Anda di halaman 1dari 5

Pengelolaan sumberdaya alam harus sejalan dengan amanat dan jiwa Pasal 33 ayat (3) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu bahwa bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.

Sebagaimana Penjelasan UU Perkebunan menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara yang


bercorak agraris; bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, sebagai karunia
dan amanat Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan potensi yang sangat
besar untuk pengembangan perkebunan dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, perkebunan harus diselenggarakan berdasarkan atas asas
manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta berkeadilan.

Definisi Perkebunan menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau
media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa
hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta
manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

Dari pengertian perkebunan menurut undang-undang perkebunan dapat kita artikan bahwa
tanaman perkebunan yang akan ditanam oleh masyarakat harus disesuaikan dengan jenis tanah
dan ekosistim alaminya serta menggunakan bantuan teknologi. Harusnya depertemen
perkebunan melakukan kajian yang serius dituangkan kedalam peta yang dibuku melalui hasil
riset dilapangan, kemudian riset ini menjadi acuan tata ruang perkebuanan diwilayah indonesia.

Mandat Undang-undang no. 41 tahun 1999 berdasarkan fungsi hutan terdiri dari:

1.Hutan konservasi

2.Hutan lindung

3.Hutan produksi
Pemerintah dapat menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus, Penetapan kawasan
hutan dengan tujuan khusus, diperlukan untuk kepentingan umum seperti:

a. penelitian dan pengembangan,

b. pendidikan dan latihan, dan

c. religi dan budaya.

Kawasan hutan dengan tujuan khusus tidak mengubah fungsi pokok kawasan hutan.

Pemanfaatan Hutan Produksi dapat berupa:

1.Pemanfaatan kawasan

2.Pemanfaatan jasa lingkungan

3.Pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu

4.Pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu.

Pemanfaatan Hutan Produksi dilaksanakan melalui pemberian :


1.
2. Ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam yang selanjutnya disingkat
IUPHHK-HA yang sebelumnya disebut Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah ijin
memanfaatkan hutan produksi yang kegiatannya terdiri dari penebangan, pengangkutan,
penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu.
3. Ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman industri dalam hutan
tanaman pada hutan produksi yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HTI yang sebelumnya
disebut Hak Pengusahaan Hutan Tanaman (HPHT) atau Hak Pengusahaan Hutan
Tanaman Industri (HPHTI) atau Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) adalah ijin usaha untuk membangun hutan tanaman
pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri untuk meningkatkan potensi
dan kualitas hutan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri.
4. IUPHHK restorasi ekosistem dalam hutan alam adalah ijin usaha yang diberikan untuk
membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi yang memiliki ekosistem
penting sehingga dapat dipertahankan fungsi dan keterwakilannya melalui kegiatan
pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman,
pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk
mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati (tanah, iklim dan
topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli, sehingga tercapai keseimbangan
hayati dan ekosistemnya.
5. Ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman rakyat yang selanjutnya
disingkat IUPHHK-HTR adalah ijin usaha untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu
dan hasil hutan ikutannya pada hutan produksi yang diberikan kepada perorangan atau
koperasi untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan
silvikultur yang sesuai untuk menjamin kelestarian sumber daya hutan.
6. Ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan kemasyarakatan yang selanjutnya
disingkat IUPHHK-HKm adalah ijin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil
hutan berupa kayu dalam areal kerja IUPHHK-HKm pada hutan produksi.
7. Hak pengelolaan hutan desa adalah hak yang diberikan kepada desa untuk mengelola
hutan negara dalam batas waktu dan luasan tertentu.

Proses atau Tahapan Pembangunan Hutan Tanaman Industri HTI (UU No. 41/1999)

1.Lahan HTI merupakan Kawasan hutan yang tidak produktif serta tidak dibebani izin

2.Persiapan Lahan

3.Persemaian
4.Penanaman

5.Pemeliharaan

6.Pemanenan

7.Pemasaran.

Tata Ruang Pembangunan HTI

Keputusan Mentri Kehutanan Nomor: 70/Kpts-II/95 tentang pengaturan tata ruang hutan
tanaman industri, Penataan ruang HTI bertujuan untuk mengatur penggunaan suatu unit areal
HTI sesuai dengan peruntukannya, yaitu untuk :

a. Areal Tanaman Pokok 70 %

b. Areal Tanaman Unggulan 10 %

c. Areal Tanaman Kehidupan 5 %

d. Kawasan Lindung 10 %

e. Sarana Prasarana 5 %
Sudah ada kepastian hukumnya untuk perusahaan HTI tidak boleh lagi menebang (memanen)
kayu hutan alam di areal konsesi HTI-nya, seperti yang terdapat dalam SK.101/Menhut-II/2004,
tertanggal 24 Maret 2004 (perbaikan/perubahan dari SK Menhut No. 162/Kpts-II/2003, tanggal
21 Mei 2003).Lebih lanjut, dalam SK.101/2004, Bab III Deliniasi Areal HPHT, Pasal 4
disebutkan:

Melihat dari proses ataupun tahapan dalam pembangunan hutan tanaman industri (HTI), jika kita
Menelaah tentang Status kayu hutan alam yang berada di areal konsesi Perusahaan HTI,
ternyata tidak ada dasar hukumnya yang menyatakan bahwa kayu hutan alam yang berada di
areal perusahaan HTI tersebut dapat dimiliki secara otomatis oleh perusahaan HTI, secara
hukum, jika tidak ada dasar hukum atas status kepemilikan Kayu hutan alam yang berada pada
areal perusahaan HTI tentunya mengacu pada undang-undang negara republik indonesia tahun
1945 pasal 33 ayat 3. Kayu alam yang berada pada areal perusahaan HTI adalah milik negara
indonesia, maka hampir semua perusahaan HTI yang ada di Indonesia bisa dikatakan merampok
kayu hutan alam dari tangan negara indonesia, Akibatnya negara telah dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai