PENDAHULUAN
1.1 MAKSUD
Maksud dari disusunnya laporan resmi Kimia Analitik ini adalah
untuk memahami dan mengerti percobaan percobaan kimia yang sudah
dilakukan di praktikum Kimia Analitik bagi mahasiswa jurusan Teknik
Geologi yang mengambil mata kuliah Praktikum Kimia Analitik.
1.2 TUJUAN
Tujuan dari disusunnya laporan resmi praktikum Kimia Analitik ini
adalah untuk memenuhi syarat mengikuti responsi praktikum kimia
analitik. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan bacaan bagi
mahasiswa lain yang mengambil praktikum kimia analitik.
2.1 PERCOBAAN 1
Fungsi Fungsi
Untuk mereaksikan zat-zat kimia Untuk menjepit tabung reaksi pada
dalam jumlah sedikit. saat panas atau dipanaskan.
PENGADUK GELAS CORONG
Fungsi Fungsi
Pengaduk suatu campuran atau Memasukkan cairan kedalam botol,
larutan zat-zat kimia pada saat labu ukur, ataupun buret.
melakukan reaksi kimia.
Membantu untuk menuangkan
endapan pada waktu penyaringan.
PIPA BENGKOK BURET
Fungsi
Fungsi
Mengalirkan gas kedalam suatu
Tempat untuk larutan yang
tempat tertutup atau kedalam
menitrasi
larutan.
Fungsi
Fungsi
Tempat larutan atau tempat
Tempat untuk pencampuran.
pencampuran.
Tempat untuk memanaskan, titrasi
Untuk memanaskan larutan zat zat
kimia yang fungsinya untuk
menguapkan.
GELAS UKUR LABU UKUR
Fungsi
Untuk mengukur volume zat kimia Fungsi
dalam bentuk cair. Untuk membuat larutan standar atau
larutan tertentu dengan volume yang
tepat.
Untuk pengenceran sampai volume
tertentu.
PIPET GONDOK PIPET UKUR
Fungsi Fungsi
Mengambil larutan dengan volume Digunakan untuk mengambil
tertentu dan tetap. laarutan dalam ukuran yang kecil.
Fungsi
Untuk mengambil zat yang Fungsi
Fungsi Fungsi
Untuk penjepit buret pada saat titrasi Sebagai sumber pemanas pada saat
memanaskan larutan dengan tabung
reaksi.
ALAT
1. Tabung Reaksi 5. Erlenmeyer
2. Kertas Saring 6. Gelas Ukur
3. Corong 7. Gelas Piala
4. Pipet Tetes 8. Pengaduk Gelas
PENYARINGAN ENDAPAN
2. Uji Nyala
Bagian terpanas nyala adalah pada zona pelelehan yang terletak pada kira-
kira sepertiga ketinggian nyala, daerah ini dimanfaatkan untuk menguji
kedapat lelehan zat dan juga melengkapi dalam menguji keatsirian relative
dari zat-zat atau campuran zat.
3. Uji Spektroskopi
Untuk memisahkan cahaya atau rona-rona komponennya dan
mengidentifikasikan kation yang ada oleh perangkat rona yang khas itu.
4. Pemanasan
Yaitu teknik dengan cara zat disimpan dalam sebuah tabung pengapian yang
dibuat dari pipa kaca lunak, dan dipanasi dalam sebuah nyala Bunsen, mula-
mula dengan lembut dan kemudian dengan lebih kuat.
2. Golongan II
Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion
golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn. Kation golongan II dibagi
dalam dua sub-golongan yaitu sub golongan tembaga dan sub golongan
arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam
ammonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub golongan tembaga tidak
larut dalam regensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut dengan
membentuk garam tio. Golongtan II sering disebut juga sebagai asam
hidrogen sulfida atau glongan tembaga timah. Klorida, nitrat, dan sulfat
sangat mudah larut dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan
karbonatnya tak larut.
3. Golongan III
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer (buffer
ammonium-amonium klorida). Namun kation ini membentuk endapan
dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal. Kation
golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn. Logam-logam diendapkan
sebagai sulfida, kecuali aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai
hidroksida, karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan
air.besi, almunium, dan mangan (sering disertai sedikit mangan) atau
golongan IIIA juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan amonia
dengan adanya amonium klorida. Endapan hidroksida pada golongan ini
bermacam-macam. Kation golongan IIIB diendapkan sebagai garam
sulfidnya dengan mengalirkan gas H2S dalam larutan analit yang
suasananya basa (dengan larutan buffer NH4Cl dan NH4OH).
4. Golongan IV
Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini
membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya
ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan
ini adalah Ba, Ca, Sr.
5. Golongan V
Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation
golongan ini meliputi : Mg, K, NH4+. Untuk menentukan adanya kation
NH4+ harus diambil dari larutan analit mula-mula. Untuk kotion-kation
V1 = 50 ml
Vair = V2 - V1
Vair = (100 - 50) ml
Vair = 50 ml
KESIMPULAN : Setelah dicampur 50 ml aquades dengan HCL 0,2 N sebanyak 50
ml di dalam gelas ukur ,kemudian di guncang maka dihasilkan hcl
0.1 N sebanyak 100ml.
2.6.1DASAR TEORI
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui
kadar suatu zat (Svehla, 1985). Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan
beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang
ditetapkan tersebut, yang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit,
menyusun sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang di analisis (Day dan
Underwood, 2002).Pengertian lain dari analisa kuantitatif adalah analisa yang
bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar senyawa kimia dalam suatu bahan atau
campuran bahan (Sumardjo, 1997).
Volumetri merupakan suatu cara analisis kuantitatif dan reaksi kimia. Pada
analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan dengan zat lainnya
telah diketahui konsentrasinya sampai tercapai suatu titik ekuivalensi hingga
kepekatan zat yang kita cari dapat dihitung. Larutan yang kita ketahui
konsentrasinya dengan teliti disebut larutan standar. Larutan ini biasanya
diteteskan dari buret ke dalam erlenmeyer yang mengandung reaksinya selesai.
Proses ini dinamakan titrasi. Titik dimana terjadi perubahan karena indikator
disebut titik titrasi. Titik ini seharusnya jatuh pada titik yang bersamaan, tetapi hal
ini sulit karena kesulitan dalam mencari indikator yang pH intervalnya mendekati
pH ekuivalen. Perbedaan antara titik ekuivalen dengan titik titrasi disebut
kesalahan titrasi (Day dan Underwood, 2002). Indikator adalah asam organik
lemah atau basa organik lemah yang dalam larutan akan terionisasi sebagian
dimana warna yang terionisasi berbeda dengan warna yang tak terionisasi
(Sumardjo, 1994).
Analisis volumetri merupakan suatu analisa untuk menentukan suatu
volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Biasanya untuk mengukur
volume larutan standar tersebut harus ditambahkan dengan melalui alat yang
disebut buret. Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang
ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna disebut titrasi (Lehninger, 1995).
Reaksi dalam volumetri dibedakan menjadi 3:
(1) Reaksi netralisasi adalah suatu proses terbentuknya garam dari reaksi
asam dan basa. Contoh reaksi: HCl + NaOH NaCl + H2O.
(2) Reaksi pengendapan atau pembentukan senyawa kompleks. Reaksi
meliputi pembentukan ion-ion kompleks atau pembentukan molekul
netral yang terdisosiasi dalam larutan (Khoppar, 1990).
Contoh reaksi: AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3,
(3) Reaksi oksidasi-reduksi (redoks). Oksidasi dan reduksi selalu
berlangsung secara serentak, dimana jumlah elektron yang dilepaskan
pada oksidasi harus sama dengan elektron yang didapatkan pada
reduksi, Contoh reaksi: 2FeCl3 + SnCl2 2FeCl2 + SnCl4. (Surakiti,
1989).
Ny = 25
1) Ambil pipet 10 ml asam cuka masukkan pada labu ukur 500 ml.
2) Masukkan air suling 250 ml kedalam labu ukur sampai batas volume
250 ml
3) Goyang-goyang hingga menjadi homogen.
4) Ambil 40 ml dari larutan campuran tadi dengan pipet, masukkan ke
dalam erlenmeyer 200 ml.
5) Tambahkan 2 tetes indikator penolphtalein (PP) pada larutan yang
diambil 40 ml tadi.
6) Ambil buret dan bersihkan, kemudian isi dengan larutan NaOH 0,1N
yang sudah di standarisasi sampai batas.
7) Titrasi larutan tersebut dengan larutan standar NaOH sampai terjadi
perubahan warna.
8) Catat volume NaOH yang dibutuhkan.
9) Hitung konsentrasi atas kadar asam cuka dalam cuka (gram/100 ml)
menggunakan rumus :
100 250
Kosentrasi Asam Cuka = X X N NaOH X V NaOH X Mr Asam
10 40
Cuka
Keterangan : 100 = hasil dari gram per 100 kadar asam cuka
10 = hasil dari volume asam asetat,
250 = hasil dari volume air suling total
40 = hasil dari volume pencampuran yang diambil
N NaOH = konsentrasi NaOH
V NaOH = Volume NaOH
Mr Asam Cuka= jumlah Mr Asam asetat
Laporan Ke : 8
Ditanya : N2?
+
Jawab : V1.N1=V2.N2= 2
PEMBACA=V1=39 ml
V2=27 ml
1 + 2 11 + 12
Jawab : V rata-rata = = = 11,5 ml
2 2
630 2 100 126.000
Nk = = =
. 25 39.000
630 2 100
=3,1746
12,6 126 25
3,1746
Ny = x12,6=1,59 N
25
www. Wikipedia.com
http://www.scribd.com/doc/82774877/Analisis-Kualitatif-Kation-Dan-Anion