Anda di halaman 1dari 9

BAB II

Tinjauan Teoritis

1.1 DEFENISI
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat obstruksi.
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan diginjal meningkat.
Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika
obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak
(Smeltzer & Bare, 2002).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung
kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter
yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995).
Hidronefrosis adalah pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat akumulasi urin
di saluran kemih bagian atas. Hal ini biasanya disebabkan adanya penyumbatan disuatu
tempat di sepanjang saluran kemih.

1.3 ETIOLOGI
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik
(sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
Kelainan structural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi
Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
Batu di dalam pelvic renalis
Penekanan pada ureter oleh :
1.Jaringan fibrosa
2.Arteri atau vena yang letaknya abnormal
3.Tumor
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah sambungan
ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandungan kemih:
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan , cidera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan,
rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya

1.2 PATOFISIOLOGI
Ginjal yag hidronefrotik mudah terkena infeksi, sehingga dapat berubah menjadi
pyanephrosis/ pyelonephiritis. Makroskopik ginjal tampak membesar dan pelvis serta calyces
melebar. Papil-papil mendatar dan akhirnya menjadi berbentuk cangkir serta membentuk
bangunan kristik kecil-kecil, multilokuler dan berhubungan dengan calyces dan pelvis
melalui lubang-lubang yang lebar.
Kortek lambat laun menipis dan atrofik, hingga akhirnya hanya berupa pita tipis.
Mikroskopik pada tingkat permulaan tampak dilatasi pada saluran tubulus dengan sel epitel
tubulus yang menjadi gepeng, tanpa kelainan pad aglomerulus. Dilatasi ini terutama
mengenai tubule resti.
Pada tingkat lebih lanjut tubulus menjadi atrofik dan diganti oleh jaringan
ikat,kemudian juga glomerolus menjadi atrofik dan akhirnya menghilang. Pada bentuk yang
murni sabukan radang hanya sedikit sekali, akan tetapi sebagaimana telah disebutkan
pyonephrosis serta pyoureter.
1.5 PATHWAY
Kelainan neuromuskuler

Aliran urin terhambat


Oliuria,anuria Endapan Kristal
urine reflek keatas
Retensiurine
MK.Gangguan
eliminasi Mendesak ginjal

MK.Gangguan rasa
hidronefrosis
nyaman nyeri

Infeksi Pembedahan` Gagal ginjal

Pyelonephritis/ Fungsi ginjal


MK.Kurang
Pyenephrosis pengetahuan

MK.Resi Edema anasarko


penyebaran
infeksi
MK.Kelebihan volume
cairan
1.6 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : pekerjaan mononton, pekerjaan di masa terpajan pada
lingkungan,Keterbatsan aktivitas/imobilitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya
(contoh penyakit tak sembuh-sembuh medulla spinalis)
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal ). Kulit hangat dan
kemerahan : pucat
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis, obstruksi kalkulus ), penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : Oliguria, hematuria, perubahan pola berkemih
d. Makanan / Cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat,
dan/atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdominal, penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
e. Nyeri Kenyamanan
Gejala : dapat digambarkan sebagai akut hebat tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain
Tanda : Melindungi,perilaku distriksi,nyeri tekan pada area ginjal saat palpasi
f. Keamanan
Gejala : penggunaan alcohol,demam,menggigil
g. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis, riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya hiperparatiroidisnie.
Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kaslium atau vitamin.
1.7 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan eliminasi berhubungan dengan oliguria, anuria

2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal

3) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan retensi urin

4) Resti infeksi berhubungan dengan proses penyakit

5) Kurang pengatahuan berhubungan pembedahan

1.8 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1) Gangguan eliminasi berhubungan dengan oliguria, anuria
Tujuan : Berkemih dengar, jumlah normal dari pola biasanya
Kriteria hasil : Tidak mengalami tanda obstruksi
Intervensi :
a) Awasi masukan dan pengeluaran dan karakteristik urine.
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya Komplikasi
contoh : infeksi dan pendarahan.
b) Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas,saraf,yang menyebabkan
sensasi kebutuhan berkemih segera.
c) Dorong meningkatkan pemasukan cairan.
Rasional : Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris dan membartu
lewatnya batu .
d) Selidiki keluhan kandung kemih penuh palpasi untuk distensi suprapubik.
Rasional : Retensi urine dapat terjadi menyebabkan distensi abdomen / jaringan (
kandungan kemih / ginjal ) dan potensial resiko gagal ginjal.
e) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti Natrium bikarbonat Rasional :
Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi selama Pembuangan bikarbonat
dan atau alkalinisasi urine dapat menurunkan / mencegah pembentukan beberapa
kalkuli (Doengoes, 2000).
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal
a) Kaji pola eliminasi klien
Rasional: urin merah bahkan kehitaman disertai gumpalan-gumpalan darah
sehingga perlu dipantau setiap saat.
b) Monitor balance cairan klien
Rasional: balance cairan menunjukan hakuran dan intake cairan klien.
c) Ajarkan klien dan keluarga tentang toileting
Rasional: toileting dapat melatih kandung kemih dan saluran kemih sehingga tidak
terjadi inkontinensia urin, oliguria dan sebagainya.
d) Ajarkan klien dan keluarga untuk mengontrol cairan masuk
Rasional: kelebihan cairan klien perlu dikontrol sehingga tidak terjadi edema.

3) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan retensi urin


Tujuan : nyeri hilang / berkurang
Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol tampak rileks,mampu
tidur/istirahat dengan baik
Intervensi :
a) Catat tokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda
non-verbal, contoh : Peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obsbtruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus.
b) Jelaskan pengertian nyeri dan pentingnya melaporkan ke Staf terhadap perubahan
kejadian / karakteristik nyeri.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk pemberian apalgetik.
c) Berikan tindakan nyaman, contoh : ajarkan teknik distraksi dan relaksasi,
lingkungan istirahat.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan meningkatkan
koping
d) Bantu dan dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktivitas
terapeutik
Rasional : Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot
e) Dorong / Bantu dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatan pemasukan
cairan sedikitnya 3-4 liter hari dalam toleransi jantung. Rasional : Hidrasi kuat
meningkatkan lewatnya batu, mencegah statis urine dan membantu mencegah
pembentukan batu selanjutnya.
f) Kolaborasi pembentukan obat sesuai indikasi
Rasional : Diberikan selama periode akut untuk menurunkan kolik, uretral dan
meningkatkan relaksasi otot / mental.
g) Antispasmedik, contoh flavokat ( uripas oksibutin distropan )
Rasional : Menurunkan reflek spasme,dapat menurunkan kolik dan nyeri
h) Berikan kompres hangat pada punggung.
Rasional : menghilangkan tegangan otot dan dapat menunjukkan reflek Spasme.(
Doengoes, 2000)

4) Resti infeksi berhubungan dengan proses penyakit


Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda - tanda infeksi
Intervensi:
a) Identifikasi faktor-faktor penyebab infeksi.
Rasional: mengetahui factor penyebab infeksi. Factor tersebut bisa karena factor
internal maupun eksternal.
b) Identifikasi cara menurunkan infeksi
Rasional: meminimalisir resiko infeksi dengan memberikan perawatan yang baik
serta menghindari hal yang dapat meningkatkan resiko infeksi.
c) Lakukan tindakan isolasi yang sesuai dan konsulkan dengan partisi pengendalan
infeksi.
Rasional: tindakan isolasi bertujuan untuk menghindari perluasan infeksi kepada
orang lain.
d) Mengikuti tindakan kewaspadaan pencegahan infeksi universal.
Rasional: menghindari infeksi nosokomial

5) Kurang pengatahuan berhubungan pembedahan


a) Beri penkes kepada keluarga tentang penyakit, pembedahan Rasional: pengetahuan
dapat membantu klien dan keluarga dalam mengambil tindakan selanjutnya seperti
komplikasi, dampak pembedahan dan sebagainya.
b) Tekankan perlunya nutrisi yang baik:dorong konsumsi buah,meningkatkan diet
tinggi serat.
Rasional: diet tinggi serat dapat memcegah konstipasi dan gangguan pencernaan
lainnya.
c) Diskusikan pembatasan aktivitas awal. Contoh menghindari mengangkat berat,
latihan keras, duduk/ mengendarai mobil terlalu lama, memanjat lebih dari 2
tingkat tangga sekaligus.
Rasional: aktivitas berlebihan dapat meningkatkan resiko komplikasi dan penyakit
yang lebih parah lagi.

Anda mungkin juga menyukai