Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara

eksekutif dan leglislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan

pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja

tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau

surplus. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah rencana keuangan

tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah

daerah dan DPRD lalu ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD merupakan

rencana kerja tahunan untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan Pemerintah Daerah baik

rutin maupun pembangunan yang diatur dan diperhitungkan dengan uang.

Anggaran mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi

landasan bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah untuk

suatu periode tertentu yang biasanya mencakup periode tahunan. Namun, tidak

menutup kemungkinan disiapkanya anggaran untuk jangka waktu lebih atau kurang

dari setahun. Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh

penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, salah satunya adalah sebagai

landasan penilaian kinerja pemerintah.

1
Kinerja anggaran dapat dilihat dari penyerapan anggaran tersebut, anggaran

yang baik adalah anggaran yang penyerapanya memenuhi target yang ditentukan

pada saat penyusunan anggaran, namun adapun anggaran yang kurang dari atau

melebihi target yang telah ditentukan. Pemerintah daerah bersama dengan legslatif

harus menyusun anggaran secara partisipatif, sehingga pihak yang membutuhkan

anggaran dapat mengukur target yang harus dicapai dalam satu tahun, agar

penyerapan anggaran berjalan dengan baik.

Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan efisien,

tahap persiapan atau perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor yang harus

diperhatikan. Namun demikian, tahap persiapan atau penyusunan anggaran harus

diakui memang hanyalah salah satu tahap penting dalam keseluruhan proses anggaran

tersebut.

Belanja daerah perupakan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara

adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa

diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum. Belanja daerah secara

garis besar dikelompokan menjadi dua, yaitu; Belanja Langsung dan Belanja Tidak

Langsung. Belanja langsung adalah belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh

adanya program atau kegiatan. Karakteristik Belanja Langsung dapat berupa Belanja

Pegawai/Personalia, Belanja Barang/Jasa, Belanja Pemeliharaan dan Belanja

Perjalanan Dinas. Keberadaan anggaran Belanja Langsung merupakan konsekuensi

karena adanya program atau kegiatan. Karakteristik belanja langsung adalah bahwa

2
input (alokasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan dengan

output yang dihasilkan. Variabilitas jumlah komponen Belanja langsung sebagian

Besar dipengaruhi oleh target kinerja atau tingkat pencapaian program atau kegiatan

yang diharapkan.

Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung

oleh adanya program atau kegiatan. Keberadaan anggaran belanja tidak langsung

bukan merupakan konsekuensi dan atau tiada suatu program atau kegiatan. Belanja

Tidak Langsung digunakan secara periodik dalam rangka koordinasi penyelenggaraan

kewenangan pemerintah daerah yang bersifat umum.

Belanja Tidak langsung pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan

secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau

kegiatan unit kerja. Dalam perhitungan standar alokasi belanja SAB, anggaran

belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke setiap

program atau kegiatan yang dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Program atau kegiatan yang memperoleh alokasi belanja tidak langsung adalah

program atau kegiatan Non Investasi. Program atau kegiatan investasi yang

menambahkan aset daerah tidak menerima alokasi anggaran tahunan belanja tidak

langsung, karena output program atau kegiatan investasi adalah merupakan aset

daerah yang dimanfaatkan lebih satu tahun anggaran. Anggaran belanja tidak

langsung hanya digunakan untuk satu tahun anggaran seperti halnya output program

atau kegiatan non investasi.

3
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa standar alokasi belanja (SAB)

merupakan hasil penjumlahan belanja langsung setiap program atau kegiatan dengan

belanja tidak langsung yang dialokasikan pada program atau kegiatan yang

bersangkutan. Jumlah belanja menjadi standar untuk mengevaluasi program atau

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh setiap unit kerja berdasarkan tingkat

pencapaian program atau kegiatan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana Penyerapan Anggaran Belanja Tidak

Langsung Daerah Provinsi Bali. Dengan alasan tersebut penulis memilih topik yaitu

sebagai berikut; Analisis Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung Pada Biro

Administrasi Pembangunan Provinsi Bali.

4
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan Laporan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam laporan ini adalah untuk mengetahui

Penyerapan Anggaran Belanja Tidak Langsung Pada Biro Administrasi Pembangunan

Provinsi Bali.

1.2.2 Kegunaan Laporan penelitian


a) Kegunaan Teoritis
Laporan Penelitian ini merupakan aplikasi ilmu dan teori-teori yang diperoleh

di bangku kuliah. Laporan Penelitian ini dapat digunakan sebagai pendukung

teoritis untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan yang nantinya dapat

digunakan sebagai pedoman pendukung dalam melakukan penelitian

selanjutnya.
b) Kegunaan Praktis

Laporan Penelitian ini merupakan peluang bagi mahasiswa untuk dapat terjun

langsung ke lapangan guna memahami prosedur kerja dilapangan dan

menerapkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah pada lapangan

kerja yang tersedia dan memperoleh pengetahuan praktis mengenai bidang

kerja yang ditekuni.

1.3 Metode Penelitian


1.3.1 Lokasi Penelitian

5
Lokasi yang diambil dalam penelitian ini dilakukan di Biro Administrasi

Pembangunan Setda Provinsi Bali, Jalan Basuki Rahmat, Renon, Denpasar.

1.3.2 Obyek Penelitian

Obyek Penelitian ini adalah Belanja Tidak Langsung daerah Pada Biro

Administrasi Pembangunan Provinsi Bali.

1.3.3 Waktu Kerja Profesi Mahasiswa

Kerja Profesi Mahasiswa ini dilaksanakan dalam jangka waktu dua bulan

yaitu sejak tanggal 11 September 2017 sampai 11 November 2017. Hari kerja adalah

dari Senin sampai Jumat. Jam kerja untuk hari Senin sampai Kamis dari pukul 07.30-

15.30 WITA, sedangkan untuk hari Jumat dari pukul 07.30-13.00 WIT

1.3.4 Jenis dan Sumber Data


a) Jenis Data
1) Data Kualitatif.

Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata yang tidak dapat diukur

dalam skala numerik dan bukan bentuk angka-angka (Sugiyoni, 2014:12).

Data kualitatif dalam laporan ini berupa gambaran umum, struktur

organisasi Biro Administrasi Pembangunan Provinsi Bali.

2) Data Kuantitatif

6
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka atau data yang

dapat diukur dalam suatu skala numerik serta memiliki suatu ukuran

(Sugiyono, 2014:12).

b) Sumber Data
1) Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala Bagian penyusunan dan

pengendalian program, serts Kepala Sub Bagian Tata Usaha Biro.


2) Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Data sekunder merupakan data yang diperoleh

melalui informasi, buku-buku, catatan-catatan dari berbagai sumber yang

telah ada. Data Sekunder dalam penelitian ini dapat berupa struktur

organisasi, uraian tugas dan jabatan.

1.3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data,

yaitu:

7
a) Metode Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data agar memperoleh informasi

yakni dengan cara bertanya secata langsung kepada responden. Adapun

penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara mengenai penyerapan

Anggaran Belanja Tidak Langsung pada Biro Administrasi Pembangunan

Provinsi Bali

b) Metode Observasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung mengenai

kondisi dilapangan selama berlangsungnya penelitian. Adapun data dalam

penelitian ini diperoleh dari pengamatan terhadap dokumen yang terdapat di

Bagian Tata Usaha Biro Administrasi Pembangunan Provinsi Bali.

1.3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

Analisis Deskriptif, yaitu dalam penelitian ini mendeskripsikan atau memaparkan

penyerapan Anggaran Belanja Tidak langsung pada Biro Administrasi Pembangunan

Provinsi Bali.

1.4 Sistematika Penyajian

8
Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun secara

berurutan dan sistematis. Adapun sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan,

metode penelitian secara sistematika penyajian.

Bab II Tinjauan Teoritis

Bab ini menguraikan tentang teori yang melandasi penelitian untuk

mendukung analisis data mengenai permasalahan yang diteliti, meliputi

pengertian APBD, Lapora Realisasi Anggaran, dan Belanja Tidak Langsung.

Bab III Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum tempat KPM, deskripsi

pekerjaan atau tugas selama KPM, dan analisis sesuai dengan tujuan

penelitian.

Bab IV Kesimpulan dan Saran

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari analisis yang dibahas pada bab

sebelumnya serta saran yang diperlukan berdasarkan kesimpulan yang dibuat

BAB II

9
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana

keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan

dengan peraturan daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,

alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Peraturan

Daerah mengenai APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja

tahunan yang bersangkutan . fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi

pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang

bersangkutan, sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakanya APBD sebagai

standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintah daerah (Nordiawan, 2007).

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahum 2002 menyatakan bahwa

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan

kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil

kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.

Selanjutnya, Pemerintah Daerah bersama-sama dengan DPRD akan menyusun Arah

dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

memuat petunjuk dan ketentuan umum untuk disepakati sebagai pedoman dalam

penyusunan APBD. Sasaran yang dimuat dalam APBD harus sesuai dengan fungsi

10
belanja, standar pelayanan yang diharapkan, dan perkiraan biaya kegiatan yang

bersangkutan. APBD harus memuat bagian pendapatan yang digunakan untuk

membiayai biaya administrasi umumn belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja

modal/investasi. Apabila sasaran tersebut dimuat APBD tersebut akan dapat

digunakan untuk kepentingan masyarakat daerah.

APBD memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1) Rencana kegiatan suatu daerah

2) Adanya sumber penerimaan

3) Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka

4) Periode anggaran yang biasanya 1 (satu) tahun.

2.1.1.1 Dasar Hukum APBD

Dasar hukum dalam penyelenggaraan keuangan daerah dan pembuatan APBD

adalah sebagai berikut:

1) UU No. 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah.

2) UU No. 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah.

3) PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Daerah.

11
4) Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara Pengawasan,

Penyusunan, dan Perhitungan APBD.

2.1.1.2 Fungsi APBD

APBD yang disusun oleh setiap daerah memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Fungsi Otorisasi

APBD berfungsi sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menjalankan

pendapatan dan belanja untuk masa satu tahun.

2) Fungsi Perencanaan

APBD merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun

perencanaan penyelenggaraan pemerintah daerah pada tahun yang bersangkutan.

3) Fungsi Pengawasan

APBD merupakan pedoman bagi DPRD, BPK, dan instansi pelaksaan

pengawasan lainya dalam menjalankan fungsi pengawasanya.

4) Fungsi Alokasi

Dalam APBD telah digambarkan dengan jelas sumber-sumber pendapatan dan

alokasi pembelanjaanya yang ahrus dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

12
5) Fungsi Distribusi

Sumber-sumber pendapatan dalam APBD digunakan untuk pembelanjaan-

pembelanjaan yang disesuaikan dengan kondisi setiap daerah dengan

mempertimbangkan asas keadilan dan kepatutan.

2.1.2 Belanja Daerah

Pengertian Belanja menurut PSAP No. 2 adalah semua pengeluaran dari

Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi saldo Anggaran lebih dalam

periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayaranya

kembali oleh pemerintah. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai

mana telah diubah dengan Permendagri No. 59 tahun 2007 dan perubahan kedua

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 21 tahun 2011 tentang Perubahan kedua.

Belanja Daerah didefinisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui

sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih. Istilah belanja terdapat dalam laporan

realisasi anggaranm karena dalam penyusunan laporan realisasi anggaran masih

menggunakan basis kas. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis

belanja), organisasi, dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja

yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktifitas.

Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang

standar akuntansi pemerintah untuk tujuan pelaporan keuangan menjadi:

13
1) Belanja Operasi

Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari

pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja Operasi

meliputi:

a) Belanja Pegawai

b) Belanja Barang

c) Bunga

d) Subsidi

e) Hibah

f) Bantuan Sosial

2) Belanja Modal

Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud

yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam

belanja modal yaitu sebesar harga beli/bangunan aset ditambah seluruh belanja

yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap

digunakan. Belanja Modal meliputi:

a) Belanja modal tanah

b) Belanja modal peralatan dan mesin

c) Belanja modal gedung dan bangunan

d) Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan

e) Belanja modal aset tetap lainya

14
f) Belanja aset lainya (aset tak berwujud)

3) Belanja Lain-lain/Belanja tak terduga

Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk

kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti

penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga

lainya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan

pemerin pusat/daerah.

4) Belanja Transfer

Belanja Transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas pelaporan yang lebih

tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah seperti pengeluaran dana

perimbangan oleh pemerintah provinsi ke kabupaten/kota serta dana bagi hasil

dari kabupaten/kota ke desa.

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah

yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun

anggaran dan tidak akan diperoleh pembayaranya kembali oleh daerah. Berdasarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah

dengan Pemendagri Nomor 59 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahaan kedua, belanja

dikelompokan menjadi:

a) Belanja Langsung

15
Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung

dengan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari belanja:

a) Belanja Pegawai

b) Belanja Barang dan Jasa

c) Belanja Modal

b) Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara

langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak

langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

a) Belanja Pegawai

b) Belanja Bunga

c) Belanja Subsidi

Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat

(1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai

pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau

kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang

penangananya dalam bidang atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama

antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang

ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-udangan. Pendapatan Daerah yang

16
diperoleh baik dari pendapatan asli daerah maupun dari dana perimbangan tentunya

digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai Belanja Daerah.

2.1.3 Laporan Realisasi Anggaran

Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah

meliputi rencana pendapatan, belanjam transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam

satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu

periode. Sedangkan Realisasi Anggaran merupakan suatu serangkaian aktivitas dalam

menggunakan sumber daya ekonomi yang dikelola.

Laporan realisasi anggaran yang selanjutnya disebut LRA merupakan laporan

yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang

dikelola, serta menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam

suatu periode pelaporan yang terdiri atas unsur pendapatan dan belanja.

Laporan Realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah

pusat atau daerah yang menunjukan ketaatan terhadap anggaran APBN atau APBD.

APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) merupakan rencana keuangan tahunan

pemerintah negara yang disetujui oleh DPR. Sedangkan APBD (Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah

daerah yang disetujui oleh DPRD. Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan

perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode laporan.

17
Secara umum laporan realisasi angaran disusun dan disajikan dengan basis kas.

Basis kas merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan

peristiwa lainya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, saat kas atau setara kas

diterima atau dibayarkan.

Laporan realisasi anggaran yang disusun dalam laporan keuangan akan

dijelaskan secara rinci dalam suatu catatan atas laporan keuangan. Penjelasan tersebut

akan memuat informasi-informasi yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti

kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara

anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka

yang perlu diberikan penjelasan lebih lanjut. Dalam penyajian laporan realisasi

anggaran terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi, antara lain:

1) Pendapatan LRA

2) Belanja

3) Transfer

4) Surplus/Defisit LRA

5) Pembiayaan

6) Sisa Lebih/kurang pembiayaan anggaran

2.1.4 Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung yaitu belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung

oleh adanya program atau kegiatan. Jenis Belanja tidak langsung dapat belanja

18
pegawai/personalia dan belanja perjalanan dinas. Keberadaan anggaran belanja tidak

langsung bukan merupakan konsekuensi dan atau tiada suatu program atau kegiatan.

Belanja Tidak Langsung digunakan secara periodik (umumnya bulanan) dalam

rangka koordinasi penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah yang bersifat

umum.

Belanja Tidak Langsung pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan

secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau

kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam perhitungan Standar Alokasi Biaya (SAB),

anggaran belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran (anggaran tahunan

belanja tidak langsung) harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Program atau kegiatan yang memperoleh alokasi belanja tidak langsung

adalah program atau kegiatan non investasi. Program atau kegiatan investasi yang

menambahkan aset daerah tidak menerima alokasi anggaran tahunan belanja tidak

langsungm karena output program atau kegiatan investasi merupakan aset daerah

yang dimanfaatkan lebih satu tahun anggaran. Anggaran Belanja Tidak Langsung

hanya digunakan untuk satu tahun anggaran seperti halnya output program atau

kegiatan non investasi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kelompok belanja tidak langsung terdiri

dari:

19
1) Belanja Pegawai

Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji, tunjangan,

serta penghasilan lainya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang

ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2) Belanja Bunga

Belanja Bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang

dihitung atas kewajiban pokok utang (pincipal outstanding) berdasarkan

perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

3) Belanja Subsidi

Belanja Subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada

perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat

terjangkau oleh masyarakat banyak. Belanja subsidi dianggarkan sesuai dengan

keperluan perusahaan/lembaga penerima subsidi dalam peraturan daerah tentang

APBD yang peraturan pelaksanaanya lebih lanjut dituangkan dalam peraturan

kepala daerah.

20
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Bali

3.1.1 Sejarah Umum Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Bali

Biro administrasi Pembangunan setda Provinsi Bali merupakan Biro baru

yang dibentuk pada bulan Januari tahun 2017. Biro ini bertempat pada jalan Basuki

Rahmat No.1 denpasar timur. Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Bali

merupakan salah satu unsur Stafing pada Sekretariat Daerah Provinsi Bali juga

merupakan bagian dari perangkat daerah Pemerintah Provinsi Bali yang mempunyai

tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai

dengan Peraturan Daerah Nomor 83 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Tugas Pokok,

Fungsi, Susunan Organisasi Dan Tata Kerja, Perangkat Daerah Provinsi Bali

dimana Biro Administrasi Pembangunan Daerah Setda Provinsi Bali secara hirarkis

berada di bawah Asisten Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat.

3.1.2 Visi dan Misi Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Bali
a) Visi Biro Administrasi Pembangunan Provinsi Bali:
Terwujudnya Bali Yang Mandara Melalui Pemberdayaan Ekonomi

Kerakyatan Dan Pembangunan Yang Berkelanjutan.

b) Misi Biro Administrasi Pembangunan Provinsi Bali:

Mewujudkan Bali sebagai satu kesatuan yang utuh dan seimbang dalam upaya

21
pemerataan pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

Mengembangkan sistem administrasi pemerintah yang baik berdasarkan prinsip-

prinsip good governance serta meningkatkan profesionalisme aparatur dalam

melaksanakan pembangunan yang efektif, efisien, transparan dengan melibatkan

masyarakat

3.1.3 Struktur Organisasi dan Job Description


a. Struktur Organisasi Biro Administrasi Pembangunan Provinsi Bali
Struktur Organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap

bagian serta posisi-posisi yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan

operasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan diinginkan. Struktur

Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara satu

dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi, namun harus

tetap dalam koordinasi yang baik serta mampu bertanggungjawab dan menyampaikan

laporan kepada atasan yang berwenang sehingga sasaran-sasaran dapat dicapai sesuai

program kerja. Struktur organisasi pada Biro Administrasi Pembangunan disajikan

gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Biro Administrasi Pembangunan Setda

Provinsi Bali

Kepala Biro
Administrasi
Pembangunan

22
Ka.Bag.
Ka. Bag. Administrasi
Penyusunan & Ka. Bag. Monitoring Pelaksanaan &
Pengendalian & Evaluasi Kebijakan
Program Pembangunan
Pembangunan

Kasubbag Kasubbag
Perencanaan & Administrasi
Kasubbag Evaluasi
Pengendalian Pelaksanaan
Program APBD
Pembangunan
Kasubbag
Pengembangan Kasubbag Evaluasi
Kebijakan Program APBN Kasubbag Kebijakan
Pembangunan Pelaksanaan
Pembangunan

Kasubbag Kasubbag Evaluasi


Tata Usaha Biro Kebijakan Kasubbag
Pembangunan Pengendalian
Pembangunan

Sumber: Gambaran Perangkat Daerah Biro Administrasi Pembangunan

b. Job Description
Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No.116 tahun 2016 tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi

Bali, maka Biro Administrasi Pembangunan mempunyai tugas dan fungsi sebagai

berikut :
a. menyusun, mengkoordinasikan rencana dan program kerja Biro;

23
b. merumuskan kebijakan umum Biro serta menyelenggarakan administrasi

berdasarkan kewenangan;
c. mendistribusikan tugas kepada bawahan;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. mengkoordinasikan para Kepala Bagian;
f. memberi petunjuk kepada Kepala Bagian untuk mengadakan koordinasi dengan

perangkat daerah/instansi lain sesuai bidang tugas;

Berdasarkan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Biro Administrasi

Pembangunan terdiri dari 3 (tiga) bagian, dengan uraian sebagai berikut :


1. Bagian Penyusunan dan Pengendalian Program. Dengan tugas pokok dan fungsi

sebagai berikut :
a. menyusun rencana dan program kerja Bagian;
b. mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bagian;
c. mengkoordinasikan para Kepala Sub Bagian;
d. membimbing dan memberi petunjuk Kepada Kepala Sub Bagian dan
bawahan sesuai dengan pedoman dan kebutuhan yang berlaku;
e. melakukan koordinasi dengan pada Kepala Bagian;
f. mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan : keuangan, penyusunan program

evaluasi dan monitoring, umum dan kepegawaian;


Dalam melaksanakan tupoksinya, Bagian Penyusunan dan Pengendalian

Program dibantu oleh :


1.1 Sub Bagian Perencanaan dan Pengendalian Program Dengan tugas pokok dan

fungsi sebaga berikut :


a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menyusun anggaran/pembiayaan kegiatan Sub Bagian untuk disampaikan

kepada Kepala Bagian;


e. menyiapkan bahan koordinasi perencanaan program dan kegiatan

pembangunan;

24
f. menyiapkan bahan usulan program dan kegiatan pembangunan untuk

penyusunan rencana pembangunan;


1.2 Sub Bagian Pengembangan Kebijakan Program Pembangunan Dengan tugas

pokok dan fungsi sebaga berikut :


a. menysun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menyiapkan bahan koordinasi, pengembangan kebijakan program

pembangunan;
e. menyusunan jadwal kegiatan pengendalian/pelaporan pelaksanaan program

dan kegiatan pembangunan;


f. menyiapkan bahan koordinasi dan menyusun laporan pelaksanaan program

dan kegiatan pembangunan;


g. melaksanakan sistem pengendalian intern; dan
h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian.
1.3 Sub Bagian Tata Usaha Biro
Dengan tugas pokok dan fungsi sebaga berikut :
a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menyusun anggaran/pembiayaan kegiatan Sub Bagian untuk disampaikan

kepada Kepala Bagian;


e. menghimpun penyusunan anggaran/pembiayaan kegiatan pada masing-

masing Bagian untuk disampaikan kepada Kepala Bagian;


f. menghimpun dan memverifikasi hasil monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan kegiatan pada masing-masing Bagian setiap: bulan, triwulan,

semester dan tahunan untuk disampaikan kepada Kepala Bagian;


2. Bagian Monitoring dan Evaluasi Dengan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. menyusun rencana dan program kerja Bagian;
b. mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bagian;
c. mengkoordinasikan para Kepala Sub Bagian;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan bawahan;

25
f. pelaksanaan penyiapan koordinasi, pengembangan administrasi, monitoring

dan evaluasi kebijakan pembangunan;


Dalam melaksanakan tupoksinya, Bagian Penyusunan dan Pengendalian

Program dibantu oleh :


2.1. Sub Bagian Evaluasi APBD Dengan tugas pokok dan fungsi sebaga berikut :
a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menyusun anggaran/pembiayaan kegiatan Sub Bagian untuk disampaikan

kepada Kepala Bagian;


e. menyiapkan bahan pengelolaan dan menyajikan bahan untuk penyempurnaan

penyusunan kebijakan standart pengendalian pelaksanaan pembangunan

sumber dana APBD ;


f. menyiapkan bahan pengembangan system pengendalian dan pelaporan

pembangunan sumber dana APBD


2.2. Sub Bagian Evaluasi APBN. Dengan tugas pokok dan fungsi sebaga berikut :
a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menyusun anggaran/pembiayaan kegiatan Sub Bagian untuk disampaikan

kepada Kepala Bagian;


e. menyiapkan bahan pengelolaan dan penyusunan kebijakan standar

penatausahaan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan sumber dana

APBN;
f. menyiapkan bahan pengembangan sistem pengendalian dan pelaporan

pembangunan sumber dana APBN;


2.3. Sub Bagian Evaluasi Kebijakan pembangunan. Dengan tugas pokok dan fungsi

sebagai berikut :
a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;

26
d. menyusun anggaran/pembiayaan kegiatan Sub Bagian untuk disampaikan

kepada Kepala Bagian;


e. menyiapkan bahan koordinasi dalam rangka pengumpulan bahan pelaksanaan

pembangunan;
f. menyiapkan bahan penyusunan dan membuat laporan hasil evaluasi

pelaksanaan pembangunan;
g. menyiapkan bahan penyajian data/informasi hasil pelaksanaan pembangunan

dari sumber dana APBD maupun APBN;


h. melaksanakan sistem pengendalian intern;
i. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan sesuai

dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan


j. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bagian.
3. Bagian Administrasi Pelaksanaan dan Kebijakan Pembangunan. Dengan tugas

pokok dan fungsi sebagai berikut :


a. menyusun rencana dan program kerja Bagian;
b. mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bagian;
c. mengkoordinasikan para Kepala Sub Bagian;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bagian dan bawahan;
f. pelaksanaan pengkajian dan kebijakan dalam rangka tertib administrasi

pelaksanaan pembangunan;

Dalam melaksanakan tupoksinya, Bagian Administrasi Pelaksanaan dan

Kebijakan Pembangunan dibantu oleh :


3.1. Sub Bagian Administrasi Pelaksanaan dan Kebijakan Pembangunan Dengan

tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :


a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menyusun anggaran/pembiayaan kegiatan Sub Bagian untuk disampaikan

kepada Kepala Bagian;

27
e. menyiapkan bahan koordinasi sinkronisasi administrasi dan pelaksanaan

pembangunan prasarana wilayah;


f. menyiapkan bahan fasilitasi, koordinasi administrasi pelaksanaan

pembangunan prasarana wilayah;.


3.2. Sub Bagian Kebijakan Pelaksanaan Pembangunan Dengan tugas pokok dan

fungsi sebagai berikut :


a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. memberikan petunjuk kepada bawahan;
c. menilai prestasi kerja bawahan;
d. menyusun anggaran/pembiayaan kegiatan Sub Bagian untuk disampaikan

kepada Kepala Bagian;


e. melaksanakan layanan Pengadaan Secara Elektronik;
f. pemilihan Badan Usaha kerjasama pemerintah swasta;
3.3. Sub Bagian Pengendalian Pembangunan.
a. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
b. menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
c. memberikan petunjuk kepada bawahan;
d. menilai prestasi kerja bawahan;
e. menyusun anggaran/pembiayaan kegiatan Sub Bagian untuk disampaikan

kepada Kepala Bagian;


f. menyiapkan data dan bahan di bidang pengendalian pembangunan.

3.2 Deskripsi Pekerjaan/Tugas selama Melaksanakan Kerja Profesi Mahasiswa

(KPM) pada Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Bali

Pelaksanaan Kerja Profesi Mahasiswa (KPM) berlangsung mulai tanggal 11

September 2017 sampai dengan 11 November 2017. KPM dilaksanakan selama 5 hari

kerja dengan jam kerja yaitu Senin sampai Jumat, mulai pukul 07.30-17.00 WITA.

Adapun kegiatan yang dilakukan selama Kerja Profesi Mahasiswa (KPM) di Biro

Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Bali yaitu :

28
1) Bersosialisasi dengan Kepala Biro, Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian serta

dengan Karyawan di Biro Administrasi Pembangunan dan mengenal kegiatan

yang terdapat pada biro tersebut.

2) Mengkoreksi dan menginput data gaji pegawai yang terdapat pada sistem

informasi Pegawai Administrasi Pembangunan.

3) Memfoto copy surat SPJ dan mengecapnya.

4) Mendistribusikan surat SPJ kesetiap bagian yang sesuai dengan tujuan surat

tersebut

5) Menghimpun dan menginput data absensi sidik jari Pegawai Administrasi

Pembangunan.

6) Mengecek kwitansi agar mengetahui pada tanggal berapa pengeluaran tersebut

dilakukan.

7) Mengeprint surat SPJ dan Memilah surat tersebut kedalam map.

8) Membuat Surat Permohonan kenaikan gaji berkala.

9) Memilah map formulir pendaftaran LPSE sesuai nama perusahaan dan tahun

pendaftaran.

3.3 Analisis Anggaran Belanja Tidak Langsung pada Biro Administrasi

Pembangunan Setda Provinsi Bali

Belanja Tidak Langsung digunakan secara periodik (umumnya bulanan) dalam

rangka koordinasi penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah yang bersifat

29
umum. Anggaran Belanja Tidak Langsung Daerah merupakan pengeluaran-

pengeluaran yang setiap tahunnya dilakukan oleh pemerintah daerah guna

pembiayaan organisasinya sehari-hari dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah

tangga Daerah, dalam pengeluaran-pengeluaran Daerah tersebut adanya usaha

pemerintah untuk penghematan.

3.3.1 Laporan Belanja Tidak Langsung

Laporan belanja tahun anggaran 2017 dalam hal ini belanja tidak langsung

dapat dilihat pada Laporan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran pada Biro

Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Bali. Pada tahun anggaran 2017, total

realisasi belanja langsung adalah Rp. 1,737,453,300 dari total anggaran Rp.

3,809,812,633 jumlah yang dianggarkan terdiri dari:

Belanja Pegawai
1. Gaji Pokok Rp. 981,204,883
2. Tunjangan Pegawai Rp. 807,087,750
3. Tambahan Penghasilan PNS Rp. 2,021,520,000

3.3.2 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung

Tabel 3.1: Realisasi Anggaran Biro Administrasi Pembangunan tahun 2017

30
Selisih (Anggaran
Uraian Belanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
- Realisasi)
Belanja Pegawai
981,204,883 742,747,800 238,457,083
Gaji Pokok

Tunjangan 807,087,750 175,922,342 631,165,408

Tambahan Penghasilan
2,021,520,000 818,783,158 1,202,736,842
PNS

Jumlah 3,809,812,633 1,737,453,300 2,072,359,333

Berdasarkan data di atas bahwa dalam anggaran 2017 terhadap pelaksanaan

anggaran belanja adanya penghematan sebesar Rp. 2,072,359,333 masing-masing

terdiri dari Gaji Pokok sebesar Rp. 981,204,883 sebagai kredit anggaran yang terjadi

dalam tahun anggaran 2017 dan telah terealisasi sebesar Rp. 742,747,800 berarti lebih

dari rancangan sebesar Rp.238,457,083 hal ini disebabkan karena adanya perbedaan

anggaran dengan jumlah pegawai yang terdapat pada Biro Administrasi

Pembangunan.

Dalam hal Tunjangan pegawai sebesar Rp. 807,087,750 sebagai kredit anggaran

yang tersedia dalam tahun anggaran 2017, dan terealisasi sebesar Rp. 175,922,342

sisa dari rancangan Rp. 631,165,408 hal ini disebabkan oleh adanya usaha

penghematan dalam pengeluaran Tunjangan tanpa mengganggu tugas-tugas Belanja

Tidak Langsung yang terdapat pada Belanja Pegawai.

31
Dalam Anggaran Tambahan Penghasilan PNS realisasi dari rancangan sebesar

Rp. 818,783,158 dari dana yang tersedia sebesar Rp.2,021,520,000, maka di sini

terjadi penghematan penggunaan dana dari anggaran yang telah ditetapkan.

Dari tabel dan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa Biro Administrasi

Pembangunan telah berhasil menyusun anggran sebaik- baiknya serta menghematkan

pengeluaran dari setiap belanja yang telah ditetapkan. Biro Administrasi

Pembangunan melakukan penghematan sebesar Rp. 2,072,359,333, sehingga tidak

akan terjadi kekurangan dana dan sisa anggaran tersebut bisa dipakai untuk kegiatan

lain pada Biro Administrasi Pembangunan.

BAB IV

PENUTUP

32
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

penyerapan Anggaran Belanja Tidak Langsung pada Biro Administrasi pembangunan

sebesar Rp. 1,737,453,300 yang sudah direalisasikan. Anggaran Belanja Tidak

Langsung pada Biro Administrasi Pembangunan sebesar Rp. 3,809,812,633, disini

jelas terlihat bahwa Biro Administrasi Pembangunan Setda provinsi Bali melakukan

penghematan anggaran sebesar Rp. 2,072,359,333. Dari penjelasan tersebut dapat

disimpulkan bahwa Biro Administrasi Pembangunan telah berhasil menyusun

anggran sebaik-baiknya serta menghematkan pengeluaran dari setiap belanja yang

telah ditetapkan.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, pelaksanaan anggaran sudah berjalan dengan

baik. Namun, selisih anggaran yang signifikan menimbulkan sisa anggaran yang

besar. Dalam menentukan rancangan anggaran belanja tidak langsung, harus

diperhitungkan berdasarkan jumlah pegawai dan kegiatan yang dilakukan pegawai,

serta memperhatikan situasi dan kondisi sehingga anggaran yang disusun dapat

direalisasikan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

33
Buku Pedoman Kerja Profesi Mahasiswa. 2017 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana.

Buku Pedoman Pemendagri nomor 13 tahun 2006 Pemerintahan Provinsi Bali

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

UU No. 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah

UU No. 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No.29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi

34

Anda mungkin juga menyukai