Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan agama Islam di Indonesia,

Muhammadiyah sering disebut sebagai gerakan pembaharuan sosio-religius 1. Hal ini

cukup beralasan, karena Muhammadiyah sangat berperan penting dalam perubahan

kehidupan sosial keagamaan di Indonesia sejak awal berdirinya. 2Walaupun pada

kenyataannya Muhammadiyah tidak pernah menganggap sebagai pembaharu sosial

keagamaan. Muhammadiyah lahir di Yogyakarta, pada November 1912, dengan

diprakarsai oleh KH. Ahmad Dahlan 3.

Pada saat kondisi yang tidak menentu K.H. Ahmad Dahlan muncul sebagai

salah seorang yang peduli terhadap kondisi yang dihadapi oleh masyarakat pribumi

secara umum atau masyarakat Muslim secara khusus.

K.H. Ahmad Dahlan yang waktu mudanya bernama Raden Ngabehi

Muhammad Darwis 4, lahir pada tanggal 1 Agustus 1868 di Kampung Kauman

Yogyakarta. Ayahnya seorang alim bernama K.H. Haji Abu bakar bin K.H. Haji

Sulaiman, pejabat Khatib di Masjid Agung Kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah

1
Achmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis (Surabaya: LPAM, 2002), 147.
2
Sutarmo, Muhammadiyah Gerakan Sosial Keagamaan Modernis (Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah, 2005), 33.
3
Hamdan Hambali, Ideologi dan Strategi Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,
2006), 1.
4
Ahmad Najib Burhani, Muhammadiyah Jawa (Jakarta: Al-Wasat, 2004),55.
2

putri Haji Ibrahim bin K.H. Haji Hassan, pejabat penghulu kesultanan. K.H. Ahmad

Dahlan tidak mengenyam pendidikan formal, sebab orang-orang Islam melarang

anaknya masuk sekolah Gubernemen Belanda. Ia mendapat didikan dari Ayahnya

sendiri selanjutnya mengaji Bahasa Arab, Tafsir, Hadis dan Fikih kepada Ulama-

ulama di Yogyakarta.

Dua kali di Mekah belajar pada Syekh Ahmad Khatib Al-Minanagkabawi,

belajar Ilmu Tauhid, Fikih, Tasawuf, Falah dan yang menarik hatinya adalah Tafsir

Al-Manar karya Muh. Abduh. Keprihatinan Ahmad Dahlan melihat pengalaman

Islam di Indonesia sehingga Ia bertekad untuk bekerja keras mengembalikan Islam

sebagaimana landasan aslinya yaitu Alquran dan hadis. Hal ini nampak seperti apa

yang dikatakannya :

Saya mesti bekerja keras, untuk meletakkan batu pertama daripada amal yang besar ini.
Kalau sekiranya saya lambatkan atau saya hentikan lantaran sakitku ini maka tidak ada
orang yang sanggup meletakkan dasar itu. Saya sudah merasa bahwa umur saya tidak akan
lama lagi. Maka jika saya sedikit itu, mudahlah yang dibelakang nanti untuk
meyempurnakannya. 5

Bagi K.H. Ahmad Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui

kacamata modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara

tradisional. Ia mengajarkan kitab suci Alquran dengan terjemahan dan tafsir agar

masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Alquran semata,

melainkan dapat memahami makna yang ada di dalamnya. Dengan demikian

diharapkan akan membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang diharapkan

5
Syarifuddin Jurdi, 1 ABAD Muhammadiyah - gagasan pembaharuan sosial keagamaan. (Jakarta
:PT. Kompas Media Nusantara, 2010), 15.
3

Alquran itu sendiri. Menurut pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya hanya

mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami dan memahami isinya. Sehingga

Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati. 6

Untuk mewujudkan cita-citanya KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi

Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8

Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang

bernama MUHAMMADIYAH. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada

tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim Statuten Muhammadiyah (Anggaran

Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan

oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam Statuten

Muhammadiyah yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal

Miladiyah yaitu 18 November 1912. 7

Di samping organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan juga mendirikan

organisasi wanita yaitu Aisyiyah pada tahun 1917. Organisasi ini merupakan wadah

untuk kegiatan perempuan dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran

Islam secara murni dan konsekwen. Berdirinya organisasi ini diawali dengan

sejumlah pengajaran yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan mengenai perintah agama.

6
Arbiah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh (Jakarta: Bulan Bintang, 1989),
26
7
Tim Pembina Al-Islam dan KeMuhammadiyahan, Muhammadiyah Sejarah Pemikiran dan Amal
Usaha (Yogyakarta: PT TIARA WACANA YOGYA, 1990), 3.
4

Kursus tersebut diadakan dalam perkumpulan Sopo Tresno pada tahun 1914.

Perkumpulan inilah nanti yang berganti nama dengan Aisyiyah 8.

Dari sumber sejarah ini, semakin tampak wawasan pemikiran Ahmad Dahlan

bahwa sejak awal abad ke-20 M, masih di bawah penjajahan kolonial Belanda, dan di

tengah-tengah masyarakat yang masih berpikir tradisional, belum ada kemajuan, dan

emansipasi wanita, tetapi Ahmad Dahlan telah berfikir tentang kemajuan perempuan,

bagaimana perempuan dapat hidup setara dengan laki-laki.

Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi kelahiran

Muhammadiyah, faktor subjektif yaitu ingin melaksanakan hasil pemahaman

K.H.Ahmad Dahlan terhadap firman Allah surat An-Nisa ayat 82 dan surat

Muhammad ayat 24 serta surat Ali-Imran ayat 104.

Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al quran? kalau kiranya Al


quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan
yang banyak di dalamnya. 9

Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al quran ataukah hati


mereka terkunci? 10

8
Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi
Kristen di Indonesia (Bandung: Mizan, 1998), 116.
9
Alquran, 4 (An-Nisa): 82.
10
Alquran, 33 (Muhammad): 24.
5

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari
perbuatan yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. 11

Faktor objektif yang bersifat internal dan eksternal. Faktor objektif internal

yaitu kondisi kehidupan masyarakat Indonesia antara lain; ketidakmurnian

pengamalan Islam karena tidak menjadikan Al-quran dan as-Sunah sebagai satu-

satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia. Kemudian, lembaga

pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap

mengemban misi selaku khalifah Allah di atas bumi. Oleh karena itu,

Muhammadiyah menitik beratkan gerakannya kepada sosial keagamaan dan

pendidikan.

Adapun faktor objektif yang bersifat eksternal antara lain, semakin

meningkatnya Gerakan Kristenisasi di tengah-tengah masyarakat Indonesia, dan

penetrasi bangsa-bangsa Eropa, terutama bangsa Belanda yang menjajah Indonesia.

Di samping itu, politik kolonialis Belanda mempunyai kepentingan terhadap

penyebaran agama Kristen di Indonesia 12. Dengan program ini akan didapat nilai

ganda yaitu di samping bernilai keagamaan dalam arti telah dapat menyelamatkan
11
Alquran, 3 (al-Imron): 104.
12
Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi
Kristen di Indonesia, 126.
6

domba-domba yang hilang, juga bernilai politis, karena hubungan antara agama

(Kristen) dengan pemerintahan (Hindia Belanda) sangat erat. Setelah penduduk bumi

putra masuk Kristen akan menjadi warga-warga yang loyal lahir dan batin terhadap

pemerintah. K.H. Sahlan Rosidi secara rinci menyebutkan faktor-faktor yang

mendorong K.H.Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah, antara lain:

taqlid yang begitu membudaya dalam masyarakat Islam, khurafat dan syirik telah

bercampur dengan akidah, sehingga kemurnian akidah sudah tidak tampak lagi,

bidah yang terdapat pada pengamalan ibadah, kejumudan berfikir dan kebodohan

umat, sistem pendidikan yang sudah tidak relevan, timbulnya kelas elit intelek yang

bersikap sinis terhadap Islam dan orang Islam, rasa rendah diri di kalangan umat

Islam, tidak ada program perjuangan umat Islam yang teratur dan terencana

khususnya dalam pelaksanaan dakwah Islam, tidak ada persatuan umat Islam,

kemiskinan umat bila dibiarkan akan membahayakan karena mudah dirongrong oleh

golongan kafir yang kuat ekonominya. Politik kolonialisme Belanda yang menekan

dan menghambat hidup dan kehidupan umat Islam di Indonesia, politik kolonialisme

Belanda menunjang kristenisasi di Indonesia. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dan

dorongan orang-orang Budi Utomo dan Syekh Ahmad Syurkati, K.H. Ahmad Dahlan

dengan dibantu oleh murid-muridnya, mendirikan organisasi yang diberi nama

Muhammadiyah. Menurut catatan Alfian, ada sembilan orang tokoh pendiri

Muhammadiyah yaitu; K.H. Ahmad Dahlan, H. Abdullah Siradj, Raden Ketib


7

Cendana Haji Ahmad, Haji Abdurrahman, R.H. Sarkawi, H. Muhammad, R.H.

Djaelani, H. Anis, dan H. Muhammad Fakih 13.

Dari data sejarah di atas, dapat dipahami bahwa setting sosial yang mengitari

Ahmad Dahlan telah memberikan inspirasi cemerlang untuk mendirikan

Muhammadiyah. Dalam hal ini benarlah apa yang dikatakan oleh Ramayulis bahwa

berdirinya Muhammadiyah di samping merupakan hasil dan telaah terhadap ajaran

Alquran juga tidak terlepas dari kondisi sosial masyarakat pada waktu itu.

Dilihat dari segi gerakannya, organisasi Muhammadiyah sampai tahun 1917

belum membuat pembagian kerja yang jelas. Hal ini disebabkan wilayah kerjanya

hanya di Yogyakarta saja. Pada masa awal berdirinya Muhammadiyah K.H. Ahmad

Dahlan aktif berdakwah, mengajar di sekolah Muhammadiyah dan memberikan

bimbingan kepada masyarakat seperti shalat dan bantuan kepada fakir miskin.

Dalam sejarahnya, organisasi Muhammadiyah telah mewarnai arah

perkembangan agama di Indonesia. Muhammadiyah memiliki dukungan sistem

organisasi, amal usaha dan etos amaliah yang tinggi sehingga Organisasi

Muhammadiyah berproses secara intensif dalam bersosialisasi dengan masyarakat.

Sehingga mendapatkan tempat dan pengakuan di dalam masyarakat dan berhasil

menempatkan diri sebagai salah satu poros kepemimpinan sosial di luar sektor

pemerintahan.

13
Ahmad Najib Burhani, Muhammadiyah Jawa,58.
8

Organisasi Muhammadiyah tumbuh dan berkembang bersamaan dengan

tumbuhnya kesadaran kebangkitan nasional setelah organisasi Budi Utomo dan

Sarekat Islam. Lahirnya organisasi ini bermuara pada kenyataan di masyarakat.

Terjadinya kekeliruan-kekeliruan dalam memahami ajaran agama Islam.

menjamurnya tindakan-tindakan Bidah, Khurafat dan Tahayul atau lebih dikenal

dengan sebutan TBC dalam kalangan masyarakat pada masa ini.

Di tengah perilaku sosial yang menyimpang dari ajaran agam Islam tersebut

K.H. Ahmad Dahlan meletakkan pembaharuan-pembaharuan keagamaan secara

pribadi maupun menggunakan media organisasi Muhammadiyah. Pembaruan Islam

yang cukup orisinal dari K.H. Dahlan dapat dirujuk pada pemahaman dan

pengamalan Surat Al-Maun. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun,

Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, Dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-
orang yang lalai dari shalatnya,Orang-orang yang berbuat riya. Dan
enggan (menolong dengan) barang berguna. 14
Dalam surat ini Ia menekankan sekali tentang rasa beragama yang benardalam

kehidupan. Bahwa semua yang tertulis dalam ayat tersebut menjelaskan konsep

14
Alquran, 33 (al-Maun): 1-7.
9

tauhid yang harus di hayati bersama. Dalam kalimat terakhir Ia menyampaikan

betulkah kita sebagai orang Islam yang berani menyerahkan harta dan jiwa

raganya di bawah hukum Allah.

Pemahaman K. H. Ahmad Dalam mengenai Surat Al-Maun Merupakan

contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal

sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan

Umum (PKU) 15. Langkah monumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut

dengan teologi transformatif, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat

ajaran ritual, ibadah dan hablu min Allah (hubungan dengan Allah) semata, tetapi

justru peduli dan terlibat dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang

dihadapi manusia. Inilah teologi amal yang tipikal (khas) dari K.H. Dahlan dan

awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal pembaruan

lainnya di negeri ini.

Pada realitasnya keagamaan masyarakat Jawa yang menganut faham

animisme dan dinamisme, sudah banyak yang beralih kepada Muhammadiyah.

Dengan kata lain Muhammadiyah mengurangi praktek-praktek keagamaan yang

kurang benar. Kehadiran K.H. Ahmad Dahlan dengan pembaharuan pemikiran

keagamaanya tidak terlepas dengan gejala pudarnya struktur sosial tradisional.

Perubahan struktur sosial tradisional menempatkan kehadiran Muhammadiyah

15
Tim Pembina Al-Islam dan KeMuhammadiyahan, Muhammadiyah Sejarah Pemikiran dan Amal
Usaha, 20.
10

sebagai simbol manifestasi kesadaran kolektif dalam masyarakat. Selain itu juga

sebagai penolakan terhadap paternalis tradisional maupun birokrasi kolonial. Dengan

demikian liberalisasi pemikiran Muhammadiyah dalam memobilisasi pembaharuan

sosial yang bersifat nasionalistik. Dalam hal ini Muhammadiyah merupakan ideologi

perlawanan terhadap penjajah, yang orientasinya melalui pembaharuan sosial yang

mempertahankan identitas kultural dan menolak otoriter birokrasi kolonial 16.

Sebagai suatu gerakan, Muhammadiyah menggunakan kultural untuk

merealisasikan ajaran Alquran dan sunah. Perealisasian ajaran Alquran dan sunah

tersebut ditujukan untuk mengurangi atau memerangi kesalahan aktual yaitu praktek-

praktek Animisme dan Dinamisme dalam masyarakat yang tidak sesuai dengan

akidah Islam. Dalam perkembangannya, Muhammadiyah lebih mengedepankan pada

nilai-nilai dan asas Islam. Muhammadiyah berusaha membersihkan Islam dari segala

pengaruh yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Kemudian, pada tahun-tahun berikut, Muhammadiyah mengembangkan sayap

organisasinya. Bahkan pada tahun 1921 sudah dikenal di seluruh Indonesia, Cabang

utama dan pertama yang berdiri di luar pulau Jawa adalah Minangkabau sekitar

tahun 1923, Bengkulu, Banjarmasin dan Amuntai sekitar tahun 1927 dan Aceh

bersamaan dengan Makasar sekitar tahun 1929. Di daerah Jawa sendiri

perkembangan organisasi Muhammadiyah sudah tampak hal itu terbukti bahwa

sudah ada organisasi Muhammadiyah di Sidoarjo tepatnya di Desa Sepanjang yang

16
Achmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis, 24.
11

kemudian menjadi objek penelitian dari penulis. Muhammadiyah berhasil merubah

keadaan sosial di masyarakat Desa Sepanjang. Perubahan tersebut berupa perubahan

dalam segi pendidikan, ekonomi, sosial dan kesehatan. Hal itu disimak penulis dari

hasil wawancara dengan salah satu masyarakat Desa Sepanjang yang juga

merupakan anggota dari Muhammadiyah. Dalam wawancara tersebut Ia menjelaskan

bahwa organisasi Muhammadiyah telah berhasil. 17 Hal itu terbukti, dengan adanya

pembangunan sarana pendidikan (SD Muhammadiyah 1 Taman) dan kesehatan

(BKIA) yang sekarang sudah menjadi besar dan berganti nama menjadi Rumah Sakit

Siti Khadijah. Itu yang merupakan hasil dari material. Ada lagi hasil ideologi,

misalnya kehidupan keagamaan di Sepanjang menjadi lebih baik dari pada

sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Sesuai judul di atas, maka yang menjadi lingkup pembahasan pada skripsi

yang berjudul Gerakan Muhammadiyah di Desa Sepanjang Kecamatan Taman

Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi umat Islam di Desa Sepanjang sebelum dan sesudah

masuknya organisasi Muhammadiyah?

2. Bagaimana proses berdirinya organisasi Muhammadiyah di Desa Sepanjang?

17
Wawancara dengan Drs. H. Abdul Karim Baisa, M. Pd Kamis, 11 April 2013, di kantor Cabang
Muhammadiyah Sepanjang.
12

3. Bagaimana pengaruh dan perkembangan organisasi Muhammadiyah terhadap

pemahaman Islam di Desa Sepanjang sampai tahun 1989?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini antara

lain:

1. Untuk memberi penjelasan kondisi masyarakat Sepanjang sebelum dan sesudah

masuknya organisasi Muhammadiyah.

2. Untuk memberi penjelasan sejauh mana pengaruh Muhammadiyah terhadap

pemahaman agama Islam pada masyarakat Sepanjang.

3. Menjelaskan pada masyarakat yang melaksanakan ajaran Islam tapi belum jelas

sumber yang digunakan. Atau dengan kata lain masyarakat yang taqlid buta

terhadap ajaran Islam.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini, dapat bermanfaat, sekurang-kurangnya dalam 2 (dua)

hal di bawah ini:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan

memperkaya ilmu pengetahuan tentang sejarah Muhammadiyah di Desa

Sepanjang.
13

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau

literatur bagi Mahasiswa Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya

khususnya dan para pembaca dan pada umumnya dalam bidang sejarah.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi yang berjudul Gerakan

Muhammadiyah di Desa Sepanjang Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo: Studi

Sejarah perkembangan dan Peranan Sosial ialah menggunakan pendekatan historis

deskriptif. Penggunaan pendekatan historis deskriptif ini ialah penulis berusaha

mengungkapkan secara deskriptif sejarah dan perkembangan serta out put dari

Muhammadiyah Sepanjang.

Di sisi lain penulis juga menggunakan pendekatan sosiologis, geografis dan

psikologis. Pendekatan sosiologis disini ialah untuk mengetahui sosial

kemasyarakatan di Desa Sepanjang. Selain itu, untuk mengetahui letak geografis

yang kemudian berdampak pada psikologis masyarakat Sepanjang.

F. Penelitian Terdahulu

Penulis telah melakukan pra penelitian, dan tidak menemukan judul skripsi

yang membahas tentang Gerakan Muhammadiyah di Desa Sepanjang Kecamatan

Taman Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur. Untuk mempermudah pencarian

sumber-sumber dalam penulisan ini, penulis melacak karya-karya ilmiah dan

penelitian terdahulu tentang Sejarah Muhammadiyah, yaitu:


14

1. Aktivitas Muhammadiyah Brengkok Kabupaten Lamongan (A-1996/16 SKI),

Skripsi oleh Mudayah Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel, 1996. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana sejarah berdirinya Muhammadiyah di Desa

Brengkok Kabupaten Lamongan dapat berkembang dan peranannya dalam

pencerahan ajaran agama yang sesuai dengan nilai-nilai Syariat Islam yang

mana pada waktu itu masyarakat Brengkok masih kental dengan idiologi

maupun kepercayaan animisme dan dinamisme.

2. IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) A-2002/002, skripsi oleh Ninik Fauziah

Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel,. Skripsi ini membahas tentang. Sejarah

berdirinya Ikatan Pelajar Muhammadiyah serta perkembangan dan perananya

dalam ranah organisasi serta bermasyarakat umumnya, khususnya bagi kemajuan

keilmuan dan Agama para pelajar Muhammadiyah.

G. Metode Penelitian

Dalam rangka untuk memperoleh kejelasan tentang metode penulisan dalam

masalah ini, perlu dimengerti masing-masing metode yang dipakai dalam skripsi

ini.Sesuai dengan langkah-langkah yang diambil di dalam keseluruhan prosedur,

metode sejarah biasanya dibagi atas 4 (empat) kelompok kegiatan yaitu: heuristik,

verifikasi, interpretasi dan historiografi. 18

18
Dudung Abdurrahman, Metode Penulisan Sejarah (Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 1999),55.
15

1. Heuristik

Cara pertama penulis tempuh dengan cara mencari sumber, baik sumber

primer maupun sekunder. Data primer yang penulis gunakan adalah hasil

wawancara dengan ketua Cabang Muhammadiyah Sepanjang yakni Drs. H.

Abdul Karim Baisa, M.Pd. tepatnya pada tanggal 11 April 2013 di kantor

Cabang Muhammadiyah Sepanjang. Penulis juga melakukan wawancara dengan

ketua Ranting Muhammadiyah Sepanjang yakni H. Abdul Wahab, tepatnya pada

tanggal 13 April 2013 di Masjid Mujahidin Sepanjang. Penulis juga

menggunakan jasa internet dalam pencarian sumber data untuk melengkapi

sumber serta informasi yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Dalam

pencarian sumber atau data ini, pada awalnya penulis sempat bingung karena

antara data yang satu dengan data yang lain kadang tidak sama sehingga

mendorong penulis untuk melakukan telaah ulang, dengan cara yang diantaranya

melakukan wawancara atau sekedar untuk mengunjungi maupun ikut serta

menghadiri Pengajian untuk mendapatkan data yang akurat. Selain itu penulis

juga menggunakan sumber dari buku-buku, majalah dan brosur-brosur yang

berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. Misalnya, Himpunan Putusan Tarjih

yang berisi tentang pedoman-pedoman Muhammadiyah.

2. Verifikasi

Setelah mendapatkan data-data yang bisa menjadi acuan dalam penulisan

skripsi ini, penulis memilah-milah mana data yang sesuai dengan ruang lingkup

yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini. Yang dilakukan oleh penulis
16

disini ialah membandingkan antara data dan fakta serta menyelidiki keotentikan

sumber sejarah baik bentuk maupun isinya. Dengan demikian semua data yang

diperoleh harus diselidiki untuk memperoleh fakta yang valid. Sesuai dengan

pokok bahasan dan diklasifikasikan berdasarkan permasalahan untuk kemudian

di analisis.

3. Interpretasi

Dalam tahap metode penelitian yang ketiga ini, penulis berusaha

menafsirkan apa yang terdapat di data yang ditemukan oleh penulis. Selain itu,

penulis juga mengaitkan dengan menggunakan teori nalar antara peristiwa satu

dengan yang lain. Misalnya data dari Cabang Muhammadiyah Sepanjang dengan

data Ranting Muhammadiyah Sepanjang ada yang tidak sama. Walaupun pada

umumnya sama.

4. Historiografi

Proses historiografi yang penulis lakukan ialah merekontruksi dengan

imajinasi masa lampau atau suatu sejarah dengan menggunakan dasar data yang

sudah diperoleh. 19 Dalam skripsi ini penulis mencoba merekontruksi terjadinya

gerakan Muhammadiyah yang terjadi di Desa Sepanjang dengan menggunakan

data yang sudah penulis peroleh sebelumnya, serta menggambarkan dalam

bentuk suatu kisah. 20Metode yang dilakukan oleh Nugroho Notosusanto di atas,

19
Louis Gottshalk, Mengerti Sejarah (Jakarta, UI-Press : 1995), 33.
20
Nugroho Notosusanto, masalah penelitian sejarah kontemporer (Bandung:Yayasan Idayu,
1975), 36.
17

hampir identik dengan metode yang dikemukakan oleh Winarno Surachman,

pada umumnya metode historis berlangsung menurut pola sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

b. Penilaian data

c. Penafsiran data

d. Penyimpulan data 21

Agar dapat difahami, penulisan juga menggunakan metodologi praktis yang

umumnya dipakai dalam penulisan karya-karya ilmiah, antara lain:

1) Metode Analitik ilmiah, yaitu :menganalisa beberapa permasalahan yang ada

keterkaitan satu dengan yang lain, kemudian akan didapatkan kesimpulan-

kesimpulan. Metode ini mengandung dua komponen:

a) Metode deduktif, yaitu menguraikan dari beberapa hal yang bersifat

khusus, lalu dikaitkan satu sama lain, kemudian ditarik kesimpulan yang

sifatnya umum.

b) Metode induktif yaitu: mengemukakan hal-hal yang bersifat umum,

kemudian dikaitkan dengan hal-hal yang khusus lalu diambil

kesimpulanya. 22

2) Metode komparatif, adalah : penulisan menguraikan masalah dengan cara

membandingkan dengan masalah lain yang ada kaitanya, kemudian diambil

pendapat yang lebih benar. 23

21
Winanarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar: metode tekhnik (Bandung: Tarsito,
1989), 84.
22
Sutrisno Hadi, metodologi riserchI dan II (Yogyakarta: Andi Opsett, 1990), 2.
18

H. Sistematika Bahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bab, untuk

lebih jelasnya akan dijabarkan masing-masing bab di bawah ini :

Bab pertama, bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penulisan, kegunaan penulisan, pendekatan dan kerangka teoritik, penulisan

terdahulu, metode penulisan dan sistematika bahasan.

Bab dua, bab ini berisi tentang keadaan masyarakat Sepanjang sebelum dan

sesudah masuknya organisai Muhammadiyah : monografi Desa, bidang agama,

bidang pendidikan, bidang sosial budaya dan bidang ekonomi.

Bab tiga, bab ini berisi tentang Muhammadiya di Desa Sepanjang : sejarah

berdirinya Muhammadiyah, struktur organisasi Muhammadiyah, tujuan dan lingkup

perjjuangannya.

Bab empat, bab ini berisi tentang peranan Muhammadiyah di Sepanjang:

sumber-sumber yang digunakan Muhammadiyah dalam beribadah, peranan

Muhammadiyah dalam perubahan masyarakat Sepanjang.

Bab lima, bab ini berisi tentang simpulan dan saran

23
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), 25.

Anda mungkin juga menyukai