Anda di halaman 1dari 19

SAP Tanda Bahaya Kehamilan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu hamil
ok bahasan : Hal-hal yang perlu diketahui dan dilakukan untuk mencegah tanda
bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu hamil
Peserta : Ibu-ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Rumbai Pesisir
Waktu : + 40 menit

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL

TIU : Setelah mengikuti proses penyuluhan selama + 40 menit peserta mampu


memahami tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu hamil
TIK : Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama + 40 menit peserta mampu:
1. Menjelaskan definisi tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu hamil
2. Menjelaskan 5 dari 9 tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu hamil
3. Menjelaskan 5 dari 9 penatalaksanaan tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas bagi ibu
hamil
4. Menjelaskan deteksi dini tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu hamil

B. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

C. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Power point
2. Leaflet

D. WAKTU DAN TEMPAT


Hari/Tanggal : Jumat, 28 Agustus 2015
Jam : 16.00 WIB 16.40 WIB
Tempat : Rumah bersalin ibu Hj. Dince Safrina, SST

E. PENGORGANISASIAN
1. Penanggung Jawab : Kelompok IV Praktik Profesi Keperawatan Maternitas PSIK UR
2. Presentator : Rosnia Safitri, S.Kep
3. Moderator : Nurul Hidayah, S.Kep
4. Fasilitator : - Famelia Yurintika, S.Kep
- Erni Kartika, S.Kep
- Muhammad Azhari, S. Kep
5. Observer : - Sada Ulina Sembiring, S.Kep
- Siti Aisah, S.Kep
6. Dokumentasi : Sarah Anastasia, S.Kep

F.
Mo
M
Pre
SETTING TEMPAT

P
P

Pr

Ob
F

D
Pr
P

Keterangan:
Pre : Presentator F : Fasilitator Pr : Preseptor
Mo : Moderator Ob : Observer P : Peserta
M : Media D : Dokumentasi

G. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegaiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan:
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Perkenalan Mahasiswa 2. Memperhatikan
3. Perkenalan preseptor 3. Memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan
5. Menjelaskan kontrak 5. Memperhatikan
waktu
2 20 menit Penyampaian materi :
1. Menjelaskan definisi tanda
1. Mendengarkan
bahaya kehamilan,
2. Mendengarkan
persalinan, dan nifas pada
3. Mendengarkan
ibu hamil 4. Mendengarkan
2. Menjelaskan tanda bahaya
kehamilan, persalinan, dan
nifas pada ibu hamil
3. Menjelaskan
penatalaksanaan tanda
bahaya kehamilan,
persalinan, dan nifas bagi
ibu hamil
4. Menjelaskan deteksi dini
tanda bahaya kehamilan,
persalinan, dan nifas pada
ibu hamil
3 10 menit Penutup :
1. Memberi kesempatan
1. Memperhatikan
untuk bertanya 2. Memperhatikan
2. Menjawab pertanyaan
3. Menjawab
yang diajukan 4. Memperhatikan
3. Menanyakan kembali
5. Memperhatikan
kepada klien tentang apa
6. Menjawab salam
yang telah dijelaskan
4. Memberikan reinforcement
positif atas jawaban peserta
5. Menyimpulkan dan
menutup diskusi
6. Mengucapkan salam.

H. URAIAN TUGAS
1. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
2. Presentator
a. Menyampaikan penyuluhan pada peserta
b. Menjawab pertanyaan peserta
c. Menyimpulkan materi penyuluhan
3. Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan diri dan anggota kelompok serta preseptor
c. Menyampaikan tujuan
d. Menutup acara

4. Fasilitator
a. Memotivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
5. Observer
a. Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
b. Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
6. Dokumentasi
a. Mendokumentasikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan

I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Peserta dan mahasiswa menghadiri penyuluhan.
b. Tempat, media serta alat penyuluhan tersedia sesuai rencana.
2. Evaluasi proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
b. Peserta yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Peserta yang hadir berperan aktif selama kegiatan berlangsung .
3. Evaluasi hasil
a. Perwakilan peserta mampu menjelaskan definisi tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas
pada ibu hamil
b. Perwakilan peserta mampu menjelaskan 5 dari 9 tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas
pada ibu hamil
c. Perwakilan peserta mampu menjelaskan 5 dari 9 penatalaksanaan tanda bahaya kehamilan,
persalinan, dan nifas bagi ibu hamil
d. Perwakilan peserta mampu menjelaskan deteksi dini tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan
nifas pada ibu hamil

Lampiran
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
TANDA BAHAYA KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS PADA IBU HAMIL

A. Tanda Bahaya Kehamilan


1. Definisi
Tanda-tanda bahaa kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi
dalam keadaan bahaya (Uswhaya, 2009). Menurut Kusmiyati dkk (2008) kehamilan merupakan
hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu
asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan
pendeteksian dini adanya komplikasi / penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.
2. Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya dalam kehamilan antara lain sebagai berikut:
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa
kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa:
abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik.
1) Abortus
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau
sebelum plasenta selesai.
2) Mola Hidatidosa
Pada trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan
dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri
(Prawihardjo, 2007)
b. Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan kejang
1) Bengkak di kaki tangan atau wajah
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari
kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang
ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan
diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang
mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas.
Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika
muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai
dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini
dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia (Uswhaaja, 2009).
2) Sakit kepala
Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan
yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius dalam
kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya
menjadi kabur atau terbayang. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi
dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian (Uswhaaya, 2009).
3) Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejalagejala
sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin
kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala
dari eklamsia.
c. Demam tinggi
Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38 C dalam kehamilan merupakan suatu
masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.
d. Keluar air ketuban sebelum waktunya
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah
dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi
pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.

e. Gerakan janin berkurang


Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan.
f. Mual muntah berlebihan
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul
setiap saat dan malam hari. Gejalagejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama
haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu
diantara seribu kehamilan, gejalagejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan
oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik
kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung
yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun
demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-
hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah disebut hiperemisis
gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringanya penyakit
(Prawihardjo, 2005).

B. TANDA-TANDA BAHAYA PADA PERSALINAN


Proses persalinan di duga mengalami ganguan jika didapatkan hal-hal (Depkes RI, 2009)
berikut ini:
1. Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan lanjut ( Usia kehamilan > 20 minggu) meskipun sangat
sedikit dapat merupakan ancaman bagi ibu dan janin. Ibu perlu segera mendapatkan pertolongan
di pelayanan kesehatan.
2. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
a. Letak majemuk (Presentasi Ganda, Compound Presentasi)
Yang dimaksud dengan letak majemuk ialah jika disamping bagian terendah teraba
anggota badan. Tangan yang menumbung pada letak bahu tidak disebut letak majemuk begitu
pula adanya kaki disamping bokong pada letak sungsang tidak termasuk letak majemuk. Pada
letak kepala dapat terjadi yaitu tangan menumbung, lengan menumbung, kaki menumbung dan
tali Pusat menumbung (prolaps foeniculi)
Jika tali pusat teraba disamping atau lebih rendah dari bagian depan, sedangkan ketuban
sudah pecah maka dikatakan tali pusat menumbung. Jika hal ini terjadi pada ketuban yang masih
utuh disebut tali pusat terkemuka. Prolapsus foeniculi tidak mempengaruhi keadaan ibu secara
langsung, namun sebaliknya sangat membahayakan anak karena tali pusat tertekan antara bagian
depan anak dan dinding panggul yang akhirnya timbul asfiksia. Bahaya terbesar bila anak letak
kepala karena bagian yang menekan tali pusat itu bundar dan keras (Sastrawinata, 2004).
3. Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
Menurut Saifudin (2002) dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, apabila
seorang ibu bersalin tidak kuat mengejan atau mengalami kejang penanganan umum yang harus
dilakukan adalah :
a. Jika Ibu tidak sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang
ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b. Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan
pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau
keluarganya.
c. Jika pasien tidak bernafas atau pernafasan dangkal :
1) Periksa dan bebaskan jalan nafas
2) Jika tidak bernafas, mulai ventilasi dengan masker dan balon
3) Intubasi jika perlu
4) Jika pasien bernafas, beri oksigen 4-6 liter per menit melalui masker atau kanula nasal.
d. Jika pasien tidak sadar/ koma
1) Bebaskan jalan nafas
2) Baringkan pada sisi kiri
3) Ukur suhu
4) Periksa apakah ada kaku tengkuk
e. Jika pasien syok ; lihat penglihatan syok
f. Jika ada perdarahan; lihat penanganan perdarahan
g. Jika kejang :
1) Baringkan pada sisi kiri; tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi sekret, muntahan, atau darah.
2) Bebaskan jalan nafas
3) Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
4) Lakukan pengawasan ketat
h. Jika diagnosisnya eklampsia, berikan magnesium sulfat
i. Jika penyebab kejang belum diketahui, tangani sebagai eklampsia sambil mencari penyebab
lainnya.
4. Air ketuban keruh dan berbau
Tanda bahaya persalinan yaitu amnionitis dan korioamnionitis (Varney, 2002). Tanda dan
gejala antara lain sebagai berikut :
a. Demam maternal
b. Takikardi janin
c. Nyeri tekan pada uterus
d. Peningkatan suhu vagina (hangat apabila disentuh)
e. Cairan amnion berbau busuk
f. sel darah putih meningkat meningkat
5. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
Perawatan pendukung selama persalinan adalah penting. Perawatan pendukung dapat
secara ajaib mengubah seluruh skenario persalinan. Tindakan ini mempunyai efek positif baik
secara emosional maupun fisiologis terhadap ibu dan janin, sehingga ibu dan janin memerlukan
sedikit medikasi dan intervensi bahkan persalinan dapat berlangsung dengan sedikit (Varney,
2002).

C. Tanda Bahaya Nifas


Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Bengkak di Muka, Tangan atau Kaki, Disertai Sakit Kepala dan Kejang
Pembengkakan pada wajah dan ekremitas merupakan salah satu gejala dari adanya
preeklampsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Hal ini biasanya terjadi pada akhir-
akhir kehamilan dan terkadang masih berlanjut sampai ibu postpartum. Oedem dapat terjadi
karena peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh hormonal dan tekanan dari pembesaran
uterus pada vena cava inferior ketika berbaring.
Oedema (oedema) atau sembab merupakan meningkatnya volume cairan ekstraseluler
dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam
sela-sela jaringan dan rongga serosa (jarinagn ikat longgar dan rongga badan). Oedema dapat
bersifat setempat (local) dan umum (general). Oedema yang bersifat local seperti terjadi hanya di
dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), dibawah kulit
(oedema subkubitis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam
paru-paru (oedema pulmonum). Sedangkan oedema yang ditandai dengan terjadinya
pengumpulan cairan oedema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan oedema di
banyaktempat dinamakan edema umum (general oedema).
Cairan oedema diberi istilah transundat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah,
jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip gelatin
bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma. Jika mengalami edema biasanya akan
mudah merasa lelah setelah melakukan aktivitas fisik harian atau ketika berjalan dalam jarak
yang dekat. Jika edema ini belum parah maka masih dapat diobati dengan diet dan perubahan
gaya hidup.
2. Nyeri atau panas di daerah tungkai
Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan dikaki yang terjadi pada masa nifas biasa
disebut dengan DVT (deep venous trombosis ). DVT adalah inflamasi vena dengan pembentukan
bekuan yang lebih sering terjadi pada vena femoralis (tungkai) dan vena-vena pada uterus,
ovarium, dan hipogastrik. Pembekuan ini dapat menyebabkan inflamasi, alokal dan menyumbat
vena kemudian pembekuan terlepas menjadi embolus dan bergerak kedalam pembuluh jantung
dan paru-paru sehingga menyumbat pembuluh tersebut.
a. Rasa Sakit
Rasa sakit yang disebut after pain, (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim,
biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai
hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit.
b. Kemerahan
Kemerahan pada ibu nifas disebabkan karena pada masa nifas itu terbentuk trombus (munculnya)
vena-vena kecil yang mengalami pengembangan. Selain itu, vena-vena itu juga mengalami
dilatasi (pembukaan) sehingga terjadi pembengkakan di kaki akibat dari terjadinya
pembengkakan tersebut, maka akan tampak pada kaki kemerah-merahan serta lunak dan
menimbulkan sedikit rasa sakit pada kaki, atau disebabkan pada saat persalinan, kandung kemih
tidak dikosongkan sehingga cairan tersebut turun ke bagian lateral/kaki.
c. Nyeri Tekan
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang
mengalami dilatasi, dan mungkin lebih sering mengalaminya. Rasa sakit yang berlebihan pada
masa nifas itu berkekungkinan besar jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami.
3. Payudara bengkak berwarna kemerahan
Penyebab pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan.
Penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan
sumbatan pada duktus laktiferus (lactiverous duct). Tersumbatnya duktus laktiferus, bisa satu
atau lebih duktus(saluran), penyebabnya:
a) Pemakaian BH yang terlalu ketat
b) Tekanan jari-jari ibu ketika menyusui
c) Terjadinya penyumbatan karena ASI yang terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terjadi
keadaan payudara bengkak, seperti diterangkan di bagian payudara bengkak
Kemerahan pada payudara menyebabkan payudara menjadi merah, bengkak kadang kala
diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump), dan
diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.

4. Puting Lecet
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan
berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri
akan segera hilang. Putting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar dan akan menjadi
lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Putting
susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh
thrush (candidates) atau dermatitis. (Sulistiawati, 2009)
5. Depresi masa nifas (depresi postpartum)
Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini disebabkan oleh
kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak
mengurus dirinya sendiri, seorang ibu cepat murung, mudah marah-marah (Eny, 2009). Ibu juga
mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues). Ada kalanya ibu
mengalami parasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut baby blues,
yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima
kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan, selain itu juga karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan
kehamilan (Eny, 2009).

D. Akibat Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Pada Ibu Hamil
Akibat tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu hamil dan janin, antara
lain (Djamilus, 2008):
Akibat bagi Ibu hamil anatara lain:
1. Kekurangan cadangan zat besi.
2. Tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas berat dapat menyebabkan persalinan prematur
(persalinan sebelum waktunya).
3. Tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas dapat menyebabkan kelemahan otot rahim.
4. Tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas menurunkan daya tahan ibu sehingga mudah
terjadi infeksi. Infeksi dapat terjadi kapan saja, terutama pada saat dan sesudah persalinan.

5. Keguguran.
6. Proses persalinan lama.
7. Perdarahan setelah persalinan.
8. Kematian ibu.
Akibat bagi janin anatara lain:
1. Pertumbuhan janin terhambat.
2. Bayi lahir prematur.
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
4. Bayi cacat bawaan.
5. Kematian janin dalam kandungan.

E. Penatalaksanaan tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu hamil
Penatalaksanaan dan pencegahan yang umum dilakukan adalah dengan pemberian
suplemen zat besi sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kadar Hb semua ibu hamil dilakukan pada kunjungan ANC pertama dan pada
minggu ke-28. Apabila ditemukan ibu hamil dengan tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan
nifas berikan tablet Fe 2-3 kali 1 tablet perhari dan disarankan untuk tetap minum tablet zat besi
sampai 4-6 bulan setelah persalinan.
Pada ibu hamil trimester 3 dengan tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas perlu
diberi zat besi dan asam folat secara IM dan disarankan untuk bersalin di rumah sakit.
Pencegahan juga bisa dilakukan secara mandiri dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dan memperbanyak konsumsi makanan-
makanan yang kaya akan zat besi seperti hati ayam (disarankan hati ayam kampung) ataupun
sapi, sayur bayam dan juga buah-buahan (disarankan hati hewan, sayur dan buah organik).
Dengan mengkonsumsi semua makanan tersebut, zat besi yang sangat diperlukan oleh sel-sel
darah merah dapat terpenuhi secara maksimal dan dapat terhindar dari. Periksakan sedini
mungkin apabila terdapat tanda-tanda tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas, agar
langkah-langkah antisipasi bisa segera dilakukan (Rianti & Resmisari, 2009).

Menurut Saifuddin (2002) penatalaksanaan tanda bahaya kehamilan sebagai berikut:


1) Perdarahan
Penanganan umum:
a) Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b) Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan
darah, respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan meskipun
tandatanda syok belum terlihat. Ingat bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu
dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk segera memulai
penanganan syok, yaitu pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan
darah sesuai dengan keperluan.(Saifuddin, 2002)
2) Mual muntah berlebihan
Penanganan umum
Mual muntah dapat diatasi dengan:
a) Makan sedikit tapi sering
b) Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak
c) Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir daripada makanan padat.
d) Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan kering pada satu
waktu makan, kemudian makanan berkuah pada waktu berikutnya.
e) Jahe merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan bersama sayuran serta makanan
lain.
3) Sakit kepala yang hebat
Penanganan Umum:
a) Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat daruratan.
b) Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah,
dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan
keluarganya (Saifuddin, 2002).

4) Bengkak pada wajah, kaki, dan tangan


Penanganan Umum
a) Istirahat cukup
b) Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan
mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak.
c) Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan mempertimbangkan untuk segera
melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi (Hendrayani, 2009).
5) Gerak janin berkurang
Penanganan Umum
a) Memberikan dukungan emosional pada ibu
b) Menilai denyut jantung janin (DJJ):
(1) Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang
(2) Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan nggunakan stetoskop Doppler
(Saifuddin, 2002)
6) Nyeri perut yang hebat
Penanganan umum:
a) Lakukan segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi, respirasi, suhu)
b) Jika dicurigai syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas, waspada dan evaluasi
ketat karena keadaan dapat memburuk dengan cepat.
c) Jika ada syok segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002).
7) Keluar air ketuban sebelum waktunya
Penanganan umum :
a) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG
b) Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna, bau) dan membedakan dengan urin.
c) Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan
pemeriksaan dalam secara digital.
d) Mengobservasi tidak ada infeksi
e) Mengobservasi tandatanda inpartu (Saifuddin, 2002).

8) Kejang
Penanganan umum:
a) Baringkan pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau darah
b) Bebaskan jalan nafas
c) Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
d) Lakukan pengawasan ketat (Saifuddin, 2002)
9) Demam tinggi
Penanganan umum:
a) Istirahat baring
b) Minum banyak
c) Kompres untuk menurunkan suhu (Saiffudin, 2002).

F. Pencegahan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, dan Nifas pada Ibu Hamil
Adapun cara mencegah tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu hamil
adalah sebagai berikut:
Cara mencegah tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu hamil:
a. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang
kacangan, protein hewani, terutama hati.
b. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan lainlain
yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan tanda
bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas berat misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan
bukan untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk mencegah
kekurangan zat besi pada ibu. Ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada awal kehamilan dan
tidak mendapatkan suplemen memerlukan sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan zat
besi dari sumber-sumber makanan sehingga suplemen zat besi direkomendasikan sebagai dasar
yang rutin (Bobak, 2005).
Menurut Saspriyana (2010) penderita tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas ringan
sebaliknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih cepat bila mengupayakan perbaikan
menu makanan. Zat besi yang berasal dari makanan terbagi dua, yaitu zat besi heme, terdapat
dalam makanan-makanan yang berasal dari sumber hewani dan zat besi non-heme, terdapat di
makanan nabati (padi-padian, sayur mayur dan kacang-kacangan). Zat besi heme dapat diserap
oleh tubuh dua kali lipat daripada besi non-heme. Jika makanan yang kita konsumsi lebih banyak
mengandung zat besi heme dan vitamin C (ascorbic acid) yang akan meningkatkan penyerapan
zat besi.
Sebaiknya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu,
hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau,
sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang).
Selain itu tambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air
jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh
dan kopi harus dihindari.
Anjuran untuk tidak minum teh langsung setelah makan berkaitan dengan kandungan asam
fitat (phytic acid), polifenol (seperti: tanin) dan kafein di dalam teh yang dapat menghambat
(inhibitor) penyerapan zat besi dari makanan di dalam saluran cerna. Akibatnya, zat besi tersebut
tidak dapat diserap oleh tubuh dengan maksimal (dihambat hingga 80%). Hal ini akan bisa
menyebabkan tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas karena kekurangan zat besi. Jika
makanan yang kita konsumsi lebih banyak mengandung zat besi heme dan vitamin C (ascorbic
acid) yang akan meningkatkan penyerapan zat besi, maka hambatan penyerapan dari teh masih
dapat teratasi (Purbakuncara, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Djamilus, Herlina, (2008). Faktor risiko kejadian tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Bogor. Diperoleh pada tanggal 19 Agustus 2015 dari:
http://www. motekar.tk/topik/pengkajian-tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas-pada-Ibu
hamil.html.
Huliana, M. (2001). Panduan menjalani kehamilan sehat. Jakarta: Puspa Swara
Kusmiyati. (2008). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya. 139-40.
Prawirohardjo, S. (2001). Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Purbakuncara. (2014). Bahaya minum teh sehabis makan. Diperoleh tanggal 19 Agustus 2015 dari
http://purbakuncara.com/bahaya-minum-teh-sehabis-makan/.
Rianti, S. P., & Resmisari. (2009). Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Saifuddin, A.B, (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.N14-6
Saifudin, A. B. (2002). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka.
Saspriyana. (2010). Tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas ibu hamil, mengapa harus
dicegah. Diperoleh pada tanggal 19 Agustus 2015 dari:
http://dokterkade.wordpress.com/2010/03/24/tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas-
dalam-kehamilan-mengapa-harus-dicegah-2/

Anda mungkin juga menyukai