Anda di halaman 1dari 6

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN POTENSI ENDAPAN NIKEL LATERIT

DI DAERAH ULU MERAKA KECAMATAN LAMBUYA


PROVINSI SULAWESI TENGGARA- INDONESIA

Edi Yasa Ardiansyah*)


*) Senior Geologist
*) Lecture, Medan Institute Of Thecnology, Medan

Intisari
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui potensi dari deposit nikel laterit yang terdapat di daerah lambuya dan sekitarnya, secara
geografis daerah ini mempunyai potensi keterdapatan nikel laterit. Daerah penyelidikan mempunyai ketinggian antara 85 150 m
dari permukaan laut dengan kondisi morfologi landai dan perbukitan. Daerah ini terdapat satuan batuan ultramafik tersusun oleh
batuan Peridotit dan peridotit terserpentinitkan (serpentinit), harzburgit, dicirikan dengan warna hitam kehijauan dengan kandungan
mineral silikat, kuarsa, plagioklas, olivin, dan oksida besi dan pada singkapan yang terdapat dilapangan memperlihatkan adanya
pelapukan sebagian dan ditemukan pelapukan mengulit bawang (speroidal weathering) dan struktur kekar yang terisi oleh mineral
silica maupun tidak serta memperlihatkan rongga-rongga dan vein/urat halus (fissure vein).

Ditemukan adanya mineralisasi garnierite yang ditemukan pada singkapan peridotit terbreksikan dan mengalami serpentinisasi yang
telah lapuk dalam bentuk gravel, Selain itu di lapangan memperlihatkan singkapan laterit yang merupakan hasil pelapukan dari
peridotit yang dicirikan warna coklat kemerahan dan coklat kekuningan, ukuran butir lempung, soft, mengandung unsur oksida besi
yang berlimpah, gosan, talk, kadang ditemukan gutit dan oksida besi (Fe). Juga banyak dijumpai caprock dan limonit,

Berdasarkan hasil analisis kondisi geologi daerah dan pengamatan dilapangan, zona yang berpotensi terdapat nikel laterit berada pada
dibagian Timur - Selatan, zona ini terhampar sepanjang kaki perbukitan, kondisi ini didukung dengan kenampakan hamparan laterit
dan serta banyaknya ditemukan singkapan batuan ultramafik yang mengandung garnierit.

Tindak lanjutnya, untuk mengetahui keberadaan dan penyebaran zona mineralisasi nikel laterit secara vertikal, maka perlu dilakukan
pemboran inti hingga kedalaman 40 meter, berdasarkan kondisi dilapangan sebaiknya difokuskan di sekitar desa Mata Iwoi dan
sebagian Ulu Meraka (bagian arah Timur laut) dengan luas area sekitar 70 ha. pertimbangannya bahwa pada daerah tersebut
menunjukan indikasi potensi sebaran nikel laterit lebih luas dibandingkan beberapa blok lainya, selain itu dari data hasil eksplorasi
akan membantu memberikan informasi penyebaran nikel laterit di daerah penyelidikan.

Kata Kunci : Eksplorasi Pendahuuan, Nikel Laterit

The research goal is to determine the potential of nickel laterite deposits located in lambuya and the surrounding area, geographic
region has the potential laterite nickel occurrences. The investigation area has an altitude of between 85-150 m above sea level with
morphological conditions ramps and hills. These areas are composed of ultramafic rock units by rock peridotite and peridotite
terserpentinitkan (serpentinite), harzburgit, characterized by a black color with a greenish mineral silicates, quartz, plagioclase,
olivine, and iron oxide and the field contained outcrop showed partial weathering and found excoriate weathering onions (speroidal
weathering) and muscular structures are filled by mineral silica or not and show the cavities and veins / vein smooth (fissure vein).

Garnierite discovered mineralization found in brecciated peridotite outcrops and experience serpentinisasi which has weathered in
the form of gravel, addition in the field shows laterite outcrops that are the result of weathering of peridotite is characterized sorrel
and fawn, the size of grains of clay, soft, contains elements abundant iron oxide, Gosan, talk, sometimes found goethite and oxide
iron (Fe). Also encountered Caprock and limonite.

Based on the analysis of geological conditions of the area and field observations, there is a zone of potential nickel laterite located in
the East section - south, this zone stretching along the foothills, this condition is supported by the appearance and the large expanse
of laterite and discovered ultramafic rock outcrops containing garnierit.

Follow-ups, to determine the presence and extent of nickel laterite mineralization zones vertically, it is necessary to core drilling to a
depth of 40 meters, based on field conditions should be focused around the village of Mata Iwoi and partly Ulu They had (section
towards the Northeast) with an area of about 70 ha. consideration that in the area of the indication of potential nickel laterite wider
distribution than some other blocks, other than that of the data exploration results will help provide information dissemination in the
area of nickel laterite investigation.

Keyword : Esploration, Nickel Laterite


hingga ke Lokasi IUP Indomining Pratama
1. Pendahuluan melalui jalan poros trans Sulawesi Tenggara
(Kendari - Kolaka).
Kebutuhan akan nikel dari tahun ke tahun
semakin meningkat sejalan dengan Sedangkan untuk mencapai lokasi IUP dari
meningkatnya kebutuhan dunia industri. desa terdekat dapat ditempuh dengan mobil
melalui koridor milik masyarakat/desa dengan
1.2. Tujuan lebar sekitar 6 meter berupa jalan tanah
dengan perkerasan, dalam kondisi sebagian
Untuk mengetahui potensi deposit nikel laterit terawat dan sebagian rusak serta medan yang
sebagai bahan untuk melakukan kegiatan dilalui relatif landai.
eksplorasi.
2.1.2 Kondisi Umum
1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan
Penduduk
Ruang lingkup kegiatan penyelidikan umum Mata pencaharian penduduk desa adalah
yang dilakukan, meliputi : Pemetaaan geologi sebagai petani, pengrajin batubata, peternak,
permukaan regional, Soil (laterit) &Rock pegawai negeri sipil (Aparat desa & guru) dan
Sampling, Analisa laboratorium dengan pedagang, Mayoritas penduduk di Kecamatan
metode analisa XRF Onembute berasal dari keturunan suku Bugis,
Tolaki, Muna, Jawa, dan Bali. Beragama
1.4. Peralatan islam dan sebagian Kristen serta hindu.

Peralatan yang digunakan untuk Tata Guna Lahan


kegiatan adalah :
1. Peta Geologi & Peta topografi Areal Izin Usaha Pertambangan Indomining
2. Global Position Station (GPS) Pratama sebagian besar berada dalam
3. Kompas Geologi. kawasan Area Penggunaan Lain (APL) dan
4. Palu Geologi sebagian masuk wilayah Taman Nasional
5. Kamera Digital. Rawa Aopa, saat ini daerah APL
6. Peralatan sampling dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bertani
7. Alat tulis + Buku lapangan (sawah), berkebun (Kelapa Sawit, Jambu
Mete), pembuatan batubata, beternak sapi,
2.1 Geografis Daerah Penyelidikan

2.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara geografis daerah penyelidikan ini


dibatasi pada koordinat 389000- 394700 E
dan 9552100 9556200N dan Secara
administratif daerah penyelidikan terletak di
antara beberapa desa, yaitu Desa Mata Iwoi,
Ulu Meraka, Tanggobu, Kumampo, Trimulya,
Silean Kecamatan Onembute, Kabupaten
Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Lokasi Daerah
Penyelidikan
Daerah penyelidikan ini dapat ditempuh
dengan kendaraan roda empat melalui Kota
Kendari (Ibukota Sulawesi Tenggara) ke arah
Barat laut, membutuhkan waktu sekitar 2 Jam
Gambar 1. Lokasi Daerah Penyelidikan Foto 1. Kondisi morfologi landai yang
tersusun oleh endapan aluvial dan morfologi Satuan morfo
3.1.1 Geologi Regional

Secara umum wilayah ini daerah penyelidikan


termasuk dalam Mandala Sulawesi Timur,
yang dicirikan dengan kehadiran himpunan Satuan morfologi dataran landai
batuan malihan yaitu; Serpentinit, Peridotit,
Gabro, Basal dan batuan sedimen Pelagose
Masozoikum (Sukamto,1975). Batuan-batuan
yang tersingkap di daerah kegiatan
penyelidikan umum berumur mulai dari
Paleozoikum sampai Kuarter, menurut E.
Rusmana, dkk. (1993) pada Peta Geologi
perbukitan satuan batuan ultramafik
sekala 1 : 250.000Lembar Lasusua Kendari,
Sulawesi. Berdasarkan himpunan batuan dan
pencirinya, geologi Lembar Kendari dapat Morfologi perbukitan miring landai-miring
dengan kemiringan topografi 30o yang berada
dibedakan dalam dua lajur; yaitu Lajur
pada daerah penyelidikan terdapat pada
Tinodo dan Lajur Hialu. Lajur Tinodo
bagian Utara-Selatan (bagian barat daerah
dicirikan oleh batuan endapan paparan benua,
penyelidikan), pada daerah ini umumnya
dan Lajur Hialu oleh endapan kerak
proses pelapukan batuan induk berjalan
samudra/ofiolit, (Rusmana, dkk.,1985).
sangat efektif sehingga memicum
Secara garis besar kedua mandala ini dibatasi
pembentukan lateritisasi. Penyebaran
oleh sesar Lasolo.
morfologi ini sekitar 10% dari luas daerah
Berdasarkan peta geologi lembar Kolaka
penyelidikan.
skala 1 : 250.000, secara regional stratigrafi
daerah penyelidikan disusun oleh dari tertua
sampai termuda sebagai berikut : 3.1.1.2. Geologi Daerah
Komplek Mekongga, dicirikan dengan
Dari hasil pengamatan dilapangan pada
litologi yang terdiri dari : Skiss, gneis, kuarsit,
daerah penyelidikan ditemukan singkapan
berumur Karbon
satuan batuan ultramafik dan satuan endapan
Komplek Ultramafik, dicirikan dengan
aluvial.
litologi yang terdiri dari : Harzburgit, dunit,
serpentinit, Gabro, basal, berumur Kapur
Satuan batuan ultramafik tersusun oleh batuan
Formasi Alangga, dicirikan dengan litologi
Peridotit dan peridotit terserpentinitkan
yang terdiri dari : konglomerat, batupasir,
(serpentinit), harzburgit, dicirikan dengan
berumur Plistosen.
warna hitam kehijauan dengan kandungan
mineral silikat, kuarsa, plagioklas, olivin, dan
3.1.1.1. Morfologi Daerah
oksida besi dan pada singkapan yang terdapat
Daerah penyelidikan mempunyai ketinggian
dilapangan memperlihatkan adanya pelapukan
antara 85 150 m dari permukaan laut
sebagian dan ditemukan pelapukan mengulit
dengan kondisi morfologi landai dan
bawang (speroidal weathering) dan struktur
perbukitan.
kekar.
Morfologi dataran landai dengan
o
kemiringan topografi 0-5 yang berada pada
Pada beberapa tempat pengamatan
daerah penyelidikan merupakan zona
(9,10,12,13,14,15,16,17,18,19,20,
akumulasi air permukaan dan endapan aluvial.
23,36,38,44) memperlihatkan hanya
Luas penyebaran 90% dari luas daerah
peyelidikan. Satuan ini tersusun oleh endapan memperlihatkan singkapan laterit yang
dicirikan dengan warna coklat kekuningan,
aluvial (lihat foto 1)
coklat kemerahan (maroon) dengan kehadiran
mineral gossan, talk, mangan, olivin, oksida
besi yang berlimpah, limonit, geotit dan Satuan endapan ini menempati satuan
kadang nampak jelas mineral garnierit. Pada morfologi landai dengan penyebaran satuan
satuan ini juga banyak tersingkap caprock endapan sekitar 90 % dari luas daerah
dengan berwarna kandungan oksida besi yang penyelidikan.
tinggi yang merupakan ciri penunjuk adanya
proses oksidasi (titik pengamatan 18,19, 3.1.2 Struktur Geologi Regional
26,27), pada satuan ini berpotensi terdapat
mineral nikel laterit Struktur geologi yang terbentuk secara
regional banyak dipengaruhi oleh
Penyebaran satuan batuan ultramafik pembentukan struktur utama Sulawesi
dipermukaan sekitar 10 % dari luas daerah (Sulawesi Fault System) sehingga
penyelidikan. mempengaruhi kondisi lokal. Struktur yang
terbentuk diduga ada kaitannya dengan Sesar
Sorong yang aktif kembali pada Kala
Oligosen (Simanjuntak, dkk., 1983). Struktur
geologi yang dijumpai di daerah kegiatan
adalah sesar dan kekar. umumnya berarah
baratlaut tenggara searah dengan Sesar
geser jurus mengkiri. Selain itu juga
ditemukan sesar mendatar mengkanan
(dextral), mempunyai arah timurlaut -
baratdaya. Struktur sesar ini menghasilkan
bentuk morfologi graben pada sekitar wilayah
penyelidikan. Struktur sesar normal yang
Foto 2. Singkapan batuan ultramafik yang terjadi didaerah penyelidikan mengakibatkan
lapuk mengkulit bawang (speroidal batuan sedimen klastik (kuarsit, skiss) yang
weathering) sebagian dan tertutup oleh laterit merupakan pengangkatan

Kemudian pada daerah penyelidikan juga 1.1.2.1 Struktur Geologi Daerah


dijumpai satuan endapann aluvial tersusun
oleh fragmen dan matrik lepas dengan jenis Struktur geologi yang berkembang pada
batuan Peridotit, serpentinit, harzburgit, daerah penyelidikan dipengaruhi oleh
kuarsit, dan laterit, Karena merupakan hasil Besarnya gaya dan intensitas yang besar
endapan satuan endapan ini memperlihatkan dalam pembentukan struktur geologi regional
warna coklat kemerahan hingga coklat dalam pembentukan mandala Sulawesi, maka
kekuningan dan banyak ditemukan butiran- memberikan pengaruh pada massa batuan
butiran mineral oksida besi, limonit, geotit, pada daerah penyelidikan yaitu pembentukan
mangan. struktur lokal berupa struktur sesar (shear)
dan kekar (joint).

Struktur yang terbentuk pada daerah


penyelidikan sangat berperan penting dalam
pembentukan nikel laterit, dimana struktur
kekar (joint) terbentuk membantu proses
penetrasi masuknya air permukaan sehingga
membantu proses pelapukan batuan dasar
(ultramafik) dan membantu proses
pengkayaan (enrichment) kadar nikel.
Foto 3. Singkapan endapan aluvial yang
terdiri dari fragmen-frgmen ultramafik
2. Hasil Penyelidikan singkapan batuan ultramafik yang
mengandung garnierit.
Pada daerah penyelidikan ditemukan
singkapan peridotit/ ultramafik yang telah
Berdasarkan karakteristik daerah dan kondisi
mengalami pelapukan sebagian dengan
geologi, khususnya di wilayah IUP
menunjukan dua jenis kekar/rekahan baik
Indomining Pratama (IMP), bahwa lapisan
yang terisi oleh mineral silika maupun tidak
batuan yang mengandung endapan nikel
serta memperlihatkan rongga-rongga dan
(saprolit) dengan kadar nikel yang tinggi(?)
vein/urat halus (fissure vein). Adanya
berada pada kedalaman 20-30 meter. Luas
mineralisasi garnierite yang ditemukan pada
penyebaran zona potensi nikel sekitar 100
singkapan peridotit terbreksikan dan
Hektar yang menyebar pada bagian Timur
mengalami serpentinisasi yang telah lapuk
Tenggara daerah penyelidikan
dalam bentuk gravel, Secara megaskopis
terhadap batuan dasar yang tersingkap dalam
kondisi segar memperlihatkan warna hitam
3. Kesimpulan & Rekomendasi
kehijauan, terdapat mineral olivin, serpentin,
oksida besi, piroksin,
Berdasarkan hasil penyelidikan secara, maka
dapat disimpulkan bahwa :
Selain itu di lapangan memperlihatkan
singkapan laterit yang merupakan hasil
Daerah penyelidikan sebagian besar tertutup
pelapukan dari peridotit yang dicirikan warna
oleh endapan aluvial yang menghampar
coklat kemerahan dan coklat kekuningan,
sekitar 90% dari luas daerah dan 10%
ukuran butir lempung, soft, mengandung
merupakan satuan ultramafik yang diatasnya
unsur oksida besi yang berlimpah, gosan, talk,
sebagian terdapat laterit yang merupakan hasil
kadang ditemukan gutit dan oksida besi (Fe).
pelapukan dari ultramafik. Pada satuan batuan
Juga banyak dijumpai caprock dan limonit,
ultramafik ini merupakan zona potensi
mineraliasi nikel laterit

1. Untuk mengetahui keberadaan dan


penyebaran zona mineralisasi nikel laterit
secara vertikal, maka perlu dilakukan
pemboran inti hingga kedalaman 40 meter
dengan spasi titik bor bervariasi 50-100 m

2. Kegiatan eksplorasi pemboran (semi detail),


berdasarkan kondisi dilapangan sebaiknya
difokuskan di sekitar desa Mata Iwoi dan
sebagian Ulu Meraka (bagian arah Timur laut)
Foto 4. Singkapan laterit pada daerah dengan luas area sekitar 70 ha.
penyelidikan dengan kandungan oksida besi
cukup tinggi 3. pertimbangannya bahwa pada daerah tersebut
menunjukan indikasi potensi sebaran nikel
laterit lebih luas dibandingkan beberapa blok
Berdasarkan hasil analisis kondisi geologi lainya, selain itu dari data hasil eksplorasi
daerah dan pengamatan dilapangan, zona akan membantu memberikan informasi
yang berpotensi terdapat nikel laterit berada penyebaran nikel laterit daerah penyelidikan
pada dibagian Timur - Selatan, zona ini
terhampar sepanjang kaki perbukitan, kondisi
ini didukung dengan kenampakan hamparan
laterit dan serta banyaknya ditemukan
Daftar Pustaka www.indonesiafinancetoday.com di akses
tanggal 20 April 2013
Bagdja, M. P., 1998. Eksplorasi Geokimia
Regional, Bersistem Daerah Kabupaten Kendari, www. Hpli.org/tambang.php diakses tanggal
dan Kolaka, Sulawesi Tenggara, Direktorat 23 April 2013
Sumberdaya Mineral, Bandung.
www.id.wikipedia.org/wiki/nikel_laterit,
Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of
Indonesia Vol.II, Martinus Nijhoff, The Hague. diakses taggal 20 April 2013

Darman, H. (Shell) & Sidi, F.Hasan, 2000, An


Outline of The Geology of Indonesia, Ikatan Ahli
Geologi Indonesia (IAGI), Jakarta

Edi Yasa,A, 2013, Penyelidikan


Pendahuluan Potensi Nikel Laterit di
Daerah Pondidaha Kec. Gong Gua
Kab.Konawe Prov.Sulawesi Tenggara,
Fakultas Teknologi Mineral-ITM, Medan

Frederic H, Lahee,Ph,D, 1952 Field


Geology, McGraw-Hill, Book Company,
Inc, New York

Peter, W.C., 1978, Exploration and Mining


Geology, Jhon Wiley & Sons, New York,
Chichester Brisbane, Toronto.

Rusmana E., Sukido, Sukarna, D., Haryanto, E.&


Simanjuntak T.O., 1993, Peta Geologi Lembar
Lasusua Kendari, Sulawesi, sekala 1 :
250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.

Simanjuntak, T.O., Surono dan Sukido,


1993, Peta Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi,
sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Sismin, Data Digital Potensi Bahan
Galian Indonesia, Direktorat Sumberdaya
Mineral,Bandung.

Tim Inventarisasi Sumberdaya Mineral dan


Energi, Laporan Inventarisasi Sum,berdaya
Mineral dan Energi Kec. Asera Kab. Kendari,
Propinsi Sulawesi Tenggara, Dinas
Pertambangan dan Energi,Kabupaten Kendari,
Unaaha, th. 2001.

Anda mungkin juga menyukai