Piutang adalah tagihan uang perusahaan kepada para pelanggan yang diharapkan akan dilunasi dalam
waktu paling lama satu tahun sejak tanggal keluarnya tagihan
Contoh:
Bank meminjamkan modalnya kepada perusahaan A karena perusahaan tersebut akan
memperluas jaringan usahanya. Inilah yang disebut dengan piutang, jadi disini pihak bank memiliki
aset karena memiliki piutang.
Pinjaman adalah suatu jenis hutang yang dapat melibatkan semua jenis benda berwujud walaupun
biasanya lebih sering diidentikkan dengan pinjaman moneter
Contoh:
Perusahaan A ingin mengembangkan usahanya tetapi perusahaan tersebut masih kekurangan
modal lalu perusahaan A tersebut meminjamnya dari bank. Inilah yang disebut dengan hutang dan
yang menghutang adalah pihak perusahaan berhutang kepada pihak bank.
Artinya perputaran piutang untuk tahun 2005 adalah 11 kali dibandingkan penjualan dan
perputaran piutang untuk tahun 2006 adalah 15,5 kali dibandingkan penjualan. Jika rata-rata
industri untuk perputaran piutang adalah 15 kali, maka untuk tahun 2005 dapat dikatakan
penagihan piutang yang dilakukan manajemen dapat dianggap tidak berhasil, namun untuk tahun
2006 dianggap berhasil karena melebihi angka rata-rata industri.
Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable) dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
Atau
Untuk tahun 2005:
Untuk tahun 2006:
Sebelum menyimpulkan lebih lanjut, perlu terlebih dulu dilihat syarat-syarat kredit yang
diberikan apakah 2/10 net 30 atau 2/10 net 60. Jika syarat yang pertama yang berlaku, tahun 2005
kelebihan atau melebihi tanggal jatuh tempo satu hari. Namun, apabila syarat kedua yang berlaku,
maka hari rata-rata penagihan piutang dapat dikatakan cukup baik.
J. Fred Weston menyebutkan rata-rata jangka waktu penagihan adalah ukuran perputaran
piutang yang dihitung dalam dua tahapan berikut:
1. Penjualan per hari
Jika rata-rata industri 25 kali, artinya kondisi perusahaan untuk rata-rata jangka waktu
penagihan untuk tahun 2005 dan 2006 kurang baik karena konsumen membayar tagihan tidak tepat
waktu.
3. Alat analisis untuk menilai kelayakan suatu kredit
Dalam melakukan analisis dapat melakukan penerapan prinsip dasar yaitu prinsip 5C, 5P, 3R
serta 6A.
a. Character, suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang diberikan kredit benar-
benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang nasabah baik latar belakang pekerjaan,
mapun yang bersifat pribadi seperti: Cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga,
hobi dan social standing-nya.
b. Capacity, untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yan g dihubungkan dengan
bidang pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami
tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu juga dengan kemampuannya dalam menjalankan
usahanya termasuk kekuatan yang dimiliki. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam
mengembalikan kredit yang disalurkan.
c. Capital, untuk melihat penggunaan modal apakah efektif dilihat dari laporan keuangan (neraca dan
laporan rugi/laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas/solvabilitas,
rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana modal yang ada
sekarang ini.
d. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non
fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti
keabsahaanya, sehingga tidak terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat
dipergunakan secepat mungkin.
e. Condition, dalam menilai kredit hendaknya dinilai kondisi ekonomi sekarang dan kemungkinan
untuk masa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing, serta diakibatkan dari prospek
usaha sektor yang dijalankan. (Abdullah & Tantri, 2012:173-174).