Membangun Sekolah Unggul
Membangun Sekolah Unggul
Latar belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan,
sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan
manusia akan sulit untuk berkembang dan bahkan akan sangat terbelakang. Dengan demikian
pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing, disamping memiliki budi perkerti yang luhur dan moral baik.
Salah satu isu penting dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia saat ini adalah peningkatan
mutu pendidikan, namun yang terjadi justru kemrosotan pendidikan dasar, menengah, maupun
tingkat pendidikan tinggi. Hal ini berlangsung akibat penyelenggaraan pendidikan yang lebih
menitikberatkan pada aspek kuantitas dan kurang dibarengi dengan aspek kualitasnya. Peningkatan
kualitas pendidikan ditentukan oleh peningkatan proses belajar mengajar. Dengan adanya
peningkatan proses belajar mengajar dapat meningkat pula kualitas lulusannya. Peningkatan kualitas
proses pembelajaran ini sangat tergantung pada pengelolaan sekolah dan pengajaran/pendekatan
yang diterapkan guru.
Hidup di zaman modern seperti sekarang ini segala sesuatu dapat kita dapatkan denagn mudah,
praktis dan cepat. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Contohnya kita ingin berbincang
dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka
internet. Ingin transaksi (transfer uang), bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa tidak perlu susah-
susah ke bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone. Hidup yang baik dan sukses
adalah hidup yang sesuai dengan proses alam. Sampai level tertentu teknologi bisa dipakai untuk
mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat sesuai hukum alam. Kemajuan teknologi dan tuntutan
zaman memungkinkan kita mendapatkan sesuatu serba cepat. Tetapi tidak asal cepat. Kualitas harus
tetap terjaga. Padi 100 hari baru panen itu bagus. Tapi ingat, itu ada yang bisa dipercepat.
Mestinya hasilnya harus lebih baik. Jadi, cepat, baik dan bermutu harus berlangsung bersama.
Sayangnya yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat orang
enggan bersusah payah. Tidak mau melewati proses. Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Parahnya
virus itu sudah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Ingin sukses dengan cara instant. Jadilah,
banyak orang korupsi, memiliki gelar palsu, membeli skripsi, cepat kaya lewat penggandaan uang,
dan lain sebagainya. Orang makin individualis dan cenderung melecehkan hak orang lain. Untuk
mengejar kesuksesannya, orang tak ragu-ragu mengorbankan orang lain.
2. Konsep Sekolah yang berkualitas
Sekolah unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga sekolah,
bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam konsep sekolah unggulan yang saat ini
diterapkan, untuk menciptakan prestasi siswa yang tinggi maka harus dirancang kurikulum yang baik
yang diajarkan oleh guru-guru yang berkualitas tinggi. Padahal sekolah unggulan yang sebenarnya,
keunggulan akan dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal.
Berati tenaga administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah, dan penjaga sekolah
pun harus dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim
sekolah yang mempu membentuk keunggulan sekolah.
Keunggulan sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-bangun sekolah sebagai
organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada sekolah itu disusun, bagaimana
warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab yang
sesuai dan bagaimana terjadinya pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang disertai tangung
jawab. Semua itu bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan
kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Menurut
Profesor Suyanto, program kelas (baca: sekolah) unggulan di Indonesia secara pedagogis
menyesatkan, bahkan ada yang telah memasuki wilayah malpraktik dan akan merugikan pendidikan
kita dalam jangka panjang. Kelas-kelas unggulan diciptakan dengan cara mengelompokkan siswa
menurut kemampuan akademisnya tanpa didasari filosofi yang benar. Pengelompokan siswa ke
dalam kelas-kelas menurut kemampuan akademis tidak sesuai dengan hakikat kehidupan di
masyarakat. Kehidupan di masyarakat tak ada yang memiliki karakteristik homogen (Kompas, 29-4-
2002, h.4).
3. Syarat Sekolah yang bermutu
Sekolah yang berkualitas tidak lahir dengan sendirinya. Juga tidak lahir semata-mata karena fasilitas
yang dimiliki. Sekolah yang berkualitas harus dibentuk dan direncanakan dengan baik serta
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Komitmen warga sekolah dan stake holder, adalah bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari lahirnya sebuah sekolah yang berkualitas.
Glasser, dalam bukunya yang kedua, The Quality School Teacher memberi pesan kepada kita bahwa
sedikitnya ada enam syarat yang harus dipenuhi sebuah sekolah agar menjadi sekolah berkualitas.
Keenam syarat tersebut adalah sebagai berikut:
a) Harus ada lingkungan kelas yang hangat dan mendukung.
Tanpa adanya jalinan yang akrab antara semua warga sekolah (guru, siswa, staf, dan karyawan lain)
tidak bias dihasilkan tugas-tugas sekolah yang berkualitas, dan lebih dari semua itu harus terbangun
saling percaya/kepercayaan.
b) Siswa harus selalu diminta untuk melakukan hal-hal yang berguna.
Tidak boleh ada siswa yang diminta untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, seperti
mengingat atau menghafal (secara berlebihan). Apa pun yang mereka kerjakan, harus ada
manfaatnya secara praktis, estetis, intelektual, atau pun sosial.
c) Siswa selalu diminta untuk mengerjakannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Ini berarti siswa harus diberi kesempatan yang memadai untuk dapat mengerjakan tugas-tugasnya
agar pekerjaannya berkualitas. Mereka sebenarnya sudah biasa diberi tugas, tetapi bukan belajar,
dan hampir tidak pernah berusaha melakukan pekerjaan yang berkualitas.
d) Siswa diajari dan diberi kesempatan mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri, kemudian diminta
untuk meningkatkannya.
Mengevaluasi sendiri adalah hal yang paling sulit diterapkan, tetapi penting dilakukan untuk
mencapai perbaikan yang konstan dalam usaha siswa menghasilkan pekerjaan berkualitas.
e) Pekerjaan yang berkualitas selalu terasa menyenangkan.
Sungguh menyedihkan melihat sangat sedikit siswa yang merasa nyaman dalam pelajaran-pelajaran
mereka sekarang. Bukan hanya siswa yang merasa senang jika mereka berhasil mengerjakan sesuatu
dengan berkualitas, guru dan orangtua pun merasa senang memerhatikan proses itu.
f) Pekerjaan berkualitas tidak pernah bersifat merusak.
Tidak berkualitas namanya, jika meraih perasaan senang dengan cara memakai obat adiktif atau
merugikan orang lain, makhluk hidup, benda milik orang lain, atau lingkungan.
Dalam manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini diharapkan sekolah dapat bekerja dalam
koridor - koridor tertentu antara lain sebagai berikut :
Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai
dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan operasional/administrasi, pengelolaan keuangan
harus ditujukan untuk :
Memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalolasikan dana sesuai dengan skala prioritas
yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu, Pemisahan antara biaya yang bersifat
akademis dari proses pengadaannya, dan Pengurangan kebutuhan birokrasi pusat.
Kurikulum; berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan secara nasional, sekolah
bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum baik dari standar materi (content) dan proses
penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut ada mafaat dan relevansinya terhadap
siswa, sekolah harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan semua
indera dan lapisan otak serta menciptakan tantangan agar siswa tumbuh dan berkembang secara
intelektual dengan menguasai ilmu pengetahuan, terampil, memilliki sikap arif dan bijaksana,
karakter dan memiliki
kematangan emosional. Untuk melihat progres pencapain kurikulum, siswa harus dinilai melalui
proses test yang dibuat sesuai dengan standar nasional dan mencakup berbagai aspek kognitif,
affektif dan psikomotor maupun aspek psikologi lainnya. Proses ini akan memberikan masukan ulang
secara obyektif kepada orang tua mengenai anak mereka (siswa) dan kepada sekolah yang
bersangkutan maupun sekolah lainnya mengenai performan sekolah sehubungan dengan proses
peningkatan mutu pendidikan.
Personil sekolah; sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses rekrutmen (dalam arti
penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru dan staf lainnya). Sementara itu pembinaan profesional dalam rangka
pembangunan kapasitas/kemampuan kepala sekolah dan pembinaan keterampilan guru dalam
pengimplementasian kurikulum termasuk staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus
atas inisiatif sekolah. Untuk itu birokrasi di luar sekolah berperan untuk menyediakan wadah dan
instrumen pendukung. Institusi pusat memiliki peran yang penting, tetapi harus mulai dibatasi dalam
hal yang berhubungan dengan membangun suatu visi dari sistem pendidikan secara keseluruhan,
harapan dan standar bagi siswa untuk belajar dan menyediakan dukungan komponen pendidikan
yang relatif baku atau standar minimal. Konsep ini menempatkan pemerintah dan otoritas
pendiidikan lainnya memiliki tanggung jawab untuk menentukan kunci dasar tujuan dan kebijakan
pendidikan dan memberdayakan secara bersama-sama sekolah dan masyarakat untuk bekerja di
dalam kerangka acuan tujuan dan kebijakan pendidikan yang telah dirumuskan secara nasional
dalam rangka menyajikan sebuah proses pengelolaan pendidikan yang secara spesifik sesuai untuk
setiap komunitas masyarakat