Anda di halaman 1dari 3

Ilustrasi Kasus

Seorang laki-laki usia tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan

keluhan nyeri dada sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan saat

istirahat dengan durasi >20 menit. Nyeri dirasakan di tengah dada dan menjalar ke

lengan kiri. Nyeri baru pertama kali dirasakan oleh pasien disertai dengan keringat

dingin, mual dan muntah. Tidak ada berdebar-debar, pusing ataupun pingsan. Pasien

juga tidak merasakan adanya sesak saat beraktivitas ringan-sedang (DOE +) dan

berbaring (OP-). Pasien juga tidak mengeluhkan adanya terbangun malam karena

sesak nafas (PND-). Tidak terdapat edema pada tungkai pasien.

Pasien awalnya berobat ke RS Lubuk Alung dan kemudian dirujuk ke RS

M.Djamil dengan diagnosis kerja Chest Pain et causa Suspek Infark Miokard. Pada

saat itu pasien sudah mendapat terapi Asetosal 500 gram dan ISDN 5 mg sublingual.

Pasien merupakan perokok aktif sejak 15 tahun yang lalu dengan jumlah 1-2

bungkus rokok/hari, tidak ada riwayat hipertensi, terdapat riwayat keluarga yang

menderita penyakit jantung, tidak ada riwayat diabetes melitus dan dislipidemia.

Selain itu juga tidak terdapat riwayat asma, gastritis dan stroke.

Pemeriksaan fisik didapatkan sakit sedang dengan kesadaran komposmentis

kooperatif. Tekanan darah 128/71 mmHg, denyut nadi 65x/menit, frekuensi nafas

20x/menit, suhu 36,7 C, berat badan 60 kg, tinggi badan 160 cm, tidak ada udem,

anemis, ikterus, dan sianosis. Pada pemeriksaan tekanan vena jugularis didapatkan

5+0 cmH2O.

Pemeriksaan jantung didapatkan iktus kordis tidak terlihat dan teraba di RIC V

1 jari medial LMCS, kuat angkat dan didapatkan cardiac thrill. Dari perkusi

ditemukan batas jantung kanan linea sternalis dextra RIC IV, batas atas di linea
strenalis sinistra RIC II, batas kiri di 1 jari lateral LMCS RIC V. Dari auskultasi

didapatkan S1 dan S2 irreguler, tidak ada murmu dan gallop.

Pemeriksaan inspeksi paru, dinding dada terlihat simestris kiri dan kanan.

Fremitus teraba sama kiri dan kanan. Pada perkusi paru didapatkan sonor kiri dan

kanan. Dari auskultasi terdengar suara nafas vesikuler, tidak ada rhonki dan wheezing.

Pemeriksaan kulit, kepala, rambut, telinga, hidung, tenggorokan, punggung,

gigi dan mulut tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan mata tidak ditemukan

konjungtiva anemis dan sklera ikterik. Pemeriksaan abdomen terlihat supel, hepar dan

lien tidak teraba, bising usus normal. Pada ekstremitas tidak ditemukan adanya edem

pada kedua kaki dan akral hangat.

Pada EKG ditemukan irama asinus, QRS rate 60x/menit, Axis normal,

gelombang P normal, PR interval 0,18 detik, QRS duration 0,08 detik, ST elevasi

2-2,5 mm dengan Q patologis di V1-V3, Q patologis di lead II,III dan AVF, LVH (-),

dan RVH (-).

Pemeriksaan laboratorium tanggal Oktober 2016 didapatkan kadar Hb 14,1

mg/dl, Ht 42%, leukosit 14.100/mm3, trombosit 244.000/mm3, GDS 101 mg/dl,

ureum 32 mg/dl, kreatinin 1,0 mg/dl, kalsium 9,7 mg/dl, natrium 156 mmol/L, kalium

4,4 mmol/L, klorida 116 mmol/L, HbSAg non reaktif, Troponin I 2,7 dan CKMB 233.

Saat ini pasien didiagnosis dengan Akut STEMI anterior onset 10 jam Killip I,

TIMI 4/14, pro revaskularisasi. Tindakan revaskularisasi yang dilaksanakan adalah

dengan menggunakan fibrinolitik. Namun tindakan revaskularisasi ini gagal. Pada

tanggal 23 Oktober 2016 pasien mengatakan keluhan nyeri dada sudah berkurang,

keadaan umum sedang, kesadaran komposmentis kooperatif. Tekanan darah 137/68

mmHg, denyut nadi 65x/menit, frekuensi nafas 18x/menit, suhu afebril. Auskultasi

jantung S1 dan S2 reguler dengan murmur (-) dan gallop (-). Auskultasi paru suara
nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-. Selanjutnya pasien diberikan terapi DAPT

dan Arixtra serta dipindahkan ke bangsal.

Pada tanggal 24 Oktober 2016, dilakukan re anamnesis dan didapatkan

keluhan nyeri dada sudah tidak ada, keadaan umum sedang, kesadaran komposmentis

kooperatif. Tekanan darah 105/67 mmHg, denyut nadi 84x/menit, frekuensi nafas

20x/menit, suhu afebril. Auskultasi jantung S1 dan S2 reguler dengan murmur (-) dan

gallop (-). Auskultasi paru suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-. Setelah

dilakukan re-anamnesis didapatkan pasien Post Failed Fibrinolitik STEMI Anterior

extensif onset 10 jam, TIMI 4/14 Killip I dengan hemodinamik stabil tanpa suppoert,

diuresis cukup dengan tetap melanjutkan terapi DAPT dan Arixtra. Pasien

direncakanan untuk rescue PCI dan periksa KKL dengan tetap memantau klinis dan

hemodinamik pasien.

Pada tanggal 25 Oktober 2016, keluhan nyeri tidak ada, keadaan umum sedang,

kesadaran komposmentis kooperatif. Tekanan darah 97/50 mmHg, denyut nadi

77x/menit, frekuensi nafas 18x/menit, suhu afebril. Auskultasi jantung S1 dan S2

reguler dengan murmur (-) dan gallop (-). Auskultasi paru suara nafas vesikuler,

rhonki -/-, wheezing -/-. Abdomen ditemukan bising usus + normal dan pada

ekstremitas teraba hangat dan tidak ada edem. Pasien direncanakan untuk rescue PCI

dan cek K dan Mg setelah koreksi, dengan terapi Aspilet 1x80 mg, dan Clopidogrel

1x75 mg, Ramipril 1x2,5 mg, Atorvastatin 1x40 mg, Laxadin sirup 1x10cc, ISDN 5

mg, ranitidine 2x50 mg, arixtra 1x2,5 cc.

Anda mungkin juga menyukai