Kata thyroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar ini merupakan
kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh capsula yang
berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Capsula ini melekatkan thyroid ke
larynx dan trachea. Kelenjar thyroid terletak di leher depan setentang vertebra
cervicalis 5 sampai thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan
oleh isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apex di atas sejauh
linea oblique lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah pada cincin trachea
5 atau 6.
Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang
dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel dibatasi oleh
epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah muda yang disebut
koloid. Isthmus adalah bagian kelenjar yang terletak di garis tengah dan
menghubungkan bagian bawah lobus dextra dan sinistra (isthmus mungkin juga
tidak ditemukan). Diameter transversa dan vertical 1,25 cm.
1
Thyroidea ima.
Vascularisasi
1. Sistem Arteri
a. A. Thyroidea superior, adalah cabang A. Carotis externa yang masuk ke
jaringan superficial kelenjar, mendarahi jaringan connective dan capsule.
b. A. Thyroidea inferior adalah cabang trunchus thyreocervicalis dan masuk ke
lapisan dalam kelenjar, mendarahi jaringan parenkim dan propia kelenjar.
c. A. Thyroidea ima, Arteri ini kadang-kadang dijumpai merupakan cabang arcus
aorta atau A. Brachiocephalica dan mendarahi istmus.
d. A. Thyroidea acessorius, adalah cabang-cabang A. Oesophageal dan
Tracheal yang masuk ke facies posteromedial.
2. Sistem Vena
a. V. Thyroidea superior; muncul dari polus superior dan berakhir pada vena
jugularis interna (kadang-kadang V. Facialis)
b. V. Thyroidea inf.; muncul dari margo bawah istmus dan berakhir pada V.
Brachiocephalica sin.
c. V. Thyroidea media; muncul dari pertengahan lobus lateralis dan berakhir di
V. Jugularis int.
3. Aliran Lymphatic
a. Ascending Lymphatic
Media, mengalir ke prelaryngeal lymph node yang terletak pada membrane
cricothyroidea
Lateral, mengalir ke Jugulo-digastric grup dari deep cervical lymph node.
b. Descending Lymphatic
Medial, mengalir ke pretracheal grup di trachea
Lateral, mengalir ke Gl. Recurrent chain pada N. Laryngeus recurrent.
Sumber:
http://iws.collin.edu/mweis/BIOL%202402/Lab/lab%20exercise%20reviews/endocrin
e/histo_endocrine/web_ready/histo_labeled_endocrine_%20thyroid_parathyroid.gif
2
Kelenjar tiroid terdiri dari lobus-lobus, masing-masing lobus mempunyai ketebalan
lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus tersusun oleh
30 40 sel folikel (thyrocyte) dan parafolikuler. Unit struktural dari tiroid adalah
folikel, yang tersusun rapat, berupa ruangan bentuk bulat yang dilapisi oleh selapis
sel epitel bentuk gepeng, kubus sampai kolumnar. Konfigurasi dan besarnya sel-sel
folikel tiroid ini dipengaruhi oleh aktivitas fungsional daripada kelenjar tiroid itu
sendiri. Bila kelenjar dalam keadaan inaktif, sel-sel folikel menjadi gepeng dan akan
menjadi kubus atau kolumnar bila kelenjar dalam keadaan aktif. Pada keadaan
hipertiroidism, sel-sel folikel menjadi kolumnar dan sitoplasmanya terdiri dari vakuol-
vakuol yang mengandung koloid.
Folikel-folikel tersebut mengandung koloid, suatu bahan homogen eosinofilik. Variasi
densiti dan warna daripada koloid ini juga memberikan gambaran fungsional yang
signifikan; koloid eosinofilik yang tipis berhubungan dengan aktivitas fungsional,
sedangkan koloid eosinofilik yang tebal dan banyak dijumpai pada folikel dalam
keadaan inaktif dan beberapa kasus keganasan. Pada keadaan yang belum jelas
diketahui penyebabnya, sel-sel folikel ini akan berubah menjadi sel-sel yang besar
dengan sitoplasma banyak dan eosinofilik, kadang-kadang dengan inti
hiperkromatik, yang dikenal sebagai oncocytes (bulky cells) atau Hrthle cells.
Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan
pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin, merupakan tempat hormon
tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon tiroid utama yang
dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Sel
pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu sel parafolikular yang terdapat
pada dasar folikel dan berhubungan dengan membran folikel, sel ini mensekresi
hormon kalsitonin, suatu hormon yang dapat merendahkan kadar kalsium serum dan
dengan demikian ikut berperan dalam pengaturan homeostasis kalsium.
Tiroksin (T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3) mengandung
tiga atom yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan T3,
tetapi apabila dibandingkan milligram per milligram, T3 merupakan hormon yg >
aktif daripada T4.
2 Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Biokimia Hormon Tiroid
2.1 Memahami dan Menjelaskan Sintesis Hormon Tiroid
3
Mekanisme sintesis, sekresi, dan faktor yang mempengaruhi hormon tiroid ada 7
tahap, yaitu:
1. Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal
sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa
Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy
dependent dan membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh
pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K
yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.
2. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus
dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase.
Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan
residu tirosin membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada
molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh
kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka
akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di
intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan
lebih banyak daripada T4.
3. Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang
terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga
akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin
beserta tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan
kondensasi molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin.
Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui
proses eksositosis granula.
4. Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan
disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan
T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
5. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini
kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta
iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.
6. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan
vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom
akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang
menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.
4
7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan
kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah
yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya
0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas.
Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan
normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan kadar hormon bebas. Namun dalam
keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada seorang lansia yang
mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik cenderung
mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa yang
meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati
yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4
bebas akan meningkat.Bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan
iodium.
Langkah-langkah terbentuknya tiroksin adalah :
1. Tiroglobulin (Tg) diproduksi oleh kompleks Golgi/ reticulum endoplasma sel folikel
tiroid. Asam amino tirosin didapatkan dari dalam darah diikatkan kepada Tiroglobulin
dan diekspor ke koloid dengan endositosis.
2. Iodium dari dalam darah dipindahkan ke dalam koloid melalui pompa iodium,
3. Dalam kolid, Iodium diikatkan ke tirosin di dalam molekul triglobulin. (1 I + tirosin =
monoiodotirosin (MIT) ; 2 I + tirosin = diiodotirosin (DIT))
4. Lalu terjadi proses penggabungan antara molekul tirosin yang beriodium untuk
membentuk hormone tiroid.
1 MIT + 1 DIT = Triiodotironin (T3)
1 DIT + 1 DIT = Tertraiiodotironin (T4/ Tiroksin)
Anatar 2 MIt tidak terjadi penggabungan
5. Semua produk tetap terikat dengan tiroglobulin. Hormon tetap tersimpan dalam
bentuk tersebut dalam koloid sampai terurai dan disekresikan.
5
iodotirosin yang inaktif, MIT dan DIT. Hormone tiroid karena sangat lipofilik, mudah
melewati membrane luar sel folikel dan masuk ke dalam darah. MIT dan DIT tidak
memiliki nilai endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang secara cepat
mengeluarkan iodium dari MIT dan DIT sehingga iodium yang telah bebas ini dapat
didaur ulang untuk membentuk lebih banyak hormone. Enzim yang sangat spesifik
ini akan mengeluarkan iodium hanya dari MIT dan DIT, bukan dari T3 atau T4.
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, molekul-molekil hormone tiroid yang sangat
lipofilik (dan karenanya tidak larut air) berikatan dengan beberapa protein plasma.
Sebagian besar T3 dan T4 diangkut oleh thyroxine binding globulin (TBG), suatu
protein plasma yang secara selektif berikatan hanya dengan hormon tiroid. Selain
thyroxine binding globuline (TBG) terdapat protein plasma lain yang dapat
mengangkut T3 dan T4, yaitu albumin dan thyroxine binding prealbumin (TBPA).
Kurang dari 1 % T3 dan kurang dari 1% T4 tetap berada dalam bentuk bentuk bebas
(tak terikat). Hal ini luar biasa mengingat hanya bentuk bebas dari keseluruhan
hormone tiroid, yang memiliki akses ke reseptor sel sasaran dan menimbulkan efek.
Sekitar 90% dari produk sekretorik yang dibebaskan dari kelenjar tiroid adalah dalam
bentuk T4 namun T3 memiliki aktivitas biologis empat kali lebih kuat. Meskipun
demikian, sebagian besar dari T4 yang disekresikan diubah menjadi T3, atau
diantifkan, ditanggalakan satu iodiumnya di luar kelenjar tiroid, terutama di hati dan
ginjal. Sekitar 80% T3 berasal dari T4 yang telah mengalami proses penanggalan di
perifer. Karena itu, T3 adalah bentuk hormon tiroid utama yang aktif secara biologis
di tingkat sel, meskipun kelenjar tiroid terutama menghasilkan T 4.
6
Hampir semua jaringan di tubuh terpengaruh langsung atau tak langsung oleh
hormone tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori
yang saling timpah-tindih.
1. Efek pada laju metabolisme dan produksi panas
Hormon tiroid meningkatkan laju metabolism basal keseluruhan tubuh, atau
laju langsam. Hormon ini adalah regulator terpenting laju konsumsi O 2 dan
pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
Efek metabolik hormon tiroid berkaitan erat dengan efek kalorinergik
(penghasil panas). Peningkatan aktivitas metabolik menyebabkan
peningkatan produksi panas.
3. Efek simpatomimetik
Setiap efek yang serupa degan yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis
dikenal sebagai efek simpatomimetik (menyerupai simpatis). Hormone tiroid
meningkatkan responsivitas sel sasaran terhadap katekolamin (epinefrin dan
norepinefrin), pembawa pesan kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf
simpatis dan medulla adrenal. Hormone tiroid melaksanakan efek permisif ini
dengan menyebabkan proloferasi reseptor sel sasaran spesifik katekolamin.
Karena pengaruh ini, banyak dari efek yang diamati ketika sekresi hormon
tiroid meningkat adalah serupa dengan yang menyertai pengaktifan sistem
saraf simpatis.
Secara umum efek hormon thyroid adalah meningkatkan aktifitas metabolisme pada
hampir semua jaringan dan organ tubuh, karena perangsangan konsumsi oksigen
semua sel-sel tubuh. Kecepatan tumbuh pada anak-anak meningkat, aktifitas
beberapa kelenjar endokrin terangsang dan aktifitas mental lebih cepat.
Efek Kalorigenik Hormon thyroid
T4 dan T3 meningkatkan konsumsi O2 hampir pada semua jaringan yang
metabolismenya aktif, kecuali pada jaringan otak orang dewasa, testis, uterus,
kelenjar limfe, limpa dan hipofisis anterior.
Beberapa efek kalorigenik hormon thyroid disebabkan oleh metabolisme asam
lemak yang dimobilisasi oleh hormon ini. Di samping itu hormon thyroid
meningkatkan aktivitas Na+-K+ATPase yang terikat pada membran di banyak
jaringan.
Bila pada orang dewasa taraf metabolisme ditingkatkan oleh T4 dan T3, maka
akan terjadi peningkatan ekskresi nitrogen. Bila masukan makanan tidak
ditingkatkan pada kondisi tersebut, maka protein endogen dan simpanan lemak
akan diuraikan yang berakibat pada penurunan berat badan.
8
Efek Hormon Thyroid pada Sistem Saraf
Hormon thyroid memiliki efek yang kuat pada perkembangan otak. Bagian SSP
yang paling dipengaruhi adalah korteks serebri dan ganglia basalis. Di samping
itu, kokhlea juga dipengaruhi. Akibatnya, defisiensi hormon thyroid yang terjadi
selama masa perkembangan akan menyebabkan retardasi mental, kekakuan
motorik dan ketulian.
Hormon thyroid juga menimbulkan efek pada refleks. Waktu reaksi refleks regang
menjadi lebih singkat pada hipertiroidisme dan memanjang pada hipotiroidisme.
Pada hipertiroidisme, terjadi tremor halus pada otot. Tremor tersebut mungkin
disebabkan karena peningkatan aktivitas pada daerah-daerah medula spinalis
yang mengatur tonus otot.
9
reseptor LDL di hati, yang menyebabkan peningkatan penyingkiran kolesterol
oleh hati dari sirkulasi.
10
BIOKIMIA
11
3 Memahami dan Menjelaskan Gangguan Tiroid
3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Gangguan Tiroid
Hyperthyroidism
Tirotoksikosis adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan oleh meningkatnya
kadar T3 dan T4 bebas. Karena terutama disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid,
tirotoksikosis sering disebut sebagai hipertiroidisme.
Sebenarnya, hipertiroidisme hanyalah salah satu (walaupun yang tersering) kategori
tirotoksikosis.
Hipothyroidism
Kelainan structural atau fungsional yang mengganggu pembentukan hormone tiroid
dalam jumlah yang memadai.
Gambaran Hipotiroidisme adalah kretinisme dan miksedema.
- Kretinisme : hipotiroidisme yang terjadi pada masa bayi atau masa anak awal.
- Miksedema : Hipotiroidisme yang terjadi pada anak yang lebih dewasa atau
orang dewasa.
Struma thyroid noduler dan struma nontoksik difus
Adanya gondok atau struma menandakan gangguan sintesis hormone tiroid, yang
paling sering disebabkan oleh defisiensi yodium dalam makanan. Gangguan sintesis
hormon tiroid menyebabkan peningkatan kompensatorik kadar TSH serum, yang
selanjutnya menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia sel folikel tiroid dan akhirnya
pembesraan makroskopik kelenjar tiroid.
Penyakit graves
Penyakit yang memiliki trias manifestasi ( Tirotokiskosis akibat pembesaran difus
tiroid yang hiperfungsional terjadi pada semua kasus ; Oftalmopati infiltrative yang
menyebabkan eksoftalmof terjadi pada hampir 40% pasien; Dermopati infiltratif loksl
kadang disebut miksedema pratibia)
Tiroiditis
Peradangan pada kelenjar tiroid.
Adenoma tiroid
Neoplasma Jinak folikel.
Karsinoma tiroid
Keganasan pada tiroid
Eutiroid
Suatu keadaan dimana kadar hormone tiroid di dalam tubuh rendah pada pasien-
pasien dengan fungsi kelenjar tiroid yang normal tanpa adanya penyakit tiroid.
12
3.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Gangguan Tiroid
Hipertiroidisme
Distribusi jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroid amat bervariasi
dari berbagai klinik. Perbandingan wanita dan laki-laki yang didapat di RSUP
Palembang adalah 3,1 : 1 di RSCM Jakarta adalah 6 : 1, di RS. Dr. Soetomo
8 : 1 dan di RSHS Bandung 10 :1. Sedangkan distribusi menurut umur di
RSUP Palembang yang terbanyak adalah pada usia 21 30 tahun (41,73%),
tetapi menurut beberapa penulis lain puncaknya antara 3040 tahun. Jumlah
penderita penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 1960 diperkirakan 200 juta,
12 juta di antaranya terdapat di Indonesia. Angka kejadian hipertiroid yang
didapat dari beberapa klinik di Indonsia berkisar antara 44,44% 48,93%
dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok. Di AS diperkirakan
0,4% populasi menderita hipertiroid, biasanya sering pada usia di bawah 40
tahun.
Hipotiroidisme
Insidens berbagai penyebab hipotiroidisme akan berbeda-beda tergantung
faktor-faktor geografis dan lingkungan seperti diet iodida dan asupan bahan-
bahan goitrogenik, ciri-ciri genetika dan populasi dan distribusi umur populasi
(anak atau dewasa). Hipotiroidisme terutama terjadi pada usia setelah 40
tahun. Sesudah 65 tahun prevalensinya meningkat sebesar 10% pada wanita
dan 83% pada pria.
Hipotiroid
1. Waktu kejadian
a. Kongenital
Agenesis ataudisgenesis kelenjar tiroid atau gangguan sintesis hormon tiroid.
Disgenesis kelenjar tiroid berhubungan dengan mutasi pada gen PAX 8 dan
thyroid transcription factor 1 dan 2
b. Akuisital
Tiroiditis autoimun yang sering disebut tiroiditas Hashimoto.Peran autoimun
pada penyakit ini didukung adanya gambaran infiltrasi limfosit pada kelenjar tiroid
dan adanya antibodi tiroid dalam sirkulasi darah. Hipotiroid akuisital juga
dapatdisebabkan oleh jejas pada kelenjar tiroid sebelumnya oleh karena operasi
atau radiasi (misalnya : radioterapi eksternal pada penderita head and neck
cancer, terapi yodium radioaktif pada tirotoksikosis, paparan yodium radioaktif
yang tidak disengaja
b. Sentral
13
Berhubungan dengan penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi
hormone thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh hipothalamus atau produksi
tirotropin(TSH) oleh hipofisis
3. Jangka waktu
a. Transient
Penggunaan obat obatan yang mempengaruhi produksi hormon tiroid (mis :
amiodaron, lithium, interferon). Hipotiroid transient juga ditemukan pada dua
kondisi peradangan yaitu tiroiditis subakut (deQuervains thyroiditis) dan tiroiditis
limfositik (tiroiditis post partum)
b. Permanent
Hipertiroid
Dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2,yaitu :
1. Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid
itusendiri, contohnya :
a. Graves disease
b. Functioning adenoma
c. Toxic multinodular goiter
d. Tiroiditis
Struma
1.Struma non toxic nodusa
Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah kekurangan iodium. Akan
tetapi pasien dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya belum
diketahui. Struma non toxic disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi sedang
yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah
kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hypothyroidism dan cretinism.
b. Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada preexisting
penyakit tiroid autoimun
14
c. Goitrogen :
- Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants
yang mengandung yodium
- Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol
berasal dari tambang batu dan batubara.
- Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak cina, brussels
kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam rumput liar.
d.Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon kelejar tiroid
e.Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak
mengakibatkan nodul benigna dan maligna
15
Penyakit Neoplasm Endemi Tirotoksikosis Grave,
a c goiter, sekunder Tirotoksikosis
Gravida primer
Hipotiroidisme
1. Pada bayi ditemukan kretinisme disertai retardasi mental, postur kecil, muka dan
tangansembab. Sedangkan pada anak ditandai dengan retardasi mental dan
gangguantumbuh kembang.
2. Kelambanan
3. Anemia
4. Perlambatandaya pikir
5. Gerakan yang canggung dan lambat
6. Penurunan frekuensi denyut jantung
16
7. Pembesaran jantung (jantung miksedema) dan penurunan curah jantung
8. Pembengkakan dan edema kulit, terutama dibawah mata dan dipergelangan kaki
9. Penurunan kecepatan metabolisme
10. Penurunan kebutuhan kalori
11. Penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi
12. Konstipasi
13. Perubahan dalam fungsi reproduksi
14. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
15. Kadang dijumpai depresi atau bahkan sangat agitatif yaitu myxedema madness
karenagangguan pada system saraf pusat. Biasa terjadi gelisah, paranoid, atau
terlalu senang.
Hipertiroidisme
2. Exophtalmus
Kondisi dimana bola mata menonjol keluar. Tanpa ada Gambar 3.1
alasan yang terlalu jelas, dibelakang mata tertimbun
karbohidrat kompleks yang menahan air. Retensi cairan
dibelakang mata mendorong bola mata kedepan,
sehingga mata menonjol keluar dari tulang orbita.Kondisi
seperti ini rentan terjadi ulkus kornea yang dapat
mengakibatkan kebutaan.
17
3. Tremor
Frekuensi tremor antara 10-50x/menit hal ini karena efek hormone tiroid pada
systemsimpatis.
4. Takikardi
Kisaran nadi antara 90 dan 100 kali permenit, tekanan darah sistolik (bukan
diastolic)meningkat. Salah satu fungsi dari hormon tiroid yang diproduksi oleh
kelenjar tiroid yaituadalah untuk mengatur kerja pada sistem
kardiovaskuler.Hormon tiroid ini berfungsiuntuk meningkatkan kecepatan denyut
dan kekuatan kontraksi jantung, sehingga curah jantung meningkat.Mungkin
terjadi fibrilasi atrium dan dekompensasi jantung dalambentuk gagal jantung
kongestif, terutama pada pasien lansia.
5. Pembesaran tiroid
Pada hipertiroid kelenjar tiroid di paksa mengsekresikan hingga diluar batas
sehinggauntuk memenuhi kebutuhan sel-sel kelenjar tiroid membesar dan
menekan area trakeadan esofagus sehingga terjadi gangguan respirasi, menelan
dan sesak nafas juga bisadisebabkan oleh kelemahan otot-otot pernafasan yang
dapat menyebabkan dipsneadan edema.
7. Toleransi terhadap panas buruk dan banyak berkeringat, kulit kemerahan dan
mudahmenjadi lunak,hangat dan lembab. Terdapat clubbing finger yang disebut
plumer nail.
Struma
1. Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau hipertirodisme.
2. Peningkatan metabolisme karena klien hiperaktif dengan meningkatnya denyut
nadi.
3. Peningkatan simpatis seperti ; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah,
berkeringat,tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.
4. Pembesaran pada leher yang dapat mengganggu nilai penampilan
5. Rasa tercekik di tenggorokan kadang disertai nyeri karena trachea dan
esofagustertekan jaringan yang membesar.
6. Suara serak karena terdapat timbunan secret dan obstruksi pita suara
7. Kesulitan menelan karena tertekannya saluran esophagus
8. Fotofobia
18
3.6 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Gangguan Tiroid
Hipertiroidisme
Karena kadar hormon tiroid meningkat, gejala yang ditimbulkan terhadap tubuh
dapat berupa:
Kelenjar tiroid mensekresi prekursor hormon tiroid T4/T3 dan kalsitonin
Katabolisme protein, karbohidrat, dan lipid meningkat penurunan BB
Kadar T3 yang beredar dalam darah memberikan umpan balik negatif melalui
hipotalamus untuk menurunkan kadar TRH dan melalui hipofisis untuk
menurunkan kadar TSH.
19
Hipotiroidisme
20
o Pada hipotiroidisme yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid atau
kekurangan iodium, gondok timbul karena kadar hormon tiroid dalam darah
sirkulasi sedemikian rendah, sehingga tidak ada inhibisi umpan-balik negatif
ke hipofisis anterior, dan dengan demikian sekresi TSH meningkat. Ingatlah,
bahwa TSH bekerja pada tiroid untuk meningkatkan kecepatan sekresi sel-sel
tersebut.
o Pada hipotiroidisme sekunder dari kegagalan hipotalamus atau hipofisis
anterior tidak akan disertai oleh gondok karena rangsangan yang adekuat
bagi kelenjar tiroid saja tidak ada, apalagi rangsangan yang berlebihan.
Struma
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan
dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid
oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic
gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel
tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan
menyebabkan struma.
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan
peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah
dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika
proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon
tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen.
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang
termasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise
yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar
hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin
21
9. Nafsu makan turun -3
10. Berat badan naik -3
11. Berat badan turun +3
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita
yang berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher
sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu
diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul,
bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta
untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.
b. Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk
duduk, leher dalam posisi fleksi.Pemeriksa berdiri di belakang pasien
dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada
tengkuk penderita.
Interpretasi hasil :
Hipertiroid : 20
Eutiroid: 11 18
Hipotiroid : <11
22
3. Pemeriksaan Laboratorium
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantaraan tes-tes
fungsi hormone tiroid. Tes-tes berikut ini sekarang digunakan untuk
mendiagnosis penyakit tiroid:
Hipotiroid
T3 dan T4 serum rendah
TSH meningkat pada hipotiroid primer
TSH rendah pada hipotiroid sekunder
- Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
- Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
23
Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
Peningkatan kolesterol
Pembesaran jantung pada sinar X dada
EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS&
gelombang T datar atau inversi
Hipertiroid
TSH serum menurun
Tiroksin bebas, T4 dan T3 serum, T3 resin atau T4 uptake, free thyroxine index
semua meningkat
Ambilan Yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid meningkat
Basal metabolic rate (BMR) meningkat
Kadar kolesterol serum menurun
4. Pemeriksaan Penunjang
Gambar 3.2
a. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Sebagian besar ahli endokrin sepakat menggunakan biopsy aspirasi
jarum halus sebagai langkah diagnostik awal daalm pengelolaan nodul
thyroid, dengan catatan harus dilakukan oleh operator dan di nilai oleh
ahli sitologi yang berpengalaman. Ditangan ahli, ketetapan diagnosis
BAJAH berkisar antara 70-80%, dengan hasil negatif palsu keganasan
antara 1-6% sekitar 10% hasil sitologi positif ganas dan sepertiganya
(3-6%) positif palsu, yang sering kali disebabkan tiroiditis Hashimoto.
Sebagian besar (80%) nodul demikian memberikan gambaran nodul
dingin pada sidik thyroid. Ketepatan diagnonostik BAJAH akan
meningkat bila sebelum biopsy dilakukan penyidikkan isotopic atau
ultrasonografi. Sidik thyroid diperlukan untuk menyingkirkan nodul
thyroid otonom dan nodul fungsional hiperplastik, sedangkan
24
ultrasonografi selain untuk membedakan nodul kistik dari padat dan
menetukan ukuran nodul, juga berguna untuk menuntun biopsy.
Teknik BAJAH aman, murah, dan dapat dipercaya, serta dapat
dilakukan pada pasien rawat jalan dengan resikoyang kecil. Dengan
BAJAH, tindakan bedah dapat di kurangi sampai 50% kasus nodul
thyroid, dan pada waktu bersamaan meningkakan ketepatan kasus
kegansan pada tiroidektomi.
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) tiroid merupakan salah satu pencitraan diagnostik (imaging
diagnostic) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh (dalam hal ini, tiroid), dimana kita
dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta hubungan dengan
jaringan sekitarnya.
Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang digunakan untuk mencitrakan
organ internal dan otot, ukuran, struktur, dan luka patologi, sehingga membuat teknik
25
ini berguna untuk memeriksa organ.
Akhir-akhir ini pemeriksaan USG tiroid menjadi semakin populer dan berkembang
terutama dengan digunakannya alat USG yang dilengkapi atau mempunyai daya
resolusi yang tinggi.
Selain penggunaannya yang semakin populer, peran USG pada pemeriksaan
kelenjar tiroid juga berkembang pesat, antara lain:
Dengan cepat dapat menentukan apakah tonjolan pada daerah leher berada di
dalam atau di luar tiroid.
Dengan cepat dan akurat dapat membedakan lesi kistik atau lesi solid.
Dengan lebih mudah dapat dikenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih
dari satu.
Dapat membantu penilaian respon pengobatan pada terapi supresif.
Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui
tumor primernya.
Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan risiko tinggi untuk
menemukan keganasan tiroid.
Sebagai pengarah pada biopsi aspirasi tiroid.
Tiroid adalah organ endokrin yang terletak berpasangan dangkal di bagian bawah
leher. Biasanya, terdiri dari dua lobus, kanan dan kiri, dihubungkan dengan istmus.
Kelenjar tiroid dipisahkan dari kulit yang hiperekogenik hanya oleh lapisan otot tipis
yang hipoekoik (sternohyoid, sternotiroid), yang menyusun dinding anterior tiroid.
Pembuluh darah besar di leher, yaitu common carotid artery dan vena jugular,
terletak pada dinding lateral kelenjar tiroid. Pada dinding posterolateral, terdapat otot
sternokleidomastoideus yang sangat mudah dilihat pada laki-laki dan pasien yang
kurus. Kedua lobus tiroid terletak lateral disamping trakea. Kerongkongan, yang
sering keliru digambarkan sebagai nodul tiroid, terletak di dinding posteromedial
tiroid, tersering pada sisi kiri. Biasanya berbentuk oval atau bulat dan ukurannya
sekitar 10 mm. Namun dapat dengan mudah dibedakan dari lesi tiroid, yaitu dengan
meminta pasien untuk menelan, sehingga memungkinkan seseorang untuk
mengamati adanya konsentris terjepit di dalamnya berupa air liur yang hiperekoik.
26
Leher anterior digambarkan cukup baik dengan sonografi skala standar abu-abu.
Kelenjar tiroid sedikit lebih padat daripada struktur yang berdekatan karena
kandungan yodium dari tiroid itu sendiri, memiliki gambaran homogen dengan
penampilan seperti kaca yang mengkilap. Setiap lobus memiliki kontur bulat
berbentuk halus dan tidak lebih dari 3 - 4 cm tingginya, 1 - 1,5 cm lebar, dan
kedalaman 1 cm. Istmus diidentifikasi dengan sangat baik, terletak di anterior trakea
sebagai struktur yang homogen yang kira-kira 0,5 cm dan 2 - 3 mm kedalamannya.
Lobus piramidal tidak terlihat, kecuali diperbesar secara signifikan. Otot-otot
sekitarnya ekogenisitasnya lebih rendah daripada jaringan tiroid. Trakea berisi udara
tidak mengirimkan sinyal USG dan hanya bagian anterior dari cincin tulang rawan
memiliki gambaran yang cerah. Arteri karotis dan pembuluh darah lainnya memiliki
gambaran echo-free kecuali jika terjadi kalsifikasi.
Ada sekitar 1-2 mm zona free echo di permukaan dan di dalam tiroid yang diwakili
pembuluh darah. Sifat vaskular dari semua daerah dapat ditunjukkan oleh
pencitraan Doppler berwarna untuk membedakan mereka dari struktur kistik.
Kelenjar getah bening dapat diamati dan saraf umumnya tidak terlihat. Kelenjar
paratiroid yang diamati hanya ketika organ tersebut diperbesar dan kurang padat
daripada jaringan tiroid karena tidak adanya yodium.
27
Gambaran Kelainan pada USG Tiroid
1. Nodul Tiroid
Nodul tiroid dapat diidentifikasi dengan sonografi karena mereka dapat mengubah
bentuk seragam atau pola echo kelenjar tiroid. Nodul tiroid mungkin besar atau kecil.
Mereka mungkin mendistorsi/mengubah arsitektur tiroid di sekitarnya atau mungkin
tinggal di dalam lobus dan akan mengganggu bentuk sebenarnya. Gambaran yang
paling mungkin berupa jaringan padat atau terdiri dari daerah padat diselingi dengan
echofree zone yang berisi cairan hemoragik atau zona degeneratif. Sebagian besar
nodul tiroid memiliki penampilan USG kurang padat dari jaringan tiroid normal dan
beberapa lebih echo-padat. Terkadang ditemukan tepi sonolucent, yang disebut
halo, mungkin tampak di sekitar nodul. Hal ini merupakan kapsul atau jenis lain,
seperti peradangan atau edema, memisahkan nodul dan sisanya dari kelenjar.
Teknik Doppler dapat menunjukkan vaskularisasi meningkat dalam nodul atau halo.
Nodul bukan penyakit tunggal tetapi merupakan manifestasi penyakit yang berbeda
termasuk adenoma, karsinoma, radang, kista, daerah fibrosis, daerah pembuluh
darah, dan akumulasi koloid.
2. Goiter
Pada saat ini, sonografi berguna untuk mengetahui gambaran ultrasonik nodul yang
dominan dalam gondok, wilayah yang mengalami pembengkakan karena mungkin
memberikan petunjuk tentang patologi. Sebagai contoh, sonografi dapat
mengidentifikasi satu wilayah dalam tiroid dengan pola echo berbeda dari tiroid,
terutama jika wilayah ini dikelilingi oleh plak sonoleucent tidak lengkap dan tidak
teratur, memiliki microcalcifications atau pemeriksaan Doppler mengungkapkan
vaskularitas internal.. Kegunaan lain dari sonografi pada pasien berhubungan
dengan tiroid meliputi diferensiasi tiroid, pembesaran dari jaringan adiposa atau otot,
mengidentifikasi massa yang dan asimetris, membenarkan ekstensi substernal, dan
obyektif mendokumentasikan perubahan volume dalam respon terhadap terapi
penekan dengan tiroid hormon, dimana informasi ini yang sangat berguna ketika
pasien ingin mengetahui perubahan penyakitnya dari seorang dokter.
3. Keganasan
28
Gambaran radiologi untuk karsinoma tiroid sangat beraneka ragam, sehingga
dibutuhkan interpretasi yang tepat untuk menggambarkan suatu tumor/kanker.
Terkadang kejadian nodul tiroid sering bersamaan dengan karsinoma tiroid.
Beberapa tanda-tanda lesi ganas dan jinak secara USG adalah:
Batas Tak tegas, ireguler Tegas, reguler (teratur)
Internal Inhomogen, dominan hipoekoik, tunggal Homogen, hiperekoik,
multiple
Penampak lesi Solid, mikrokalsifikasi Kistik campur solid
Halo Negatif Komplit
Vaskularisasi Sentral Perifer
29
1. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.
2. Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya.
Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
3. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti
fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.
4. Nodul normal jika distribusi penangkanap difus/rata di kedua lobi
Dari hasil pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dibedakan apakah yang kita
hadapi itu suatu keganasan atau sesuatu yang jinak. Keganasan biasanya terekam
sebagai nodul dingin dan soliter tetapi tidak berarti bahwa semua nodul dingin
adalah keganasan. Liecthy mendapatkan bahwa 90% dari nodul dingin adalah jinak
dan 70 % dari semua nodul jinak adalah juga nodul dingin. Nodul yang hangat
biasanya bukan keganasan. Namun Alves dkk pada penelitiannya mendapatkan 2
keganasan di antara 24 nodul hangat. Apabila ditemukan nodul yang panas ini
hampir pasti bukan suatu keganasan.
e. Studi in-vitro
30
Penentuan kadar hornon thyroid dan TsHs diperlukan untuk
mengetahui fungsi thyroid. Nodul yang fungsional (nodul autonom)
dengan kadar TsHs tersupresi dan hormone thyroid normal dapat
menyingkirkan kegansan. Kadar kalsitoni perlu diperiksa bila ada
riwayat keluarga dengan thyroid medulase atau multiple endocrine
neopasia tipe 2.
31
dibutuhkan dosis T4 lebih besar. Levotiroksin memiliki mempunyai waktu paruh
cukup panjang (7 hari) sehingga jika pasien tidak mampu mendapat terapi lewat
mulut untuk beberapa hari; meniadakan terapi levotiroksin tidak akan mengganggu.
Namun, jika pasien mendapat terapi parenteral, dosis parenteral T4 kira-kira 75-80%
dosis per oral.
Terapi Koma Miksedema : Koma miksedema adalah kedaruratan medis yang akut
dan harus ditangani di unit perawatan intensif. Gas-gas darah harus dimonitor
secara teratur, dan pasien-pasien biasanya membutuhkan intubasi dan ventilasi
mekanis. Penyakit-penyakit yang berhubungan seperti infeksi atau gagal jantung
dicari dan harus diobati dengan terapi yang tepat. Cairan intravena harus diberikan
dengan hati-hati dan asupan cairan bebas berlebihan harus dihindarkan karena
pasien-pasien dengan koma miksedema mengabsorpsi semua obat-obatan dengan
buruk, pemberian levotiroksin harus secara intravena. Pasien-pasien ini mempunyai
deplesi tiroksin serum yang sangat jelas dan sejumlah besar tempat-tempat
pengikatan yang kosong, pada globulin pengikat tiroksin dan jadi harus menerima
dosis muatan awal tiroksin intravena, diikuti dengan suatu dosis harian intravena
yang kecil. Suatu dosis awal sejumlah 300-400 ug levotiroksin diberikan intravena,
diikuti oleh 50 ug levotiroksin intravena setiap hari. Petunjuk klinis adanya perbaikan
adalah peningkatan suhu tubuh dan kembalinya fungsi serebral yang normal dan
fungsi pernapasan. Jika diketahui pasien memiliki fungsi adrenal normal sebelum
koma, dukungan adrenal mungkin tidak diperlukan. Namun, bila tidak ada data
tersedia, kemungkinan adanya penyerta insufisiensi adrenal (berhubungan dengan
penyakit adrenal autoimun atau nsufisiensi) bisa terjadi. Pada kasus ini, kortisol
plasma harus diukur atau, jika waktu memungkinkan (30 menit), uji stimulasi
kosintropin harus dilakukan.
32
untuk 2 minggu, dengan meningkatkan 0,025 mg setiap 2 minggu sampai mencapai
dosis 0,1 atau 0,125 mg per hari. Biasanya diperlukan waktu 2 bulan untuk seorang
pasien mencapai keseimbangan dengan dosis penuh. Pada pasien-pasien ini,
jantung sangat peka terhadap kadar tiroksin yang beredar dan bila terjadi angina
pektoris atau aritmia jantung, perlu untuk menurunkan dosis tiroksin dengan segera.
Pada pasien-pasien yang lebih muda atau pasien-pasien dengan penyakit ringan,
penggantian penuh dapat segera dimulai.
Efek Toksik Terapi Levotiroksin
Tidak dilaporkan adanya alergi terhadap levotiroksin murni, walau mungkin pada
pasien timbul alergi terhadap pewarna atau beberapa komponen tablet. Reaksi
toksik utama kelebihan levotiroksin adalah gejala-gejala hipotiroidisme (terutama
gejala-gejala jantung) dan osteoporosis. Gejala tirotoksik pada jantung adalah
aritmia, khususnya, takikardia atrial proksimal atau fibrilasi. Insomnia, tremor,
gelisah, dan panas berlebih juga dapat mengganggu. Dengan mudah dosis harian
levotiroksin ditiadakan untuk 3 hari dan kemudian penurunan dosis mengatasi
masalah ini. Peningkatan resorbsi tulang dan osteoporosis berat telah dikaitkan
dengan hipertiroidisme yang berlangsung lama dan akan timbul pada pasien yang
diobati dengan levotiroksin jangka lama. Hal ini dapat dicegah dengan pemantauan
teratur dan dengan mempertahankan kadar normal serum FT4 dan TSH pada
pasien yang mendapat terapi penggantian jangka panjang. Pada pasien yang
mendapat terapi supresi TSH untuk goiter nodular atau kanker tiroid, jika FT4I atau
FT4 dijaga pada batas normal atas (walau jika TSH disupresi) efek samping terapi
T4 pada tulang akan minimal.
Hipertiroid
1. Tirostatika (OAT- Obat Anti Tiroid)
Efek berbagai obat digunakan dalam pengelolaan tiroksikosis
Kelompok obat Efeknya Indikasi
Nadolol
33
Asam iopanoat penggunaan rutin
2. Tiroidektomi
Prinsip umum: operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid, klinis
maupun biokimiawi. Plumerisasi diberikan 3 kali 5 tetes solusio lugol fortior 7-
10 jam preoperatif, dengan maksud menginduksi involusi dan mengurangi
vaskularitas tiroid. Operasi dilakukan dengan tiroidektomi subtotal dupleks
mensisakan jaringan seujung ibu jari, atau lobektomi total termasuk ismus
dan tiroidetomi subtotal lobus lain. Komplikasi masih terjadi di tangan ahli
sekalipun, meskipun mortalitas rendah. Hipoparatiroidisme dapat permanen
atau sepintas. Setiap pasien pascaoperasi perlu dipantau apakah terjadi
remisi, hipotiroidisme atau residif. Operasi yang tidak dipersiapkan dengan
baik membawa risiko terjadinya krisis tiroid dengan mortalitas amat tinggi. Di
Swedia dari 308 kasus operasi, 91% mengalami tiroidektomi subtotal dan
disisakan 2 gram jaringan, 9% tiroidektomi total, hipokalsemia
berkepanjangan 3,1% dan hipoparatiroid permanen 1%, serta mortalitas 0%.
34
Yodium Relatif cepat Masih ada morbiditas
Relatif jarang residif 40% hipotiroid dalam 10 tahun
Radioaktif
Sederhana Daya kerja obat lambat
(I131) Jarang residif (tergantung dosis) 50% hipotiroid pasca radiasi
Terapi eksophtalmus
Selain itu pada eksoftalmus dapat diberikan terapi a.l. : istirahat dengan
berbaring terlentang, kepala lebih tinggi; mencegah mata tidak kering dengan salep
mata atau dengan larutan metil selulosa5%,untuk menghindari iritasi mata dengan
penggunaan kacamata hitam; dan tindakan operasi; dalam keadaan yang berat
diberikan prednison tiap hari
PENATALAKSANAAN BEDAH
Iodium radioaktif.
Biasanya pasien diberi oat terlebih dahulu sampai keadaan eutiroid.
Pemberian radioaktif secara bertahap tidak mengakibatkan hipotiroid.
Sedangkan pada pemberian secara langsung hipotiroid dapat terjadi oleh
karena itu diberikan terapi substitusi.
Reseksi Subtotal
Reseksi subtotal akan dilakukan identik untuk lobus kanan dan kiri, dengan mobilitas
sama pada tiap sisi. Reseksi subtotal dilakukan dalam kasus struma multinodular
toksik, struma multinodular nontoksik atau penyakit grave. Prinsip reseksi untuk
mengeksisi sebagian besar tiap lobus yang memotong pembuluh darah thyroidea
superior ,vena thyroidea media dan vena thyroidea inferior yang meninggalkan
arteria thyroidea inferior utuh. Bagian kelenjar yang dieksisi merupakan sisi
anterolateral tiap lobus, isthmus dan lobus pyramidalis. Pada beberapa pasien
35
dengan peningkatan sangat jelas dalam penyediaan darah ke kelenjar, arteria
thyroides inferior dapat diligasi kontinu atau ditutup sementara dengan klem kecil
sampai reseksi dilengkapi. Tujuan lazim untuk melindungi dan mengawetkan nernus
laryngeus recurrens dan glandula paratiroid. Telah ditekankan bahwa dalam ligasi
pembuluh darah thyroidea superior harus hati-hati untuk tidak mencederai ramus
externus nervus laryngeus superior, ia menimbulkan perubahan suara yang
bermakna. Selama tindakan operasi, perhatian cermat diberikan pada hemostasis.
Lobektomi Total
Lobektomi total dilakukan untuk tumor ganas glandula tiroid dan bila penyakit
unilobaris yang mendasari tak pasti. Beberapa ahli bedah juga lebih senang
melakukan tindakan ini pada satu sisi bagi penyakit mulinodularis dan meninggalkan
sisa agak lebih besar dalam lobus yang lain.
Bila dilakukan pengupasan suatu lobus untuk tumor ganas, maka pembuluh darah
thyroidea media dan vena thyroidea inferior perlu dipotong. Glandula paratiroid dan
nervus laryngeus recurrens diidentifikasi dan dilindungi. Jika glandula paratiroid
pada permukaan tiroid, maka ia mula-mula bisa diangkat bersama tiroid dan
kemudian ditransplantasi. Lobus tiroid diretraksi ke medial dengan dua glandula
paratiroid terlihat dekat cabang terminal arteria thyroidea inferior dan nervus
laryngeus recurrens ditutupi oleh ligamentum fasia (ligamentum Berry). Nervus ini
diidentifikasi sebagai struktur putih tipis yang berjalan di bawah ligemntum dan
biasaynya di bawah cabang terminal arteria thyroidea inferior.
Setelah menyelesaikan eksisi kelenjar ini dan kelenjar limfe, maka hemostasis dinilai
dan luka ditutup dalam lapisan. Drainase tidak diperlukan, asalkan hemostasis
diamankan.
Komplikasi Tiroidektomi
36
Perhatian bagi hemostasis adekuat saat operasi dilakukan dalam kamar
operasi berventilasi tepat dengan peralatan yang baik dan ligasi harus disertai
dengan infeksi yang dapat diabaikan.
6. Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hiptroidisme setelah reseksi
bedah tiroid jarang terlihat saat ini. Ian dihati-hatikan dengan pemeriksaan
klinik dan biokimia yang tepat pasca bedah.
37
Hipotiroidisme sering disertai depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih
jarang lagi, pasien dapat mengalami kebingungan, paranoid, atau bahkan
maniak ("myxedema madness"). Pasien memberikan respons terhadap terapi
tunggal levotrioksin atau dikombinasi dengan obat-obat psikofarmakologik.
Efektivitas terapi pada pasien hipotiroid yang terganggu meningkatkan
hipotesis bahwa penambahan T3 atau T4 pada regimen psikoterapeutik untuk
pasien depresi, mungkin membantu pasien tanpa memperlihatkan penyakit
tiroid. Penelitian lebih jauh harus dilakukan untuk menegakkan konsep ini
sebagai terapi standar.
Hipertiroid
1. Penyakit jantung tiroid (PJT) .
Diagnosis ditegakkan bila terdapat tanda-tanda dekompensasi jantung
(sesak, edem dll), hipertiroid dan pada pemeriksaan EKG maupun fisik
didapatkan adanya atrium fibrilasi.
2. Krisis Tiroid (Thyroid Storm).
Merupakan suatu keadaan akut berat yang dialami oleh penderita
tiritoksikosis (life-threatening severity). Biasanya dipicu oleh faktor stress
(infeksi berat, operasi dll). Gejala klinik yang khas adalah hiperpireksia,
mengamuk dan tanda tanda-tanda hipertiroid berat yang terjadi secara tiba-
tiba (adanya panas badan, delirium, takikardi, dehidrasi berat dan dapat
dicetuskan oleh antara lain : infeksi dan tindakan pembedahan). Prinsip
pengelolaan hampir sama, yakni mengendalikan tirotoksikosis dan mengatasi
komplikasi yang terjadi.
3. Periodic paralysis thyrotocsicosis ( PPT).
Terjadinya kelumpuhan secara tiba-tiba pada penderita hipertiroid dan
biasanya hanya bersifat sementara. Dasar terjadinya komplikasi ini adalah
adanya hipokalemi akibat kalium terlalu anyak masuk kedalam sel otot.
Itulah sebabnya keluhan PPT umumnya terjadi setelah penderita makan
(karbohidrat), oleh karena glukosa akan dimasukkan kedalam selh oleh
insulin bersama-sama dengan kalium (K channel ATP-ase).
Struma
1. Gangguan menelan atau bernafas
2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif (
jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang
menjadirapuh, keropos dan mudah patah.Pembengkakan pada leher depan
secara bertahap membesar dan membentuk benjolan,biasanya tidak sakit,
penekanan pada esophagus dan trakea.
38
setiap 4-6 minggu sampai suatu keseimbangan normaltercapai. Setelah itu, FT4 dan
TSH dapat dipantau sekali setahun.Dosis T4 harusditingkatkan kira-kira 25% selama
kehamilan dan laktasi. Pasien lebih tuamemetabolisir T4 lebih lambat, dan dosis
akan diturunkan sesuai dengan umur.
Pada suatu waktu angka mortalitas koma miksedema mencapai kira-
kira80%.Prognosis telah sangat membaik dengan diketahuinya pentingnya
respirasiyang dibantu secara mekanis dan penggunaan levotiroksin intravena.Pada
saatini, hasilnya mungkin tergantung pada seberapa baiknya masalah penyakit
dasar dapat dikelola.
Hipertiroid
Secara umum, perjalanan penyakit Graves ditandai oleh remisi dan eksaserbasi
jangka lama kecuali bila kelenjar dirusak melalui pembedahan atau iodin radioaktif.
Walaupun beberapa pasien bisa tetap eutiroid untuk jangka waktu lama setelah
terapi, banyak yang akhirnya menjadi hipotiroidisme.Jadi, follow-up seumur hidup
merupakan indikasi untuk semua pasien dengan penyakit Graves.
Struma
Kebanyakan pasien yang diobati memiliki prognosis yang baik.Prognosis
yang jelek berhubungan dengan hipertiroidsm yang tidak terobati. Pasien harusnya
mengetahui jika hipertiroid tidak diobati maka akan menimbulkan osteoporosis,
arrhythmia, gagal jantung, koma, dan kematian. Ablasi dari Na131 I menghasilkan
hipertiroid yang kontiniu dan membutuhkan terapi ulang dan pembedahan untuk
mengangkat kelenjar tiroid.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari
berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya struma adalah :
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku
makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah
dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk
menghindari hilangnya yodium dari makanan
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat
terjangkau daerah luas dan terpencil.Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan
dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir,
dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah
endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria
berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui
yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang.Dosis pemberiannya
bervariasi sesuai umur dan kelamin.
39
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun
sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan
untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit,
mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas
penyakit
3. Pencegahan tersier
Bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial penderita setelah
proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan
mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar
dan bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya
melalui melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu
dengan rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan
rehabilitasi aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan.
40
Ya Allah ya Tuhanku, Engkau adalah mengetahui segala macam penyakit.
Semubuhkanlah hamba-Mu yang kekurangan ini. Engkaulah ya Allah yang Maha
Mengobati. Tidak ada obat kecuali dari Engkau. Sembuhkanlah hamba-Mu ini dan
tidak akan kambuh-kambuh lagi.
Allah SWT berfirman: Dan bila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku. (QS:
26;28). Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS: 17;82).
Dzikir untuk Kesembuhan
As-salaam artinya yang memberi keselamatan, dibaca 136 kali setiap hari
41