selama ini dari tingkat yang selama ini nyaris tak pernah dibi-
sekolah dasar hingga sekolah menengah carakan oleh penyelenggara pendidikan
atas, dan di universitas (perguruan nasional. Dalam benak sebagian dari
tinggi- mungkin), bahkan berlanjut ke kita masih bersarang virus kependidi-
dunia kerja adalah berakar pada keti- kan yang lebih gemar melihat ke be-
dakmampuan berpikir secara lateral, lakang dan mengukur keberhasilan dari
kreatif, dan liar dalam arti tidak ter- pencapaian masa lalu, yang kemudian
polakan. Untuk waktu yang cukup melahirkan sikap romantisisme his-
lama, pembelajaran (jika tidak boleh toris, bukan dengan potensinya yang
menyebut pendidikan) telah relevan terhadap tantangan masa de-
dininabobokan oleh ilusi pola berpikir pan. Visi pendidikan bagi orang seperti
linier dan arogansi manajemen pen- itu adalah pendidikan yang berusaha
didikan unggul dalam memetakan menciptakan pemasungan bangsa yang
masa depan, membuat cetak biru (blue direduksi menjadi bonsai sama dan se-
240
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011
bangun dengan nalar, aspirasi, sikap, jarawan dengan fakta-fakta yang ada
dan tutur kata bahkan dalam mimpi padanya; suatu dialog yang tiada henti-
mereka. hentinya antara masa sekarang dengan
Apakah sumbangan pembela- masa silam). Sedangkan menurut Robert
jaran-pendidikan semu sejauh ini? Tern- V. Daniel, secara singkat mengatakan
yata hal itu masih nihil. Terbukti sebuah History is the memory of human group
ilusi skala nasional itu tak dapat experience (Sejarah ialah kenangan pen-
mengklaim mampu memberikan daya galaman umat manusia), dalam pada itu
tahan ekonomis, daya tahan moral, James Banks mengungkapkan bahwa
bahkan daya nalar sekalipun kepada all past event is history(semua
bangsa ini hal mana ditandai oleh; peristiwa masa lampau adalah sejarah)
tiadanya kemampuan berbuat jujur, ber- dan History is actuality (Sejarah seba-
pikir sehat, bertutur sopan mulai dari gai kenyataan), dan lebih jauh ia menga-
rakyat sampai ke elite yang berkuasa. takan History can help student to under-
Sekarang ini hampir tidak ada sisa pen- stand human behavior in the past, present
g a r uh ya n g m e n un j u k ka n b a h w a and future. New goals for historical stud-
bangsa ini pernah besar atau dibesarkan ies (Sejarah dapat membantu siswa un-
oleh pembelajaran-pendidikan masa tuk memahami perilaku manusia pada
lalu. Falsafah pembelajaran-pendidikan masa yang lampau, masa sekarang dan
yang baru nanti mestinya harus dikait- masa yang akan datang, disebut tujuan-
kan dengan aspirasi berbangsa- berne- tujuan baru pendidikan sejarah)
gara seperti tertuang dalam konstitusi (Wahab, 2009: 4).
negara, yang terkait erat dengan konsep Dengan demikian, jelaslah
ketahanan, keutuhan, kerukunan, dan bahwa sejarah adalah penuh arti dan
kesatuan bangsa. Di sinilah kita dapat makna, sebab sejarah adalah ilmu yang
berharap menemukan apa yang seha- mempelajari peristiwa kehidupan
rusnya menjadi esensi pembelajaran- manusia pada masa lampau yang
pendidikan yang kita perlukan secara memiliki tugas pokok; membuka kege-
konsisten. Kita membutuhkan adanya lapan kehidupan umat manusia pada
fondasi yang kuat untuk membangun masa lampau untuk dipaparkan pada
pendidikan nasional yang kuat. generasi masa kini, dengan tujuan agar
Sebelum kita berbicara lebih jauh generasi masa kini dapat mengetahui,
ada baiknya, kita berpikir, mempertan- memahami, dan mencontoh hal-hal
yakan dan merenungkan kembali, apa yang positif dari generasi masa lampau.
itu sejarah? Pertanyaan ini tampak se- Sedangkan bagi yang berkecimpung di
derhana, namun apabila kita teliti dan dunia pendidikan, termasuk siswa dan
kita renungkan arti dan hakekatnya guru untuk tujuan sejarah, harus berani
mengandung makna yang dalam dan mengatakan bahwa We study history so
luas. Pengertian Sejarah secara umum that we may be wise before the events (Kita
adalah ilmu yang mempelajari peristiwa belajar sejarah agar kita lebih bijaksana
-peristiwa kehidupan manusia pada sebelum peristiwa itu terjadi), sebagai-
masa lampau. Sedangkan secara khusus mana diungkapkan oleh John Seeley.
menurut Edward Hallet Carr mengata- Setelah manusia memperoleh wisdom,
kan:History is a continuous process of in- hikmah dan bijaksana tentu saja akan
teraction between the historian and his facts, meraih kebahagiaan, dan untuk meraih
an unending dialogue between the present kebahagiaan diperlukan seni dan cara
and the past (Sejarah ialah suatu proses pandang yang tepat tentang makna dan
interaksi serba terus menerus antara se- tujuan hidup. Bukankah hidup harus
241
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011
sarat makna, sekali berarti, sesudah itu negara Soviet-Indonesia dan mengganti-
mati demikian ungkapan Chairil An- kan Pancasila dengan dasar negara ko-
war. Kecukupan dan kelimpahan materi munis. Karena itu sampai sekarang ban-
hanyalah salah satu variabel pendu- yak istilah untuk menyebut peristiwa
kung, tetapi bukan penentu. Bisakah tersebut, seperti G 30 S/PKI, G 30 S-PKI,
kita menghitung, berapa juta lagu yang G 30 S, Gestapu, Gestok, dan Kudeta 1
telah tercipta, padahal jumlah not lagu Oktober 1965 (Depdiknas, 2005: 3).
hanya tujuh nada, yaitu do-re-mi-fa-sol- G 30 S/PKI adalah istilah resmi
la-si-do. Andaikan Anda disodori gitar yang digunakan pemerintah Orde Baru,
atau piano, apa yang akan Anda laku- bahkan dibakukan dalam buku-buku
kan dengan alat itu? Bagi yang memiliki pelajaran sejarah resmi yang sampai
keterampilan memainkan piano, imaji- sekarang sudah menjadi perbenda-
nasi intelektual dan memiliki selera seni haraan kata masyarakat Indonesia.
yang tinggi, maka dunia akan digubah Gestapu, kependekan dari Gerakan Sep-
menjadi instrumen piano itu sehingga tember Tiga Puluh. Istilah ini muncul
kehidupan ini akan terasa lebih indah. pada tanggal 1 Oktober 1965 yang
Demikian halnya dengan hidup kita, diperkirakan berasal dari kelompok
masing-masing memiliki jatah waktu mahasiswa pada saat itu. Merupakan
yang sama, yaitu 24 jam, namun sua- istilah yang kurang cocok kalau dilihat
sana dan kualitas hidupnya berbeda- dari struktur tata bahasa Indonesia. Ge-
beda. Banyak faktor yang membedakan, stok, singkatan dari Gerakan Satu Okto-
dan salah satunya adalah keterampilan ber, istilah ini pertama digunakan oleh
seseorang dalam memanfaatkan aset Soekarno yang diambil saat Gerakan
yang ada. Demikian halnya untuk Untung mengadakan penculikan terha-
meraih sebuah kebahagiaan (happiness), dap sejumlah jenderal yang menurut
diperlukan adanya seni untuk mengel- rencana dilaksanakan pada dini hari 30
ola perasaan, pikiran, dan kehidupan itu September 1965, tetapi oleh Sjam diun-
sendiri. dur menjadi 1 Oktober 1965 dini hari.
Sedangkan istilah G 30 S adalah istilah
yang mengacu dari rencana nama op-
BELAJAR DARI FENOMENA KON- erasi yang ditetapkan pada rapat tera-
TROVERSI SEJARAH khir pada tanggal.
Benedict R.OG. Anderson menga-
Dalam pembelajaran sejarah, satu takan bahwaPada dini hari 1 Oktober
diantara peristiwa yang menonjol dalam 1965 itu, Letkol Untung, pemimpin bata-
fenomena kontroversi sejarah adalah lyon pada Cakrabirawa, pasukan penga-
peristiwa G 30 S. Sebagai fakta sejarah wal istana Sukarno, tampil di radio un-
setiap orang Indonesia tidak akan melu- tuk mengumumkan bahwa apa yang
pakannya, bahwa di negara ini pernah disebutnya sebagai Gerakakan 30 Sep-
terjadi peristiwa di tahun 1965 yang tember telah dilancarkan guna menye-
dikenal dengan nama Gerakan 30 Sep- lamatkan presiden berkuasa. Hanya
tember (G 30 S). Peristiwa ini terjadi dengan bilangan jam, kudeta Untung
pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari telah dikontra-kudeta oleh kekuatan di
yang menyebabkan terbunuhnya sejum- bawah Mayjen Suharto. Diwartakan
lah perwira tinggi Angkatan Darat. Se- bahwa enam jenderal terkemuka di In-
cara normatif dan kenvensional sifatnya, donesia telah dibantai oleh kelompok
bahwa peristiwa itu terjadi adanya Untung. Semua media non-militer
keinginan dari PKI untuk membentuk segera ditutup dan dalam waktu tujuh
242
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011
puluh dua jam militer segera mengu- -nilai yang dimaksud adalah meliputi;
mumkan bahwa Untung adalah pion nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoretis,
komunis, dan PKI ada di belakang nilai filsafat, dan nilai ketuhanan. Den-
kudeta dan pembunuhan tersebut. Tiga gan pengembangan nilai-nilai tersebut
minggu kemudian dimulailah pemban- diharapkan sumber daya manusia Indo-
taian oleh Angkatan Darat dan masyara- nesia memiliki pengetahuan, keterampi-
kat yang berjaga, yang dari bulan Okto- lan, kepedulian, dan tanggung jawab
ber 1965 hingga Januari 1966, mengaki- yang tinggi terhadap masyarakat,
batkan kematian tak kurang dari seten- bangsa, dan negaranya, bagi pengem-
gah juta jiwa orang Indonesia yang bangan kini dan mendatang (Wahab,
ditengarai, secara tepat atau tidak tepat, 2009: 10).
sebagai aliran kiri. Pada bulan Maret
1966 Suharto melancarkan kudeta tak
berdarah terhadap Sukarno. Pada bulan ANTARA REALITAS DENGAN IDE-
Maret 1967 dia menjadi pejabat semen- ALITAS
tara presiden, dan Maret 1968 telah
menjadi presiden (Anderson, 2000: 13- Deskripsi di atas menunjukkan
14). adanya persepsi atau tataran ideal yang
Fenomena kontroversi sejarah di mestinya mampu digapai dalam pelak-
atas tentu saja dapat menjadi pembela- sanaan pembelajaran sejarah, namun
jaran berharga terutama bagi para siswa dalam kenyataan tidak sepenuhnya
sebagai bagian dari kehidupan masyara- yang bersifat ideal dapat dilaksanakan
kat harus mampu melibatkan diri dalam dengan semestinya, Kadang masih
kehidupan masyarakat baik sebagai adanya kesenjangan antara idealitas
warga negara, warga masyarakat yang dengan realitas, antara das sein dengan
sadar akan tanggung jawab dengan das sollen, termasuk di dalamnya men-
menampilkan tingkah laku, perbuatan, genai pembelajaran sejarah yang bersifat
tindakan yang penuh dengan makna kontroversial. Sudah waktunya di-
bagi kepentingan bersama. Pada tanamkan dalam pembelajaran sejarah
akhirnya mereka diharapkan enjadi suatu falsafah baru. Sejarah perlu ditata
manusia Indonesia seutuhnya. Inilah dan menjadi pola yang menarik dengan
yang hendak dituju melalui pembela- menjadikan Sejarah sebagai guru ke-
jaran sejarah khususnya dan pembela- hidupan (historia vitae magistra). Oleh
jaran IPS pada umumnya. Dalam hidup karena itu perlu adanya reorientasi
dan kehidupan bermasyarakat, ber- pembelajaran dan pengajaran Sejarah.
bangsa, dan bernegara, pengembangan Selama ini, pembelajaran-pengajaran
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM, Sejarah ditengarai hanya mencatat dan
human resources) di era kemajuan ilmu menghafal fakta masa lampau tentang
pengetahuan dan teknologi saat ini kehidupan istana, raja-raja dengan silsi-
adalah menjadi sebuah keniscayaan, lahnya, sebuah pemerintahan dengan
yang tidak boleh tidak harus karena berbagai bentuk legitimasi kekua-
ketertinggalan di tingkat pengemban- saannya yang tidak lain demi kepentin-
gan SDM, maka saat itu pula kita gan penguasa (birokrat). Jadi, sejarah
tertinggal. Dalam pengembangan SDM, menjadi suatu metanarasi-verbalistik
harus bersamaan dengan pengemban- yang dikisahkan oleh guru, sedangkan
gan nilai-nilai yang dimaksud dalam siswa (peserta didik) hanya sebagai me-
pembelajaran sejarah khususnya dan sin penerima data dan menyimpannya,
pembelajaran IPS pada umumnya. Nilai dan pada waktu tertentu dicetak demi
243
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011
244
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011
jarah adalah bukan hanya waktu lalu. Di menjadi pembelajar bukan hanya di
samping itu kemarin dan esok adalah gedung sekolah, tetapi yang jauh lebih
hari ini. Oleh sebab itu, pembelajaran penting adalah menjadi pembelajar
sejarah harus diarahkan pada learning by dalam konteks kehidupan. Dan secara
doing dan learning how to learn yang pada ideal diharapkan nantinya mampu
gilirannya bahwa seorang guru sejarah memerankan dirinya akan tri tugas,
yang bijak harus menjadikan sejarah tanggung jawab, dan panggilan ke-
sebagai guru kehidupan. Setiap kali manusiaan universal (the three task, re-
hari baru datang, banyak yang ingat sponsibility, and humanity calling) yaitu:
membangunkan badan, sedikit yang pertama, menjadi pembelajar di sekolah
ingat membangunkan jiwa. Setiap bulan dan universitas kehidupan; kedua, men-
baru berkunjung, banyak yang ingat jadi pemimpin bagi komunitas-
memegang kantong, sedikit yang ingat kelompok-organisasinya; ketiga, menjadi
memegang nurani. Setiap tahun baru guru bagi sebuah bangsa, bagi bangsa-
datang, banyak yang bertanya, Berapa bangsa, dan bagi seluruh umat manusia
umur saya sekarang? Sedikit yang ber- (Harefa, 2005: 71)
tanya, Seberapa bijaksana saya Sejarah suatu bangsa sudah pasti
sekarang? (Prama, 2004: 1). Guru se- memiliki orang-orang sebagai primus
jarah juga harus mengubah pola pembe- inter pares (yang pertama dari yang
lajaran sejarah yang terkesan hambar, sederajat) sebab perjuangan mereka
kering, dan membosankan menjadi se- yang tanpa pamrih. Mereka adalah pah-
suatu yang menyenangkan. Disamping lawan-pahlawan bangsa, para pemim-
itu tentu saja harus adanya political will pin sejati, para gur bangsa. Para pahla-
pemerintah menyangkut filosofi dunia wan yang dengan semangat herois-
pendidikan di Indonesia. menya, yang kini menghunjam di setiap
Sejarah merekam fakta empiris pribadi anak bangsa. Meski tetap harus
yang secara kronologis menjadi suatu disadari bahwa dari dimensi yang
pengalaman tidak langsung bagi kita lain,The Game of History is usually played
yang hidup saat ini.Bukankah pengala- by the best and the worst over the heads of
man adalah guru yang terbaik? Maka, the majority in the middle. (Panggung
sejarah sebagai fakta empiris akan sejarah biasanya dimainkan oleh tokoh
memiliki sejuta pengalaman yang dapat yang terbaik atau terburuk di atas
menggurui kita, dan menjadi sebuah kepala mayoritas yang ada di tangan).
keniscayaan kita berguru kepada pen- Jadi dalam setiap permainan (sejarah)
galaman itu. Oposisi relasional muncul tentu ada good guys dan bad guys.
dalam pembelajaran sejarah, guru Dan tidak seperti dalam film anak-anak
dalam mengajar sejarah membuat para yang memang dirancang untuk pendidi-
siswa belajar, dengan belajar, para siswa kan, dalam sejarah good guys tidak
mengajar untuk dirinya sendiri. Konse- mesti mengalahkan bad guys
kuensi logisnya adalah siswa tidak seka- Meskipun kebenaran pasti akhirnya
dar menjadi objek pembelajaran sejarah, akan mengalahkan kejahatan, namun
tetapi menjadi subjek yang kreatif, ter- dalam perjalanan menuju hasil akhir itu
buka pikirannya, dan peka nuraninya. tidak jarang yang jahat mengalahkan
Dan yang terpenting adalah siswa men- yang benar. Seperti telah terbukti dalam
yadari sepenuhnya bahwa tugas per- lembar sejarah manusia yang telah
tama sebagai manusia dalam proses diperankan oleh Hitler, bencana yang
menjadi dirinya yang sebenarnya dahsyat tidak mustahil terjadi hanya
adalah menerima tanggung jawab untuk karena ulah seorang tokoh sejarah.
245
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011
Dan akibat kejahatannya tidak hanya yang bersangkutan tidak mau belajar
diderita oleh para penjahat itu sendiri, dari sejarah secara jujur. Bahkan menu-
tapi juga oleh orang-orang baik. Ten- rut Goethe, manusia yang tidak mau
tang adanya kemungkinan seperti inilah mempelajari masa tiga ribu tahun yang
Kitab Suci memperingatkan, lalu hidup tanpa memanfaatkan akal-
Waspadalah kamu semua terhadap nya. (Gaarder, 1996: 13). Dengan kata
bencana yang sekali-kali tidak secara lain, sejarah adalah guru bagi ke-
khusus hanya menerima orang-orang hidupan (historia vitae magistra) anak
yang jahat saja diantara kamu (QS.al- bangsa yang sarat nilai, bukan tanpa
Anfal/8:25). Maka mencegah kejahatan nilai sama sekali.
adalah kewajiban seluruh masyarakat, Menurut Ibn Khaldun, sejarawan
seluruh umat manusia (Madjid, 1995: Andalus yang masyhur dengan kary-
49) anya Muqaddimah sejarah merupakan
Bangsa yang besar adalah bangsa hasil upaya penemuan kebenaran, ek-
yang menghargai sejarah. Bangsa yang splanasi kritis tentang sebab dan genesis
tidak pernah menoleh ke belakang, atau kebenaran serta kedalaman pengeta-
tidak mau mempertimbangkan masa huan tentang bagaimana dan mengapa
lampau, tidak akan dapat mencapai tu- peristiwa-peristiwa terjadi. Dalam
juan. Karena sejarah merupakan saksi upaya menemukan kebenaran tersebut,
sekaligus bukti yang tidak saja meng- menurut Ibn Khaldun meniscayakan
gambarkan realitas dan kenangan- adanya telaah filosofis dan kritik infor-
kenangan indah, tapi juga masi sebagai langkah-langkah me-
menyuguhkan kebenaran peristiwa todologis yang cukup menentukan
yang bisa dijadikan pedoman hidup dalam penulisan sejarah kritisnya. Na-
bagi masa kini dan masa yang akan mun demikian, sehebat apa pun lang-
datang. Dalam konteks keilmuan, se- kah-langkah metodologis yang dikemu-
sungguhnya laboratorium bagi ilmu- kakannya, tetap saja butuh keandalan
ilmu mengenai kehidupan sosial manu- peneliti sejarah dalam menganalisis
sia adalah sejarah hidup sosial manusia data, menerjemahkan kejadian, dan me-
itu sendiri. Dalam sejarah itulah seluruh nelusuri jejak-jejak sejarah dengan teliti.
variabel kehidupan sosial manusia ter- Penguasaan akan empat hal yang
cakup dan dapat diketemukan. Oleh penting, yaitu heuristic (teknik mencari
sebab itulah Allah memerintahkan kita dan mengumpulkan sumber-sumber
semua untuk memperahatikan dan sejarah), kritik sumber, interpretasi, dan
menarik pelajaran dari sejarah masa lalu historiografi (teknik penulisan hasil
dengan apa adanya. Hukum Allah penelitian sejarah) dalam proses terse-
(Sunatullah) dalam hidup manusia tidak but menjadi sesuatu yang wajib dimiliki
akan berubah, jadi bersifat pasti. Tinggal bagi peneliti sejarah dan sejarawan. Se-
bagaimana kita mengidentifikasi dan dangkan bagi setiap guru sejarah yang
memahaminya dari sejarah. Kemudian memiliki kewajiban pokok men-
kita membuat kesimpulan-kesimpulan transformasikan pengetahuan sejarah,
umum atau generalisasi tentang hukum nilai-nilai sejarah, dan makna sejarah
yang menguasai hidup sosial manusia. dapat menjadi penyambung lidah,
Jadi da lam ungkapan sehari-h ari dan tangan panjang bagi peneliti se-
belajar dari sejarah adalah suatu jarah dan sejarawan secara bertanggung
truism yang sangat penting. Maka bi- jawab kepada siswa (peserta didik)
asanya permulaan hancurnya seseorang, (Abdurrahman, 2007: 5-6).
suatu kelompok atau bangsa ialah jika
246
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011
247