Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN METODE PENELITIAN

KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH YANG ADA DI DESA WANI 2

DI SUSUN OLEH :

Muh. Singgih

F22113099

DOSEN MATA KULIAH :

Dr. Ir. Ahda Mulyati, M.T.

Dr. Muhammad Bakri, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... ii

DAFTAR TABLE .......................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iv

A. PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1

1. Latar Belakang .................................................................................................................... 1

2. Rumusan Permasalahan ...................................................................................................... 1

3. Maksud dan Tujuan............................................................................................................. 2

a. Maksud ........................................................................................................................... 2

b. Tujuan ............................................................................................................................. 2

B. PUSTAKA/TEORI .................................................................................................................. 3

1. Konservasi Terhadap Bangunan Bersejarah ....................................................................... 3

a. Pengertian Konservasi .................................................................................................... 3

b. Jenis-Jenis Konservasi .................................................................................................... 3

c. Tolak Ukur atau Kriteria Konservasi Bangunan Bersejarah .......................................... 4

d. Pelaksanaan Konservasi Bangunan Bersejarah .............................................................. 5

C. METODE PENELITIAN ........................................................................................................ 7

1. Penjabaran Metode Penelitin Secara Umum....................................................................... 7

a. Metode Survei ................................................................................................................ 7

b. Metode Wawancara ........................................................................................................ 7

c. Metode Observasi ........................................................................................................... 8

2. Metode Yang Digunakan .................................................................................................... 8

i
a. Tinjauan Metode Survei ................................................................................................. 8

b. Cara Menggunakan Metode Survei ................................................................................ 9

3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Survei .................................................................... 10

a. Keunggulan .................................................................................................................. 10

b. Kelemahan .................................................................................................................... 10

D. PEMBAHASAN .................................................................................................................... 11

1. Kegiatan Preservasi-Konservasi Bangunan Bersejarah .................................................... 11

2. Konservasi Bangunan Bersejarah Dan Upaya Pengelolaan.............................................. 11

3. Bangunan Bersejara .......................................................................................................... 12

4. Ukiran Ragam Hias ........................................................................................................... 15

a. Ukiran Ragam Hias Fauna ........................................................................................... 15

b. Ukiran Ragam Hias Flora ............................................................................................. 15

E. PENUTUP ............................................................................................................................. 16

1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 16

2. Saran-Saran ....................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Karakter Bangunan Panggung Melayu Desa Wani..................................................... 12

ii
DAFTAR TABLE

Table.1 Klasifikasi Struktur Bangunan Bersejarah ...................................................................... 14

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit


sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan metode penelitian ini.

Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada dosen saya yang


telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan
dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun saya berharap isi dari laporan metode penelitian saya ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan metode penelitian ini
dapat lebih baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan saya ini
bermanfaat.

Palu, 23 Desember 2016

Muhammad Singgih

iv
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Konservasi merupakan suatu upaya yang dapat menghidupkan kembali vitalitas
lama yang telah pudar. Termasuk upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah.
Peningkatan nilai-nilai estetis dan historis dari sebuah bangunan bersejarah sangat
penting untuk menarik kembali minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau
bangunan tersebut. Sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa ke masa. Upaya
konservasi bangunan bersejarah dikatakan sangat penting. Selain untuk menjaga nilai
sejarah dari bangunan, dapat pula menjaga bangunan tersebut untuk bisa dipersembahkan
kepada generasi mendatang.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sejarah dan budaya. Tentu tidak
sedikit bangunan bersejarah yang menyimpan cerita - cerita penting dan tersebar di
seluruh penjuru Indonesia. Bahkan hampir di setiap daerah mempunyai bangunan
bersejarah yang dijadikan sebagai identitas dari daerah tersebut.

Bertolak belakang dengan diketahuinya Desa Wani Dua kec. Tanantovea Kab.
Donggala terdapat beberapa bangunan rumah yang masih dengan bentuk aslinya dan
sebuah masjid yang kaya akan sejarah dan budaya, ternyata masih banyak bangsa
Indonesia yang tidak menyadari akan hal itu. Banyak sekali fenomena - fenomena yang
terjadi dan meninbulkan keprihatinan terutama dalam bidang arsitektur bangunan di
Indonesia.

2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah di paparkan di atas bahwa di
Desa Wani Dua kec. Tanantovea Kab. Donggala terdapat peninggalan - peninggalan
bersejarah yang ada pada daerah wani, terdapat beberapa bangunan bekas peninggalan
yang masih terdapat di desa wani dan menjadi cagar budaya. Sehingga perlu di lakukan
sebuah konservasi untuk menjaga sejarah dari peninggalan tersebut. Tujuan Dan Sasaran

1
3. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Sedangkan maksud penelitian pada dasarnya berupa rumusan - rumusan hasil
penelitian dan materi bahan pedoman arsitektural pelestarian - konservasi bangunan dan
lingkungan bersejarah, berkaitan dengan seberapa jauh perubahan yang sudah terjadi
ditinjau dari pengertian konservasi itu sendiri, sebagai titik pijak masukan ke pemerintah
Desa Wani 2, agar segera dibuat peraturan daerahnya ( PERDA ).

b. Tujuan
Tujuan penyusunan Laporan Metode Penelitian Konservasi Bangunan Bersejarah
yang ada di Desa Wani 2 adalah untuk :

1. Untuk mendapatkan gambaran seberapa jauh perubahan yang sudah terjadi pada
bangunan bersejarah di kawasan desa wani 2, terutama konsentrasi di pusat dusun
4 (berapa prosentasinya), bangunan bangunan tersebut sudah mengalami
perubahan. Baik ditinjau dari Fisik bangunannya baik dari sisi ke tata ruangannya.
2. Tujuan Khususnya adalah untuk meminimalisasi musnahnya sebagian Sejarah
Arsitektur, untuk itu perlu ada penegasan secara peraturan dan perundang -
undangan, yang seharusnya secara tegas diberlakukan.
3. Urgensi (Keutamaan) Penelitian, adalah menjaga agar Kawasan desa wani 2
masih dapat dipertahankan eksistensinya, sebagai bagian dari aset pariwisata dan
Kesejarahan Arsitektur itu sendiri.

2
B. PUSTAKA/TEORI
1. Konservasi Terhadap Bangunan Bersejarah
a. Pengertian Konservasi
Menurut Danisworo (1995): Konservasi adalah upaya untuk melestarikan,
melindungi serta memanfaatkan sumber daya suatu tempat, seperti gedung - gedung tua
yang memiliki arti sejarah atau budaya, kawasan dengan kepadatan pendudukan yang
ideal, cagar budaya, hutan lindung dan sebagainya. Berarti, konservasi juga merupakan
upaya preservasi dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu seperti kegiataan
asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai sendiri
kelangsungan eksistensinya.

Sementara itu, Piagam Burra menyatakan bahwa pengertian konservasi dapat


meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Oleh karena itu, kegiatan konservasi dapat pula mencakupi ruang lingkup preservasi,
restorasi, rekonstruksi, adaptasi, dan revitalisasi.

Tujuan dari konservasi adalah mewujudkan kelestarian seumber daya alam hayati
serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia. Dengan demikian, konservasi merupakan
upaya mengelola perubahan menuju pelestarian nilai dan warisan budaya yang lebih baik
dan bekesinambungan. Dengan kata lain bahwa dalam konsep konservasi terdapat alur
memperbaharui kembali (renew) , memanfaatkan kembali (reuse), mengurangi (reduce),
mendaur ulang kembali (recycle), dan menguangkan kembali (refund).

b. Jenis-Jenis Konservasi
Menurut (Marquis-Kyle dan Walker, 1996; Al vares, 2006), konservasi dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Preservasi adalah mempertahankan (melestarikan) yang telah dibangun disuatu


tempat dalam keadaan aslinya tanpa ada perubahan dan mencegah penghancuran.

3
2. Restorasi adalah pengembalian yang telah dibangun disuatu tempat ke kondisi
semula yang diketahui, dengan menghilangkan tambahan atau membangun
kembali komponen - komponen semula tanpa menggunakan bahan baru.
3. Rekontruksi adalah membangun kembali suatu tempat sesuai mungkin dengan
kondisi semula yang diketahui dan diperbedakan dengan menggunakan bahan
baru atau lama.
4. Adaptasi adalah merubah suatu tempat sesuai dengan penggunaan yang dapat
digabungkan.
5. Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan
kembali nilai - nilai penting cagar budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru
yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

c. Tolak Ukur atau Kriteria Konservasi Bangunan Bersejarah


Ada beberapa tolak ukur dalam pelaksanaan konservasi bangunan bersejarah.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Lubis (1990), setiap negara memiliki kriteria yang
berbeda dalam menentukan obyek yang perlu dilestarikan, tergantung dari definisi yang
digunakan dan sifat obyek yang dipertimbangkan. Dari beberapa literatur yaitu Catanese
(1986), Pontoh (1992), Rypkema (dalam Tiesdel: 1992), kriteria yang menggambarkan
dasar-dasar pertimbangan atau tolak ukur mengapa suatu obyek perlu dilestarikan adalah
sebagai berikut:

1. Tolok ukur fisik-visual


a. Estetika/arsitektonis, berkaitan dengan nilai estetis dan arsitektural, meliputi
bentuk, gaya, struktur, tata ruang, dan ornamen.
b. Keselamatan, berkaitan dengan pemeliharaan struktur bangunan tua agar tidak
terjadi suatu yang membahayakan keselamatan penghuni maupun masyarakat
di lingkungan sekitar bangunan tua tersebut.
c. Kejamakan/tipikal, berkaitan dengan obyek yang mewakili kelas dan janis
khusus, tipikal yang cukup berperan.
d. Kelangkaan, berkaitan dengan obyek yang mewakili sisa dari peninggalan
terakhir gaya yang mewakili jamannya, yang tidak dimiliki daerah lain.

4
e. Keluarbiasaan/keistimewaan, suatu obyek observasi yang memiliki bentuk
paling menonjol, tinggi, dan besar. Keistimewaan memberi tanda atau ciri
suatu kawasan tertentu.
f. Peranan sejarah, merupakan lingkungan kota atau bangunan yang memiliki
nilai historis suatu peristiwa yang mencatat peran ikatan simbolis suatu
rangkaian sejarah masa lalu dan perkembangan suatu kota untuk dilestarikan
dan dikembangkan.
g. Penguat karakter kawasan, berkaitan dengan obyek yang mempengaruhi
kawasan-kawasan sekitar dan bermakna untuk meningkatkan kualitas dan
citra lingkungan.
2. Tolok ukur non fisik
a. Ekonomi, dimana kondisi bangunan tua yang baik akan menjadi daya tarik
bagi para wisatawan dan investor untuk mengkembangkannya sehingga dapat
digali potensi ekonominya.
b. Sosial dan budaya, dimana bangunan tua tersebut memiliki nilai agama dan
spiritual, memiliki nilai budaya dan tradisi yang penting bagi masyarakat.

d. Pelaksanaan Konservasi Bangunan Bersejarah


Pelaksanaan konservasi akan disesuaikan dengan kondisi bangunan tua tersebut.
Sebelum melakukan konservasi, sebaiknya mengidentifikasi aspek pertimbangan pada
bangunan tua tersebut. Aspek - aspek tersebut kemudian diuraikan berdasarkan
komponen yang akan diatur dalam konservasi. Setelah itu dari komponen itu akan
dirumuskan dasar pengaturannya dan menetapkan sasaran yang akan dicapai dalam
konservasi. Kegiatan pengaturan komponen juga dilakukan sesuai kondisi bangunan tua
tersebut. Pelaksanaan konservasi tersebut dibagi dalam beberapa tingkat berdasarkan
kondisi masing-masing komponen pada bangunan, yaitu:

1. Mempertahankan dan memelihara, yaitu mempertahankan dan memelihara


komponen yang diatur pada bangunan tua yang sangat berpengaruh pada karakter
bangunan dan kondisinya masih baik.
2. Memperbaiki, yaitu memperbaiki komponen pada bangunan tua yang kondisinya
sudah rusak sesuai bentuk asli.

5
3. Mengganti, yaitu mengganti variabel yang diatur pada bangunan tua yang rusak
dan tidak bisa diperbaiki lagi dengan bentuk sesuai dengan kondisi asli. Jika
bentuk asli tidak teridentifikasi, dapat dilakukan penyesuaian dengan bentuk-
bentuk lain yang terdapat pada bangunan lain yang setipe.
4. Menambah dengan penyesuaian terhadap bentuk asli, yaitu melakukan
penambahan komponen yang boleh dilakukan jika dilakukan pengembangan,
terutama yang merupakan penyesuaian terhadap fungsi, dengan batasan bentuk
baru tidak merusak karakter asli bangunan dan dibuat sesuai dengan bentuk yang
telah ada.

6
C. METODE PENELITIAN
1. Penjabaran Metode Penelitin Secara Umum
a. Metode Survei
Survei (survey) atau lengkapnya self-administered survey adalah metode
pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden
individu. Jadi bisa disimpulkan survei adalah metode untuk mengumpulkan informasi
dari kelompok yang mewakili sebuah populasi:

1. Sejumlah besar responden


2. bertanya ke orang
3. Menggunakan kuesioner
4. Tempo yang relatif singkat
5. Sangat kuantitatif

b. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab


dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu
penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari
adalah antara lain:

1. Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal sebelumnya.


2. Responden selalu menjawab pertanyaan.
3. Pewawancara selalu bertanya.
4. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi harus
selalu bersifat netral.
5. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya.
Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.

7
c. Metode Observasi
Proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai gejala-gejala yang
diteliti. Observasi ini menjadi salah satu dari teknik pengumpulan data apabila sesuai
dengan tujuan penelitian, yang direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat
dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).

Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses proses
psikologis dan biologis. Dalam menggunakan teknik observasi, hal terpenting yang harus
diperhatikan ialah mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti.

2. Metode Yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode survey

a. Tinjauan Metode Survei


Metode survei dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relative kecil.
Populasi tersebut berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit-unit
kemasyarakatan, tetapi sumber utamanya tetap orang. Ada tiga karakteristik utama dari
teknik survai ;

1. informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan


beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti kemampuan, sikap,
kepercayaan, pengetahuan dari populasi.
2. informasi diajukan melalui pengajuan pertanyaan dari suatu populasi,
3. informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.

Metode survai digunakan untuk memperoleh gambaran umum tentang


karakteristik populasi, seperti kondisi masyarakat berdasarkan kelompok usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, dan etnis. Metode survai banyak
digunakan dalam bidang: ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, kesehatan, masyarakat,
sosiologi, psikologi, dan pendidikan. Dalam pendidikan dan kurikulum pembelajaran,
survai digunakan untuk menghimpun data tentang siswa, seperti sikap, minat dan
kebiasaan belajar, hubungan dan pergaulan antar siswa, hobi dan penggunaan waktu

8
senggang, cita-cita dan rencana karir. Data tentang keadaan dan perkembangan sekolah
juga dapat dihimpun melalui survai, seperti data tentang jumlah siswa, guru, tata usaha,
jumlah dan kondisi ruang kelas, kantor, laboratorium, perpustakaan, jumlah dan jenis
buku.

Survai merupakan metode penelitian yang cukup popular dan banyak digunakan
dalam penelitian. Nana Syaodih Sukmadinata (2005:83) mengemukakan bahwa ada tiga
hal yang melatarbelakangi popularitas dan banyaknya digunakan metode survai. Pertama:
metode survai bersifat serbaguna, dapat digunakan untuk menghimpun data hamper
dalam setiap bidang dan permasalahan. Kedua: penggunaan survai cukup efisien dapat
menghimpun informasi yang dapat dipercaya dengan biaya yang relative murah. Ketiga:
survai menghimpun data tentang populasi yang cukup besar dari sampel yang relative
kecil. Dalam interpretasi dan penyimpulan hasil survai, peneliti mengadakan generalisasi,
dan penarikan generalisasi dimungkinkan karena sampel mewakili populasi.

b. Cara Menggunakan Metode Survei

1. Menentukan masalah penelitian


2. Membuat desain survey
3. Mengembangkan instrumen survey
4. Menentukan sampel
5. Melakukan pre-test
6. Mengumpulkan data
7. Memeriksa data (editing)
8. Mengkode data
9. Data entry
10. Pengolahan dan analisis data
11. Interpretasi data; dan
12. Membuat kesimpulan serta rekomendasi.

9
3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Survei
a. Keunggulan

1. Dapat melakukan investigasi masalah dalam setting yang alamiah tanpa harus
dilakukan dalam laboratorium atau melalui perancangan suatu kondisi tertentu.
2. Data yang luas dapat dikumpulkan dari responden yang bervariasi dengan cara
yang relatif mudah.
3. Survei tidak dihalangi oleh batas-batas gegografi, tergantung kepentingan dan
sumber daya yang dimiliki.
4. Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei, seperti
dokumen-dokumen.

b. Kelemahan

1. Survei hanya mampu memproyeksikan ada-tidaknya hubungan antara variable


independen dan variable dependen, sebab untuk menilai hubungan sebab akibat
(causal linked) terdapat sejumlah variabel yang kemungkinan berada di antara
keduanya.
2. Instrumen kuesioner memiliki potensi bias yang cukup besar karena pertanyaan
yang tertuang di dalamnya tidak selalu menampung persoalan penelitian. Selain
itu, ada kemungkinan kuesioner dipahami secara berbeda oleh responden.
3. Ada kemungkinan responden yang terlibat dalam survei tidak sesuai dengan
karakteristik sampel yang dituju.
4. Beberapa survei cukup sulit dilakukan, terutama terkait dengan kesediaan
berpartisipasi.
5. Survei tak cukup fleksibel menangkap sejumlah perbedaan atau perubahan sosial
yang terjadi karena tidak mampu diprediksi sebelumnya oleh peneliti.
6. Survei mensyaratkan kerangka operasional yang ketat, sedangkan tidak semua
fenomena dapat diukur atau terukur sehingga survei tidak bisa menjangkau
semua persoalan.
7. Survei terlalu mengandalkan statistik sehinga mereduksi data-data kualitatif yang
sebenarnya dapat memperkaya penjelasan sebuah persoalan.

10
D. PEMBAHASAN
1. Kegiatan Preservasi-Konservasi Bangunan Bersejarah
Tujuan utama dari kegiatan konservasi bangunan dan kawasan bersejarah adalah
untuk mengingat masa lalu baik dalam pelestarian aspek nilai-nilai budaya, nilai
arsitektural pada karya arsitektur serta meningkatkan nilai pendidikan atau edukasi bagi
generasi mendatang.

Dalam perkembangan zaman terutama dalam perkembangan lingkungan global,


upaya melestarikan bangunan bersejarah di Desa Wani Dua kec. Tanantovea Kab.
Donggala. Delapan prinsip utama kegiatan pelestarian kawasan perkotaan, yaitu :

a. Perlu identifikasi kualitas tertentu yang menyebabkan suatu situs bersejarah


perkotaan dianggap penting.

b. Perlu proses sistematik yang digunakan untuk inventarisasi, penelitian dan


penilaian suatu aset pelestarian.

c. Perlu menggunakan hasil evaluasi situs dalam suatu perencanaan pelestarian yang
mengidentifikasi atas proteksi yang disyaratkan oleh suatu situs tertentu.

d. Perlu, dalam perencanaan pelestarian, tujuan pelestarian yang terpadu dengan


tujuan-tujuan pembangunan sosial dan ekonomi yang telah ditetapkan.

e. Perlu melibatkan masyarakat dalam perencanaan pelestarian.

f. Perlu meyakinkan bahwa penilaian keuangan suatu pembangunan baru tidak


merusak situs perkotaan bersejarah.

g. Perlu mendorong pemerintah pusat dan daerah menggunakan kewenangannya


dalam menata dan menggunakan peraturan dan pendanaan yang tepat.

h. Perlu memahami bahwa setiap persoalan pelestarian adalah unik dan spesifik.

2. Konservasi Bangunan Bersejarah Dan Upaya Pengelolaan


Semakin beragam akan kekayaan nilai arsitektural pada desa wani 2 maka
semakin banyak bangunan-bangunan lama yang bernilai sejarah yang memiliki potensi

11
nilai arsitektural tinggi. Dengan demikian potensi arsitektural pada desa wani 2 akan
semakin tinggi dan semakin beragam seiring dengan rentang perjalanan sejarah. Makin
beragamnya potensi arsitektural di desa wani 2, akan menambah kekayaan nilai sejarah
yang bersangkutan. Kegiatan konservasi bangunan bersejarah, akan menambah atau
meningkatkan memori terhadap masa lalu terutama yang berkaitan dengan nilai - nilai
budaya dan nilai arsitektural pada kawasan. Kegiatan konservasi bangunan bersejarah
lama juga melibatkan potensi arsitektural, akan memberikan pengaruh pada elemen-
elemen lingkungan fisik bangunan yang akan ditata, dan secara langsung berpengaruh
pada kegiatan konservasi tersebut. Elemen-elemen fisik tersebut dapat berupa :

a. elemen-elemen rancang bangunan

b. potensi arsitektural di bangunan lama termasuk didalamnya gaya arsitektur


potensial,

c. inventarisasi dan kedudukan/peran dari bangunan bersejarah yang ada.

Karena itu dalam membahas kegiatan konservasi bangunan bersejrah lama


biasanya para arsitek dan arkeolog membahas pula gaya arsitektur yang potensial yang
dimiliki oleh bangunan bersejarah.

3. Bangunan Bersejara

Gambar 1. Karakter Bangunan Panggung Melayu Desa Wani

Sumber. Hasil Survei Metode Penelitian

12
Di Desa wani terdapat sebuah rumah Saudagar yang bercirikan Arsitektur melayu
bugis. dimana sebagian besar rumah saudagar di Desa Wani berada 3 - 4 meter di atas
permukaan tanah, dan di topang dengan tiang - tiang yang ada seperti pada gambar di
atas, Untuk menuju rumah, terdapat tangga di bagian depan sebagai akses masuk utama.
Selain itu juga terdapat tangga pada bagian belakang atau samping rumah, di mana
jumlahnya berdasarkan angka ganjil, bergantung pada besar dan bentuk rumah.

Pola ruang yang terbagi sangat menyesuaikan kebutuhan dan pola kehidupan saat
ini. Ruang-ruang yang terdapat di bangunan bersejarah tersebut yaitu :

a. ruang tamu

b. kamar tidur

c. ruang keluarga

d. dan ruang makan

Tidak adanya lagi ruang yang terpisah antara pria dan wanita seperti yang
disyaratkan dalam agama Islam.

Pembagian ruang rumah Melayu, hanya terdiri dari :

a. serambi depan

b. ruang induk

c. 1 bilik

d. serambi belakang

e. dapur

jadi dapat artikan ruang pria dan wanita dahulunya terpisah secara peruntukannya.

Pada bagian atap bangunan bersejarah terutama rumah di Wani dominan


mengambil berbentuk pelana dan terdapat dua buah jendela pada bagian depan dan

13
belakangnya. Di bagian atap rumah Saudagar terdapat sebuah ruang yang berfungsi
sebagai tempat persembunyian anak gadis di Desa Wani.

Rangka atap memiliki struktur yang sama pada rumah secara umumnya yaitu :

a. kuda-kuda

b. balok gording

c. reng dan

d. atap seng

sebagai penutup rangka yang berfungsi sebagai pelindung rumah.

Table.1 Klasifikasi Struktur Bangunan Bersejarah

Sumber. Hasil Survei Metode Penelitian

Klasifikasi Bagian Atas Bagian Tengah Bagian Bawah


Bentukan Atap Dinding
pelana. dipasang
Terdapat dua secara
buah jendela Vertikal.
Sambungan
pada bagian Dengan
struktur
depan dan Material kayu
panggung
belakang. ulin.
menggunakan
Rumah Saudagar Struktur atap Pada bagian
sistem pasak.
Kuda-kuda, Jendela tidak
Bahan kayu
Gording, dan mengalami
Ulin.
Reng penutup perubahan
rangka atap dan
Seng. mempertahan
Material kayu kan bentukan
Ulin. awalnya.

14
4. Ukiran Ragam Hias
a. Ukiran Ragam Hias Fauna
Ragam hias fauna merupakan bentuk gambar motif yang diambil dari hewan
tertentu. Hewan pada umumnya telah mengalami perubahan bentuk atau gaya. Beberapa
hewan yang biasa dipakai sebagai objek ragam hias adalah kupu-kupu, burung, kadal,
gajah, dan ikan.

Ragam hias motif fauna telah mengalami deformasi namun tidak meninggalkan
bentuk aslinya. Ragam hias fauna dapat dikombinasikan dengan motif flora dengan
bentuk yang digayakan.

Motif ragam hias daerah di Indonesia banyak menggunakan hewan sebagai objek
ragam hias. Daerah-daerah tersebut seperti Yogyakarta, Bali, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua. Motif ragam hias tersebut dapat dijumpai pada hasil karya batik,
ukiran, anyaman, dan tenun.

b. Ukiran Ragam Hias Flora


Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh
pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora mudah dijumpai pada barang-barang
seni seperti batik, ukiran, dan tenunan.

15
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Konservasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan intervensi fisik terhadap
bahan atau elemen bangunan (bersejarah) yang ada untuk meyakinkan kesinambungan
integritas secara struktural. Tingkatan kegiatan konservasi dapat berkisar dari penanganan
kecil (minor) sampai penanganan berat (mayor).

Latar belakang utama dilakukannya kegiatan konservasi pada bangunan


bersejarah, adalah:

a. mendapatkan Identitas Fisik dari kawasan

b. mendapatkan nilai Sejarah

c. meningkatkan nilai Arsitektural pada bangunan dan kawasan

d. meningkatkan manfaat ekonomis pada kawasan

e. sebagai generator kegiatan pariwisata dan rekreasi

f. sebagai sumber Inspirasi

g. meningkatkan nilai. Pendidikan pada masyarakat luas terutama untuk generasi


mendatang.

Seiring dengan hal tersebut desa wani semakin beragam pula dalam kekayaan
nilai arsitektural dari bangunan-bangunan lama sejarah yang memilikinya. Potensi
arsitektural pada bangunan bersejarah akan semakin tinggi dan semakin beragam seiring
dengan rentang perjalanan sejarah bangunan bersangkutan.

2. Saran-Saran
Saran dari penulis yaitu :

a. Perlu adanya perda baru mengenai pelestarian/konservasi kawasan Bangunan


Bersejarah.

16
b. Pemerintah Desa Wani Dua kec. Tanantovea Kab. Donggala seharusnya lebih
sensitif melihat perkembangan Desa Wani Dua kec. Tanantovea Kab. Donggala
yang dapat dijadikan pusat pariwisata di Desa Wani Dua kec. Tanantovea Kab.
Donggala.

c. Masyarakat Desa Wani pada umumnya dan masyarakat di sekitar kawasan pada
khususnya, harus memberikan peran serta dalam menjaga kelestarian Bangunan
Bersejarah, sehingga beban untuk pelestarian Bangunan Bersejarah tidak berada
sepenuhnya dipundak pemerintah kota.

17
DAFTAR PUSTAKA

Danisworo. (1995). KONSERVASI_BANGUNAN_TUA-BERSEJARAH.docx.

Walker, M.-K. (1996/2006). KONSERVASI_BANGUNAN_TUA-BERSEJARAH.docx.

18

Anda mungkin juga menyukai