Abstrak
Hasil: Jahit epiglotis dilakukan pada 11 pasien dan laser epiglotopeksi pada
delapan pasien, pada usia rata-rata 3,95 2,4 bulan.Kecepatan operasi 2,2 kali
lipat lebih besar untuk anomali yang lebih parah (kombinasi tipe 1 dan 3 LM)
daripada LM tipe 1terisolasi. Pada tindak lanjut 6 bulan, gejala telah meningkat
secara bertahap, sama halnya dengan status gizi, dengan peningkatan skor BMI Z
rata-ratadari -3,7 sampai -0,9 (P <0,01). Rata-rata SaO2 praoperatif adalah 89,4
4,3% dengan rata-rata ODI 5,8. Pada tindak lanjut 6 bulan, rata-rata SaO2 adalah
96,7 1,1%, dan mean ODI adalah 1,2 (P <0,01).
Kesimpulan: Jahit epiglotis dan laser epiglotopeksi adalah teknik bedah yang
efisien yang menghasilkan perbaikangejala, oksigenasi dan status gizi yang
signifikan pada pasien dengan LM.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah evaluasi keberhasilan dari dua
teknik bedah yang digunakan dalam pengobatan LM berat.
Metode
Subjek
Sebanyak 116 bayi dan anak yang dirujuk untuk evaluasi stridordisaring untuk
penelitian ini. Empat puluh enam dari 116 pasien diidentifikasimemiliki LM
(40%; 95% CI: 31-49%).
Semua peserta studi adalah pasien Institut Kesehatan Ibu dan Anak, pusat
perawatan pediatrik tersier di Beograd, Serbia.Ini adalah studi prospektif yang
dilakukan antara bulan Januari 2013 dan Juni 2014. Protokol penelitian telah
disetujui oleh komite etika lokal. Semua prosedur dibahas secara rinci
denganorang tua pasien, dan informed consent untuk penyelidikan tersebut sudah
diperoleh.
Berat badan dan tinggi badan diukur dan Indeks Massa Tubuh (BMI) skor-
Z dihitung, berdasarkan grafik yang dikembangkan olehPusat Nasional Statistik
Kesehatan/WHO dalam theMulticenter Growth Reference Study.5 Anak-anak
yang memiliki anomali saluran napas dan komorbiditas lainnya (jantung
kongenitalpenyakit, penyakit paru-paru kronis, dll) yang mungkin mempengaruhi
hasilnyadieksklusi dari penelitian. Sebelum bronkoskopi, pemeriksaan pulse
oksimetri dilakukan pada setiap pasien kontinyu selama 12 jam (Model 3150Pulse
Oxymeter Pergelangan Tangan; Nonin Medis, Minneapolis, MN, USA).
Berdasarkan hasil tersebut, indeks desaturasi oksigen (ODI)dihitung untuk setiap
pasien. ODI mewakili jumlah desaturasi sewaktu (> 3% dari awal) per jam.
Pengukuran yang sama diulang 6 bulan setelah operasi.
Prosedur operasi
Gambar 1. Skema ilustrasi dari (a) laser epiglotopeksi karbon dioksida dan (b)
jahitan epiglotis untuk laringomalasia.
Analisis statistik
Hasil
Rata-rata SaO2 pada semua pasien adalah 89,4 4,3%, dan rata-rata ODI
5.8. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antar kelompok. Pasien
dari kedua kelompok mengalami peningkatan yang signifikanrata-rata SaO2 pada
6 bulan setelah intervensi (96,7 1,1%; kelompok 1,t = -4,85, P <0,01; kelompok
2, t = -5,76, P <0,01).
Hanya ada dua pasien dari kelompok 2, semua gejala terus berlanjut
setelah laser epiglotopeksi awal. Tindak lanjut endoskopi menunjukkan obstruksi
supraglottik yang persisten, oleh karena itu dibutuhkan reintervensi bedah. Selama
laserepiglotopeksi kedua, eksisi dibuat lebih luas pada permukaan lingual dari
epiglotis dan, sebagai tambahan, dilakukan jahitan epiglotis. Pada kedua pasien
ini, gejalanya berangsur-angsur membaik.
Diskusi
Jahitan epiglotis dan laser epiglottopeks adalah prosedur yang aman dan
efisienyang menyebabkan penurunan gejala yang signifikan, dan perbaikanstatus
oksigenasi dan gizi pada pasien denganLM. Tipe LM yang lebih rumit dikaitkan
dengan kemungkinan untuk tatalaksana bedahyang lebih besar, meskipun ini
bukan risikountukhasil yang tidak menguntungkan.